7

308 51 0
                                    

Let's Go.

®


"Lia kau ada waktu setelah pulang hari ini?"

Lagi Jimin menghalang dirinya yang akan pulang.

"Tidak"

"Hanya sebentar saja"

"Untuk apa?"

"Dinner?" seru Jimin.

"I'm Busy. No Thanks" singkatnya.

"Sekali saja Lia. Kenapa kau selalu menolak?" Keluh Jimin.

"Aku tidak nyaman denganmu" jawab Aliya serius.

"Bagaimana bisa nyaman jika kau terus menghindar?" tanya Jimin jengah.

"Seharusnya kau sadar diri" balas Aliya sinis.

"Aku berusaha Lia" suara Jimin memelan.

"Tapi aku tidak menghargai usahamu. Bukankah seharusnya kau sakit hati? Jawab aku apa kau tidak sakit hati atas tolakanku selama ini?"

Ini adalah kata terpanjang Aliya selama bicara dengan Jimin. Apa wanita ini sudah kesal padanya?

"Tidak"

"Hah?"

"Kau bersikap seperti ini pasti ada alasannya. Benarkan?"

"Aku permisi" Jimin menahan tangan Aliya dengan memegang lengannya.

"Entah apa yang terjadi padamu dulu tapi aku tau kau terluka dimasa lalu. Lia aku bukan laki-laki brengsek. Aku mendekatimu dengan sehat dan kau terus menolaknya. Aku tau ada alasan kau terus menghindar. Munafik wanita tidak mau didekati laki-laki jika bukan karena Trauma. Sekarang bisa kita bicara baik-baik" suara Jimin agak keras dan mereka jadi pusat perhatian karena memang ini jam pulang.

"Ayo ikut aku" Jimin menarik Aliya tanpa mau dibantah dan mereka semakin jadi pusat perhatian. Luar biasa.

"ambil ini" Jimin menghentikan mereka didepan motornya lalu memberikan helm pada Aliya.

"Who are U?"

"Laki-laki yang suka padamu. Naik sekarang" Aliya menghembuskan nafas jengkel dan menerima helm dari Jimin.

"Naik" Aliya semakin jengkel dan menuruti Jimin. Mereka sudah jadi perhatian umum dan ini karena Jimin. Laki-laki bodoh.

Mereka keluar dari area parkiran dan Jimin menarik gas kencang lalu motor mereka meninggalkan kantor dengan semua pandang mata melihat mereka.

Mereka keluar dari area parkiran dan Jimin menarik gas kencang lalu motor mereka meninggalkan kantor dengan semua pandang mata melihat mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari spion Jimin terus melirik Aliya yang diam sambil melihat sekitar. Ekspresi Aliya bisa Jimin tebak, wajahnya sudah tidak bersahabat karena Jimin memaksanya tadi.

Jimin semakin menarik gas nya kencang dan Aliya tertarik kedepan menekan Jimin. Aliya mengeram kesal dan akhirnya memegang jaket Jimin.

Senyum Jimin terbit dari maskernya. Harus dipaksa sepertinya wanita ini.

Life Goes On!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang