Sepertinya aku jatuh kemudian merasakan cinta ditempat yang salah. Harapan terbesarku adalah aku tidak ingin melakukan kesalahan, mematahkan hatiku hingga hancur berkeping-keping, terjatuh, kemudian terbuang entah dimana. Aku hanya ingin bahagia bersama orang yang tepat, aku tau jika semesta tidak mengizinkan aku dan kamu menjadi kita, apalagi terdapat kata dia ditengah kata kita. Bulan malam ini terlihat indah, sempurna, seperti bola matamu yang aku tatap beberapa detik. Terlalu tulus jika menyebutnya cinta, tapi terlalu munafik jika menganggapnya sebuah rasa.
Seolah hatiku melompat kegirangan menemukan rumah barunya, namun setelah memasukinnya, hatiku merasa gelisah takut tidak dianggap. Didalam rumah itu sudah terdapat keluarga yang harmonis dengan secangkir teh manis sebagai teman melepas lelah dan pencipta bahagia, hatiku hanya bisa terdiam dan tersenyum tipis kearah keluarga itu. Hatiku merasakan apa yang dirasakan oleh pemiliknya. Sebelum terlambat, hati dipaksa untuk kembali oleh pikiran, mungkin pikirannya hanya tidak ingin hatinya nyaman ditempat yang salah. Sebut saja dia rasa, perasaan paling unik yang hanya membantu pemiliknya menerka-nerka. Tidak terlalu munafik jika hanya sekedar menerka-nerka, mengajaknya berlari, ataupun ingin mengabaikannya. Rasa hanyalah ciptaan Tuhan, diciptakan untuk menciptakan kebahagiaan, sebelum berujung dengan luka dan duka. Mungkin dengan menganggapmu sebagai teman melawan sepi, mampu menyadarkanku, jika kita hanyalah mantan berbagi rasa. Tidak lebih, dan tidak bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Sajak Kehilangan
PoetryKumpulan sajak perjuangan dalam segala rasa yang diagungkan