14. Just Stop It!

386 56 16
                                    

Juna menikmati angin sepoi di teras indekos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Juna menikmati angin sepoi di teras indekos. Seperti biasa kalau lagi enggak ada acara ke mana-mana. Paling banter ya disuruh pulang sama ibunya. Cuma, Juna jarang menurut karena lebih suka suasana di indekos. Ramai. Ya, di rumahnya memang ramai, tapi ramai karena suara bising tangis keponakannya. Bikin males. Ia hanya pulang sesekali dan itu pun terbilang singkat. Dia bahkan tidak sampai menginap segala.

Ingatan Juna terlempar pada kejadian tempo hari. Di mana Julie menangis karena dicueki. Juna terkikik geli saat menyesap rokok. Ternyata Julie memang masih menyayanginya. Ya, serupa Juna yang juga sudah mendeklarasikan diri sebagai budak cinta Julia Renora Harris.

Kalau diingat-ingat, Juna jadi kangen. Namun, sejak kejadian itu, ia dan Julie hanya bertukar kabar sekenanya. Julie pun menjadi slow respons. Bikin Juna khawatir saja.

"Mau ke mana, Dip?" tanya Juna ketika melihat Dipa melintas di hadapannya.

Pemuda itu terlihat terburu-buru. "Pulang bentar, ibuku sakit."

"Loh, iya? Hati-hati dan sampaikan salamku, ya. Moga cepat sembuh."

Dipa hanya mengangkat jempol dan segera berlalu dari sana. Deru kendaraan Dipa sudah tidak terdengar lagi. Juna merenung sesaat. Bukan hanya Dipa sebenarnya yang pulang hari ini. Maklum lagi weekend. Namun, Yosa juga sudah tiga hari tidak di indekos. Damar dan Ari ikutan pulang karena alasan kangen keluarga. Tersisa mereka bersembilan-lah yang ada di sana.

Baru saja lelaki itu akan berdiri untuk membuang putung rokok. Terlihat Juang muncul tergesa dari pintu utama. Rapi, wangi, dan kepalanya sudah dilindungi helm.

"Lah, mau ke mana?" tanya Juna.

"Pulang, lah. Weekend, weekend." Cowok jangkung berkulit sawo matang itu menaik turunkan alis. Tanpa memedulikan Juna lagi, Juang langsung menghampiri Vespanya yang terparkir di dekat motor Juna.

Indekos mendadak sepi. Hanya tersisa Juna, Madava, dan Arwan di sana. Danny berpamitan untuk bertemu temannya. Sangga ... entahlah, sejak tadi siang cowok itu tidak kelihatan. Yang paling jarang pulang memang Sangga karena rumahnya lumayan jauh. Asa  juga izin untuk memperbaiki motor yang beberapa hari lagi terkena 'penyakit'. Sementara Harlan ....

Ah, apalagi cowok itu! Sudah dua hari batang hidungnya tak kelihatan. Entah sedang di mana cowok tinggi pemilik suara berat itu sekarang. Juna pun tak mau peduli.

"Kos sepi banget, ya. Ngapain, kek. Jalan, yuk!" jak Juna menghampiri Madava dan Arwan yang tengah mabar gim online.

"Nggak dulu. Aku introvert, Bang."

"Gayamu sok introvert." Juna menendang pelan kaki Arwan membuatnya langsung terkekeh. "Dav, emangnya kamu nggak ada jam kerja hari ini?"

"Nggak dulu, Jun. Libur."

Auh, benar-benar membosankan. Punya teman malah asik main gim. Sebenarnya Juna bisa saja bergabung, tetapi akhir-akhir ini ia sedang meminimalisir keinginan untuk bermain gim. Fokus pada kuliahnya yang sebentar lagi akan menginjak masa penggarapan skripsi.

SPEAK UP || JEWELSBLUE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang