Prolog

1K 84 24
                                    

"KALIAN EGOIS"Teriakan dari pria kecil yang menahan amarah atas keputusan dari keluarganya.

"Bunda mohon nak, relakan kekasihmu agar menikahi kakakmu"Mohon sang ibu.

"Kenapa? Kenapa harus aku yang terus menjadi pihak yang mengalah?"Semua orang yang ada di ruangan itu diam.

"Dari kecil hingga saat ini kenapa harus aku yang selalu mengalah dan memberikan semua hal yang aku punya? Apa aku bukan anak kalian?"Sang ayah dan bunda menatap sedih anak bungsu mereka, namun keputusan mereka tetap tidak bisa di ubah.

"Dan phi menerima perjodohan ini?"Pria kecil itu kini mengalihkan pandangan kearah pria besar berkuncir yang juga memandang dirinya sedih.

"Phi-"Pria berkuncir itu bingung harus menjawab bagaimana.

Dirinya sebenarnya bisa menolak perjodohan ini, hanya saja dirinya juga menyukai kaka dari kekasihnya ini.

"Berapa lama kalian berhubungan?"Nada bicara pria kecil itu berubah menjadi datar.

"Aku bisa jel-"

"JAWAB"Perkataan seseorang itu terputus karena teriakan si prai manis itu.

"Ti-tiga bulan"Jawab sang kaka.

Si kecil terkekeh dan memandang semua orang yang ada di ruangan itu dengan pandangan terluka.

"Ayah dan bunda mengetahui hubungan mereka?"Tanyanya dan lagi-lagi anggukan kepala dari kedua orang tuanya membuat dadanya sangat sakit.

"Dan mendukungnya?"

"Kakakmu mencintainya nak, ayah dan bunda tidak tega melihat dia bersedih"Jawab sang ayah dengan lembut.

"Lalu, apa ayah tega melihat aku bersedih? Ayah lebih memilih membahagiakan anak ayah yang satu dan membuat yang satunya terluka"Pria kecil itu menangis.

"Nak, ayah dan bunda mohon untuk kali ini saja, mengalahkan pada kakakmu"Mohon sang ayah.

"Kali ini? Hanya kali ini ayah?"Pria manis itu berkata dengan nada tak percaya.

"Dari kecil aku selalu mengalah padanya, mainan milikku selalu menjadi milik nya, barang yang aku mau selalu dia dapatkan dengan mudah, bahkan barang-barang pribadiku juga aku berikan kepadanya jika dia sudah merengek meminta... Lalu, kata lain kali dari mana yang ayah maksud jika dari dulu aku selalu ada di posisi kedua"Dada pria kecil itu sangat sesak ketika mengingat semua kenangan masa kecilnya dulu.

"Kau menginginkan dia kan?"Dirinya berkata pada sang kaka yang menunjukkan kepala dan tangan yang menatap mantan kekasihnya.

"Ambil lah, penghianat dan penggoda sangat cocok bersama... Tapi kalian harus ingat jika karma berlaku di dunia ini... ingat lah wajah ini, wajah dari seorang anak yang di sakiti oleh orang tuannya, wajah dari seorang adik yang di bohongi oleh kaka nya dan juga wajah dari seorang kekasih yang di khianati oleh kekasihnya... Dan aku sangat berdoa pada tuhan  untuk kehancuran kalian berdua"Perkataan pria itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut namun masih diam karna pria manis itu kembali berbicara. "Mulai saat ini aku bukan lagi anak kalian, aku bukan lagi adikmu, aku bukan lagi kekasihmu dan aku bukan lagi bagian dari keluarga ini"Sang ibu terkejut mendengar keputusan putra bungsunya.

"Nak, jangan seperti itu sayang... Bunda mohon padamu"Sang bunda bersujud di bawah kaki sang anak. Namun putra nya itu hanya memandang kearah depan tanpa memperdulikan sang ibu yang masih menangis.

"Tidak, kaka mohon jangan pergi... Kaka akan meminta untuk membatalkan perjodohan ini"Kali ini sang kaka menangis ketika tau keputusan sang adik.

