Aku tersesat di duniaku yang satunya. Sejak saat itu, sebelum aku mulai melangkah maju. Aku masih nyaman dan terikat dengan duniaku diwaktu lalu, dimana aku menganyamnya sendiri dari waktu ke waktu, dengan keringat, dengan perasaan, perjuangan, namun bisa hancur begitu saja dalam beberapa waktu. aku tau jika waktu adalah hal yang paling berharga, waktu tidak bisa membantu untuk memperbaiki kesalahan diwaktu lalu, melainkan hanya untuk melupakan untuk diingat kembali.
Tempat ini aku bersihkan untuk menyambut luka yang baru. hati mungkin tak bisa bertatap dengan kemungkinan, tapi hati berani memastikan jika kemungkinan adalah cara yang tepat untuk menciptakan luka. Waktu ini terus berputar searah dengan mata angin, namun tak serumit kompas yang selalu terpusat dengan satu tujuan. terlalu egois jika menyebutnya resah, mementingkan orang lain tanpa mementingkan hati.
Luka ini telah terpupuk untuk menyemaikan rindu, tenggelam dalam sepi dan terbungkam dalam diam. Terlalu ramai jika dibilang nyata, namun terlalu sepi jika dirasakan bersama. aku masih tertinggal di duniaku yang satunya, terbungkam, dan dipaksa untuk menepi. resah ini menggodaku untuk menuai rasa yang transparan, memaksanya untuk terus terpusat secara tak teratur. Perlahan, rindu itu datang, bersama dengan memori yang terurai berbalut mimpi. teruntuk kamu, mimpi dari segala rindu, terimakasih telah menyadarkanku, betapa pentingnya arti kata "Kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Sajak Kehilangan
PoetryKumpulan sajak perjuangan dalam segala rasa yang diagungkan