Dikala ego memapak rasa untuk merangkai mimpi, perlahan mulai tertanam dalam diamnya. Sudah waktunya kita untuk saling belajar menebus kesalahan, bukan hanya mencari kesalahan untuk jadi bahan pertengkaran. Tolong untuk tetap seirama, saling menuntun kedalam waktu yang tepat, dan percayalah esok kita akan menjadi satu. Ribuan kata kian berlalu, masuk kedalam realita yang tak tau malu. Jika lupa dengan rasa yang telah tertanam, tidak usah panik, gali saja dan bersyukurlah. Tenang saja, selagi kamu membutuhkanku, aku akan tetap selalu ada.
Anganku kian memburu untuk selalu denganmu. Lewat salam yang aku titipkan pada angin malam, harapan agar teringingat dengan apa yang telah kamu tanam. Teruslah melangkah kedepan untuk beberapa tahun lagi, lihatlah kedepan dan jangan pernah sekalipun lihat kebelakang, tapi teruntuk masalah itu, tolong lihat kebelakang. Kelak jika waktu memisahkan kita, harapku kian bertambah agar waktu, tawa, bahagia, dan tangis yang sudah terlewat, bisa menjadi senjata untuk bertahan dikala rasa mulai melawan egonya sendiri. Bertahanlah, aku yang dulu ada dibelakangmu, dan aku yang sekarang ada disampingmu, akan selalu berrjuang untuk berada didepanmu sebagai rumah, tempatmu untuk pulang.
Sekali lagi seperti air dan api, beregolah sepuasnya hingga kelelahan, kelak kita akan merasakan hal yang sama. Mulai terbiasa dengan rasa yang menjelma, pemikiran yang berbeda, dan dengan tujuan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Sajak Kehilangan
PoetryKumpulan sajak perjuangan dalam segala rasa yang diagungkan