"Aku tidak lagi butuh pria bajingan itu, ambil dan hiduplah bersama... Dan semoga keturunan kalian kelak tidak merasakan apa yang aku rasakan karna sampai kalian mati dan memohon maaf padaku pun tidak akan aku maafkan "Setelah mengatakan itu, dia langsung pergi keluar rumah tanpa membawa apapun hanya sepasang baju yang sedang dia pakai.

Malam terakhir dirinya menginjakkan kaki di rumah yang bagaikan neraka.

Meninggalkan suasana yang menyedihkan untuk keempat orang disana.

Sang ibu dan putra sulung nya masih menangis dengan berpelukan, dan dua dominan lainnya hanya diam dan merenungi kesalahan mereka.

-

-

-

-

-

"Tolong jaga anakku untukku"seseorang yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit memohon pada sosok yang berdiri di samping ranjangnya dengan wajah datar.

"Tidak sudi, itu anakmu dan jangan menyusahkan aku... Aku kesini hanya untuk melihat kematianmu saja"Pria itu berbicara kasar, namun orang yang terbaring lemah itu justru tersenyum sendu.

"Tolong maafkan aku"Sosok itu meraih tangan sang adik.

"Dari kau hidup hingga ingin mati kau tetap menyusahkan"Lagi-lagi sosok itu tersenyum lembut.

"Berhentilah tersenyum seperti orang bodoh. Kenapa kau tidak pergi dengan cepat? Kasihan Malaikat yang sudah lelah menunggumu dari tadi"Dari nada bicaranya semua orang pun tau jika orang itu sedang menahan tangis.

"Aku akan pergi dengan tenang jika kau berjanji akan merawat dan menyayangi anakku"Orang yang sedang sakit itu mengulurkan telapak tangannya untuk meminta agar sang adik berjanji padanya.

Sedangkan sang adik menatap ragu tangan itu dan perlahan ikut meletakan tangannya di atas tangan sang kaka. "Kenapa kau pergi secepat itu hiks, aku belum melihat kau menderita dan kenapa kau sudah ingin pergi"Mulut dan hati sangat bertolak belakang. Mulut berkata agar sang kaka cepat pergi, namun hatinya sangat tidak rela melepas sang kaka ke pangkuan tuhan.

"Tugasku di-dunia s-su-dah selesai, ter-ima ka-sih untuk 18ta-hunnya dan maa-f un-tuk sem-ua keeg-oisan ku dulu"Orang itu berkata dengan terbata-bata karna merasa nafasnya sudah habis.

"Ya kau memang egois, bahkan hingga sekarang kau masih egois dengan meninggalkan aku sendiri kak"sang adik meletakan kepalanya di atas tangan orang itu.

Bagaimanapun juga, orang yang sedang sakit ini adalah kakaknya. Seseorang yang dulu saat mereka kecil menjadi tameng ketika dirinya di ejek oleh anak lain, membatu dirinya ketika dirinya di marahi oleh orang tua mereka karna membuat ulah, sosok yang selalu menyembunyikan kesalahannya dari orang tua mereka agar dirinya tak di marahi.

"Aku pergi, tolong ingat janjimu untuk menjaga anakku"Setelah mengatakan itu, tangannya terkulai lemas dan matanya perlahan menutup sempurna dengan senyum tipis di bibir orang itu.

"Kau jahat, kau egois hiks... Bagaimana bisa kau meninggalkan bocah itu padaku kak"Sosok itu bersimpuh di samping jenazah sang kaka.

"Aku mohon bangunlah kak, bagaimanapun juga kau tetep kakakku... Aku mohon bangun kak, aku membutuhkanmu hiks"Dirinya terus menangis dan berharap agar sang kaka terbangun kembali. Dirinya tidak sadar jika dari pintu kamar rumah sakit banyak pasang mata yang ikut menangis melihat adegan tadi.

Hari yang ia kira menjadi akhir namun ternyata malah menjadi awal dari hubungan lama yang sedang mencoba untuk terjalin lagi.

-

-

-

-

-

Suka gk sama cerita"yang aku buat?

TBC

Vicaria Mater(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang