CHAPTER 1.5 - You've Got to be Kidding Me!

603 21 2
                                    

Dare tidak menemukan Luke dimanapun begitu ia selesai berpakaian, begitupun Irve. Entah dimana kedua pemuda itu berada. Sangat mungkin mereka berdua sedang sibuk dengan urusan entah-apa untuk menyelesaikan pertikaian sebelumnya.

Lagipula ia tidak yakin kalau Irve bisa dijatuhkan hanya dengan beberapa butir sleeping pills.

Bukannya ia peduli.

Yeah, well, terkutuklah dirinya, ia peduli.

But, fuck it!

Tubuhnya terlalu lelah, jadi yang dilakukannya kemudian hanya mengaktifkan alarm pengaman, mengunci pintu, kemudian beranjak untuk tidur di dalam guest room. Mengingat Luke dan Irve berebut untuk menempati kamarnya, Dare tidak mau ambil resiko diserang tengah malam.

Ia langsung tak sadarkan diri begitu tubuhnya menemukan ranjang yang empuk.

Tapi tidur lelapnya tak lama, Dare terbangun beberapa saat kemudian.

Ia mengerjapkan matanya, satu kali. Pupilnya belum bekerja dengan sempurna.

What is this smell? Dare mengendus. Smelsl... intoxicatingly good.

Dua kali. Pupilnya mulai menyaring jumlah cahaya yang memasuki korteks penglihatannya.

You've gotta be KIDDING ME!!!

"Irve!" Ia nyaris melompat bangkit dari ranjangnya.

Lengan Irve melingkari pinggangnya seperti sabuk dari kulit dan daging, menahan tubuhnya agar tidak menjauh.

And here he is, naked. Uhuk, half-naked, on this bed with me and cuddling –or strangling? –my small figure. All bulk, build, and muscled up just right, sleepy-faced, --Damn he's hot! –so warm, and... mine?

Getting possessive now, Dare? Hell!

Matanya membelalak.

It's a single-person bed, for heaven's sake!

"Irve! Wake up!" Dare mengguncang tubuh itu keras-keras. "Come on! What the—"

Irve menarik tubuhnya mendekat, lengan yang melingkari pinggangnya menekan di antara kedua belikatnya, menenggelamkan wajahnya pada tubuh pemuda yang melingkar nyaris terlelap di sisinya.

"Sleep, Darey cat,"

Otaknya berhenti berpikir dengan cerdas.

"H-how can you... here?" ia tergagap. Sekarang ia resmi kehilangan lidah pintarnya.

Jemari Irve yang melingkari punggungnya berpindah untuk mengangkat dagunya.

"Window. You didn't lock it up," sesuatu membelai rambutnya dengan lembut.

Ia baru menyadari kalau ia menggunakkan lengan Irve yang lain sebagai alas kepalanya.

Hell, Dare! Bagaimana mungkin kau tidak terbangun saat seseorang merangkak naik ke atas ranjangmu???

"B-but... I thought... How about L—"

"Don't," Irve menekan jari telunjuk di bibirnya, "say his name in front of me," suara itu bergetar dalam amarah.

Kepalanya mengangguk pelan, lebih baik tidak membangunkan iblis jika ia masih menginginkan kepalanya menempel pada tubuhnya.

"Good girl," jemari Irve turun untuk membelai lehernya, tubuhnya gemetar seketika.

Oh, sialan! Sialan! Beberapa bulan pacaran dan pemuda ini tahu betul dimana letak titik sensitifnya.

Dare mengatupkan rahangnya kuat-kuat, tak ingin tubuhnya luluh-lantak di bawah sentuhan pemuda iblis di hadapannya itu.

Irve tidak menghentikan jemari yang menari-nari di atas kulit lehernya yang ekstra sensitif, tersenyum puas saat merasakan tubuh gemetarnya dalam rengkuhan pemuda itu.

"As for your question, I kicked him out of the house late of night when he's asleep. He didn't know what hits him. He owe me one, anyway, after made me unconscious by putting his stupid sleeping pills inside the wine,"

"You should understand, Darey cat, this is how we play the game. Need to keep you safe," sepasang mata abu-abu yang warnanya hanya sedikit lebih gelap daripada miliknya sendiri itu menatapnya dengan kelembutan.

Ironically speaking, I need a devil to kicking out another devil.

"Stay with me, Darey. I need you, to keep my devil sane. He wants you, my Amon. I. Want. You. I'd kill Asmodeus himself if I need to,"

Dare merasa tenggorokannya tercekat. "B-but—"

"No buts. Didn't take no as an answer. Just," Irve menguap, "sleep,"

Kecupan lembut mendarat di keningnya, diikuti tubuh maskulin yang merileks di sisinya.

Hening sejenak, sementara Dare mendengarkan dengkur halus saat pemuda di sisinya terlelap sambil mendekapnya erat.

Irve, do you even know that this is my first time sleep in a bed with a guy beside my father?

No, you don't. Of course you don't.

Dare menyurukkan wajahnya ke dalam lekuk leher Irve dan menghela napas, terlalu lelah untuk sekedar berpikir hal-hal sederhana seperti tidak seharusnya ia menyerahkan dirinya begitu saja pada pemuda yang jelas-jelas sudah menghancurkan hatinya satu kali.

Perasaanya berantakan, dari awal ia tahu bahwa mengiyakan permintaan berkencan yang diajukan padanya oleh Irvine Delano berarti memasang bulls eye di bokongnya, ia akan menjadi sasaran perhatian dengan mudah.

Padahal selama ini ia adalah manusia bunglon, ia beradaptasi dengan mudah tanpa pernah disadari bahwa dirinya berada di sana sepanjang waktu.

Inilah caranya menciptakan ruang amannya, dengan berlindung dalam bayang-bayang dan menjadi invisible.

Mungkin, sudah saatnya ia keluar dari kotak sekarang, mengijinkan dunia melihat siapa Dare Petrova sebenarnya.

Karena tepatnya, ia sudah menambahkan satu bulls eye lagi di bokongnya. Yang kali ini bahkan jauh lebih mencolok dibandingkan yang pertama. Lucas Rivera tidak bisa diabaikan begitu saja begitu ia menandai mangsa berikutnya.

Namanya berarti tantangan.

Tantangan sama dengan masalah.

Ya ampun, ada apa sebenarnya dengan dunianya?

Dare menghela napas satu kali. "Sleep tight, Irve. Thanks for... keeping me safe,"

A devil should smell stinks, right? But, my devil smells angelic.

Irve was given the name of Ira, servant from the devil of wrath out of those seven, because of his easily burnt up temperament.

I know better.

He's not a devil.

He's my guardian angel dressed in a silly devilish costume, with pointed tail, sharpened claws, dreadful horns, and teeth.

Teeth?

Wait... will he bite me?

SEVEN SINNERS (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang