"What the hell… did those rose petals do in my bath tub?" itu adalah kalimat pertama yang meluncuri bibirnya yang segera diikuti dengan, "and those candles, where did they come from?" saat membuka pintu kamar mandinya.
Hidungnya mengendus udara.
Lavender. Seriously?
"Like it?" Luke muncul dari balik punggungnya beberapa saat kemudian, membisikkan kalimat pertanyaan tepat di telinga kanannya, membuatnya hampir pingsan.
Napasnya tercekat, Dare lupa bagaimana cara berbicara.
Ia bisa merasakan napas hangat menyusuri sisi lehernya, memabukkan dan berbahaya. Ia bisa kehilangan kepalanya seketika.
Maksudnya… pikirannya.
Dan kendali tubuhnya.
Dare berjengit saat bibir Luke menyentuh lehernya dengan lembut.
Oh, sialan!
"Sweetpie… I didn't joke when I said that you smell delicious. My devil wants you. He's drunk out of your scent now,"
Saat lengan Luke yang kokoh melingkari tubuhnya dan jemari Luke saling bertemu di atas sehelai kain yang menutupi pusarnya, bibirnya meluncurkan rintihan kerinduan.
Demi Tuhan, Dare!
Wait, dia masih bisa ingat Tuhan? Well, mungkin itu bisa menolong.
"I-i don't understand, Luke. Is this—"
Luke tertawa sebelum mengecup rahangnya, memutus kalimat yang bersusah payah disusunnya. "My masterpiece? Yes. Now shall we?"
Rasanya seolah-olah Asmodeus sendiri yang sedang menggeram penuh godaan di telinganya. Lost yourself, huh, girl? You're my toy now. Shall we dance, Sweetpie? I promise you pleasures. Let me love you in hundred ways. Tonight.
Rambut-rambut halus di lengannya meremang.
Dear God, lend me Your strength to take down this seducing devil. I'm afraid I lost myself in his lure.
"Luke," ia mencoba untuk berbalik, tapi sepasang lengan kokoh Luke menahannya di tempat. "As I said earlier, I—"
"What did you say earlier, Sweetpie?" Luke menggigit daun telinganya. Tepat di tempat ia menindik telinganya untuk menempatkan anting-anting.
Ia bergidik. Hell!
"Luke, damn it! Stop! Let go off me!" ia memberontak.
Dimana sebenarnya Tuhan saat ia benar-benar membutuhkan bantuan-Nya?
Ia bisa mendengar Luke menghela napas sebelum memutuskan untuk melepaskan kedua lengannya dan memutar tubuhnya seenaknya sampai ia bisa menatap sepasang mata hazel milik pemuda di hadapannya itu.
I'm standing here, face to face, in front of the devil himself.
Dare bisa melihat bahwa Asmodeus lah yang sedang menunduk untuk membalas tatapannya sekarang.
Sepasang mata Luke melumatnya dalam pandangan haus.
Lebam kebiruan masih melingkari mata kanan pemuda di hadapannya, meskipun tak berhasil mengurangi pesonanya walau cuma secuil.
"Luke, listen. I-i can't… with… you. Not this way. Not… now. Not. Ever?" ia mulai meragukan dirinya sendiri dan kehilangan kemampuan untuk berbicara secara beradab di bawah pandangan Luke yang menerkamnya bulat-bulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN SINNERS (On Hold)
Teen FictionTujuh iblis dalam diri manusia. Tujuh orang pendosa yang menghadapi dunia. Tapi, bagaimana kalau ternyata, ada alasan dibalik kemunculan iblis-iblis ini dalam diri manusia. Bagaimana kalau ternyata, kemunculan iblis-iblis ini sendiri merupakan hasil...