Happy reading
🦋
🦋
🦋"Kamu lihat Laras! Anak mu itu tidak sopan! meninggalkan keluarga calon suaminya sendiri."
"APA KAU TAK MENGAJARINYA SOPAN SANTUN?!"
Laras hanya diam saja dia tidak bisa membela diri, untuk melawan pun rasanya tidak punya tenaga. Bahkan ingin membalas perkataan Dafit juga lidahnya kelu.
"JAWAB!"
"Maaf, Mas. Mungkin Luna memang sedang tidak enak badan."
"Bagaimana bisa kamu berkata begitu! Bahkan jelas-jelas dia menatap nyalang ke saya seolah-olah saya ini adalah musuhnya, APA KAMU TIDAK MENGAJARI DIA SOPAN SANTUN?"
Lagi-lagi Dafit bertanya demikian.
"Aku mulai meragukan kemampuan mu untuk mendidik anak dengan baik, Laras. Kau berbeda dengan Laras yang dulu. Laras yang dulu tidak suka jika anaknya membangkang dan melawan orang tua, lalu kenapa kau berubah?"
Berubah? Dia berubah? Tidak salah dengarkah jika dirinya yang berubah?
Ketika cara mendidik nya dipertanyakan itu membuat Laras sakit hati. Lagi pula Luna tidak membangkang, dia hanya muak dan lelah dengan sikap Ayah nya.
Jangan salahkan anak itu karena memang ini semua bukan salahnya. Dafit yang bodoh karena menutup mata akan luka yang Luna rasakan.
Seperti sudah hapal dengan tabiat perempuan itu, Laras hanya menatap datar pada Lina yang baru menghampiri ruang keluarga.
Wanita itu berjalan kearah Dafit, memasang wajah polos tak berdosa. "Ada apa, Mas?"
"Aku tadi dengar kamu mempertanyakan cara mendidik Mbak Laras, ya?" tanya wanita itu.
Lina terlihat mengetuk dagunya, lalu lanjut berkata. "Bukannya Mbak itu ibu yang penyayang, lemah lembut dan selalu berhasil luluhin hati anak-anak? Bahkan Luna selalu mengikuti perkataan Mbak, tapi kok sekarang Luna begitu sih Mbak sama aku?" Jeda Lina cukup lama, wanita itu terlihat berpikir.
"Apa emang yang sekarang itu sifat asli nya, jadi yang dulu tingkah laku baik, sopan, itu cuma topeng?" Lanjut nya.
Ucapan Lina mampu membuat Dafit marah padam. Lagi-lagi Dafit selalu termakan omongan wanita ular itu.
Entah disengaja atau tidak, namun Laras melihat jika Lina secara gamblang mengatakan bahwa Luna sekarang pembangkang dan tentunya itu adalah didikan dia sebagai Ibu.
Demi Allah Laras berani sumpah jika dia tidak pernah mendidik yang tidak-tidak kepada anaknya. Sekalipun mau sebenci apapun ia terhadap sang suami.
Laras tidak pernah menyuruh Luna untuk melawan Ayahnya sendiri.
"Apa yang kamu bicarakan, Lina?" tanya Laras tak mengerti.
"DIAM!"
Dafit berteriak lantang.
"Aku paham sekarang, memang sudah benar keputusanku untuk melepas meninggalkan kalian dan mengejar keluarga baruku yang bahagia bersama Lina. Kamu bukan ibu yang baik, Laras. Dan Luna harus menanggung atas semua kecacatan mu dalam mendidik anak. Dia sekarang menjadi pembangkang, dan tak tersentuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Dengan Segala Lukanya (On-Going)
Teen FictionDijodohkan karena suatu alasan? Sudah biasa! Tapi ini bukan tentang bersikap kekanak-kanakan, bukan tentang bersifat untuk saling memaksakan, bukan tentang bagaimana caranya menaikan ego. Namun, ini tentang kesabaran yang tak berujung. Hidup yang s...