2. Perjodohan?

796 80 439
                                    

Tandai Kalau Ada Typo⚠️

Happy reading

🦋
🦋
🦋

Demi Allah Laras tidak cemburu dengan ucapan suaminya yang bahkan terang-terangan tidak membela dan memojokkan nya. Namun, rasa sakit itu kembali hadir ketika dia menatap bola mata sang adik.

Mengapa bisa seorang adik kandung. Adik yang dulunya ia sayangi begitu hebat, adik yang dulu dia bangga-banggakan, adik yang dulu pernah ia perjuangkan pendidikan juga nafkahi segalanya kini malah menusuknya dari belakang?

Malah menghancurkan kehidupan rumah tangga juga masa depan putrinya! Mengapa ada orang setega itu di dunia ini?!

"Aku tidak masalah ketika kamu membunuhku, Mas. Tapi aku tidak terima dengan perlakuan adik ku sendiri yang menusukku dari belakang, kenapa? Kenapa kamu tega sama Mbak, Lin?" Laras menangis, dia kecewa marah juga kesal.

Mengapa pengorbanan nya kepada sang adik malah bertuai seperti ini? Sakit! Hatinya sakit.

"Maaf... Maaf Mbak," lirih Lina.

Wanita itu tak bisa menjelaskan Kenapa. Mengapa. Lina bungkam. Padahal Laras butuh itu! Dia butuh penjelasan. Namun sampai sekarang dirinya bahkan tak mendapatkan pemahaman.

"KAMU JAHAT!" Hancur. Laras, ibu dari satu anak itu begitu hancur.

Dia seperti mendapatkan hujaman dari segala sisi hingga membuat tubuh yang biasanya kokoh itu kini terasa benar-benar tak bisa menopang beban juga luka yang sudah lama tercipta.

"Maaf Mbak, gara-gara aku rumah tangga kamu dengan Mas Dafit jadi kacau." Lina berjalan kearah Laras dan mengusap hijab hitam itu namun segera di tepis oleh sang empu.

"Cukup, Lina! Biarkan saja wanita tak tau diri itu. Dia harus diberi pelajaran, sudah di baiki malah melunjak! Sadar diri Laras, Lina sudah cukup baik kepadamu!"

Kedua tangan Laras mengepal kuat, harga diri nya seperti diinjak-injak, dia ingin melawan namun ia sendirian, siapa yang bisa dijadikan tempat aduan?

Tubuh nya bahkan bergetar hebat karena ketakutan, tangannya lemas sulit untuk digerakkan. Semuanya organnya seperti tak bisa berfungsi. Dia hanya bisa menangisi nasibnya.

"BUNDA!"

Bibir Luna kebas menatap dan mendengar apa yang terjadi. Dia tidak menyangka.

Gadis remaja itu berlari kearah sang Bunda, ia mendorong kasar Tante nya yang masih berdekatan dengan ibunya. Luna menatap penampilan wanita kesayangan nya itu, hatinya sangat sakit ketika tadi dia menyalahkan Bunda nya.

Hatinya juga sakit ketika melihat apa yang sudah menerpa kehidupan rumah tangga sang Bunda.

Demi Allah dia tidak ikhlas dengan perlakuan mereka pada Bunda nya!

Luna memeluk lama wanita yang sudah melahirkan nya, dia menatap tak percaya pada sang Ayah dan Tante.

Pandangannya kembali fokus pada sang Ibu. "Bunda, Bunda jangan takut! Bunda tidak papa?" Pertanyaan bodoh itu hanya untuk memastikan jika fisik Laras baik-baik saja. Namun barang tentu jika hati dan mental wanita itu terluka.

Luna Dengan Segala Lukanya (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang