! - 03

626 105 8
                                    

   
    
- sepertinya hujan ini ada karena kamu lagi sedih -
     
      

Setiap hari kalimat penolakan dan kalimat yang sedikit membuat dirinya ingin berhenti, ia coba melawan dan terus berusaha demi memperjuangkan apa yang sedang diperjuangkan.

"Halo, Rin."

Haerin, gadis dengan bentuk mata seperti mata kucing. Dia bukan orang yang sulit di ingat, intinya dia mudah di ingat.

"Haii."

"Ada apa?"

"Hyein! Gue harus ngapain lagi biar Minji anggap gue ada?" Ucapnya sedikit kesal.

Terkadang temannya sering bertanya, kenapa Haerin ingin sekali bisa membuat Minji menyukainya, padahal penolakan sering diucapkan oleh Minji.

"Duh jangan tanya gue,"

"Huhh,"

"Kan Minji sering tuh nolak lu, tinggalin aja udahh.. lo bisa nyari cowok lain."

"Enggak mau, aku maunya Minji." Haerin memang sering mengganti gue-lo nya jadi aku-kamu sesuai situasi dan siapa orang yang sedang berbicara dengannya.

"Suka banget lo sama dia?"

"Banget.. bangett."

"Alay."

"Memang."

"Lebay."

"Yehh."

Hyein, nama teman Haerin yang saat ini sedang duduk bersama di kantin sekolah. Jam istirahat masih ada sekitar 20 menit lagi.

"Lo tau gak?"

"Apa?"

"Minji itu sukanya sama Hanni anak 11 Ipa 2."

"Gak peduli." Memang berita itu ada, semua murid tahu tentang Minji yang menyukai Hanni dalam diam. Tapi itu masih katanya.

"Ih gue sih ngingetin lo aja,"

"Ya, makasih."

"Ok, semoga lo sadar dan gak usah cape-cape."

"Ini namanya usaha--"

Hyein berbicara cepat. "--yang sia-sia, ya?" Katanya.

"Ihh Hyein.. lagian Hanni kan gak pernah merespon Minji selama ini.. jadi gue bisa lah ada kesempatan buat deketin Minji."

"Duh, susah.. kalo ngomong sama nih orang! Lo tau sendiri, kalo Minji memang gak pernah ngelakuin apapun buat dapetin Hanni.. tapii Minji kan suka diam-diam memperhatikan Hanni, kaya gituu.. tuhhh liattt."

Hyein menunjuk kearah depan mereka, disana terlihat Minji sedang memperhatikan Hanni dalam diam yang lagi membeli seblak Bu Siti.

Haerin diam, dia sakit hati melihat itu. Masa cintanya bertepuk sebelah tangan?

"Kan kan apa gue bilang." Kata Hyein.

"Gue sedih."

🎬🎬🎬

Tik. Tik.
  
  
Tik.
  
  
Tik. Bresssh.
  
   
Hujan tiba-tiba mengguyur kota Bandung. Sekarang pukul 4 sore dan tandanya sekolah dibubarkan atau bisa disebut sudah waktunya pulang sekolah.

"Yahh kok hujan sihh."

Banyak murid yang di jemput oleh keluarganya, ada juga yang membawa jas hujan atau payung. Mereka mudah untuk menerjang hujan.

Hyein menoleh sebentar sebelum melambaikan tangan kepada orangtuanya yang sudah menjemput. "Haerin, nebeng gue aja yuk.. gue udah di jemput tuh." Ajaknya.

"Makasih Hyein, tapi gue nolak.. gue mau pulang sendiri aja."

"Ih hayu ah, keburu hujannya tambah besar."

"Jangan maksa, gue gak mau."

"Ih kamu mah."

"Cepet sana,"

"Udah sore Haerin.. ayo bareng gue aja." Kata Hyein lagi.

"Udah sana, mamah lo udah nunggu. Salam aja dari gue."

"Ishh."

"Sana, gue kan udah nolak."

"Ih, ya udah.. hati-hati ya Rin! Kabarin gue kalo udah di rumah." Ucap Hyein.

"Oke. Hati-hati juga."

Hyein pergi dan tinggal Haerin bersama beberapa murid yang entah menunggu jemputan maupun menunggu hujan reda. Sendiri lagi, kedinginan, haus sedang dirasakan oleh Haerin.

Tidak sengaja mata Haerin melihat seseorang yang seharusnya ia hindari dulu untuk hari ini, dia masih sakit hati dengan apa yang ia lihat di kantin.

Haerin sedikit melangkah kesamping untuk memberi jarak sebab orang itu justru berdiri di sebelahnya.

"Gue gak tahan pengen ganggu."

Haerin menunduk sedikit ke kanan dan bergumam pelan.

"Tapi gue harus jaga jarak dulu."

Katanya lagi.

"Uhukk."

Haerin refleks menoleh karena terkejut. Cowok yang batuk tadi juga ikut menoleh, mereka saling melihat satu sama lain.

Haerin langsung membuang muka. Dia akan kalah jika harus bertatapan terus menerus dengan Minji, cowok yang ada di sebelahnya ini.

Hujan bertambah deras. Angin juga bertambah besar dan dingin kembali terasa oleh Haerin.
Hari ini Haerin memang tidak membawa jaket dikarenakan ia berpikir bahwa hari ini akan terasa panas.

"Pake!"

Minji mengulurkan jaket yang lumayan tebal dan bisa menghangatkan tubuh. Haerin menatap jaket itu, tanpa berkedip.

Entah harus senang atau sedih mendengar itu. Senang bisa mendengar suara keren Minji yang peduli dan sedih karena kenyataannya jaket itu bukan untuk dirinya.

Minji sekali lagi membuat dirinya kembali merasakan apa yang namanya sakit hati.

Kenyataannya lagi jaket itu Minji berikan kepada Hanni yang ternyata berada di sebelah Minji juga.
Haerin - Minji - Hanni.
Seperti itu posisinya, intinya Minji berada ditengah.

"Hah?"

"Pake, lo kedinginan."

"Gak kok."

"Udah pake aja."

"Gak mau."

"Gue maksa."

"Kok maksa!?"

Haerin mendengar semua pembicaraan kedua orang yang berada di sebelahnya itu. Akhirnya Hanni tetap menerima jaket itu dan memakainya.
Dan pada akhirnya juga, hari ini Haerin kalah untuk mendapatkan perhatian Minji. Lagi.

Haerin tidak tahan lagi ingin pergi dari tempat ini, rasanya kecewa dan sedih lagi. Sebenarnya, mungkin ini terdengar lebay dan berlebih-lebihan, namun jika diposisi seperti ini, pikiran pun bisa tidak terkendali.
  
  
Drap.
  
  
Drap. Drap.
  
  
Haerin menerjang hujan deras, dia ingin pulang dan sekaligus membiarkan air matanya jatuh bersamaan dengan hujan sore ini.

"Haerin!"

...

ente kadang-kadang ente, xixixii.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Terima kasih.

say yes to me √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang