PROLOGUE - Apocalypse Now

1.6K 50 14
                                    

Writer's Note:

PARENTAL ADVISORY ADVICED for those <13. MEDIUM EXPLICIT CONTENTS.

----------

Lucifer, Mammon, Asmodeus, Leviathan, Beelzebub, Amon, dan Belphegor melangkah bersama-sama.

Ini pasti akhir dunia.

Itulah yang pertama kali muncul di kepalanya saat matanya mencari –dan menemukan –The seven sinners –tujuh orang pendosa –yang menghenyakkan diri pada salah meja kantin tak jauh darinya. Sebuah kelompok kecil yang didefinisikan dalam kamus bahasa sehari-hari sebagai ‘geng’.

Tujuh orang paling berpengaruh dalam kehidupan social di College. Makhluk-makhluk yang bergentayangan pada koridor-koridor hanya untuk dipuja dan dikagumi.

Empat di antara mereka adalah perempuan, tiga diantaranya laki-laki. Ketujuh-tujuhnya selalu menempati meja makan siang yang sama, satu-satunya meja eksklusif yang diletakkan tepat pada pertengahan kantin, menjadi poros dari rotasi kebisingan dan hiruk pikuk di sekitarnya.

Tidak peduli apa yang terjadi pada sekitarnya, kecuali jika yang terjadi itu berkaitan dengan dirinya masing-masing.

Percakapan di antara mereka pasti menarik.

Luxuria –sang nafsu –berkata, “Aku ingin menikmati tubuhmu,” senyum menggoda dan tatapan redupnya yang menipu itu diarahkan kepada Superbia –sang keangkuhan.

Superbia mendengus mencela. “Cih! Jangan samakan aku dengan gadis-gadis tololmu. Aku tahu seberapa berharganya diriku, dan kau,” sepasang mata yang berkilauan itu menyipit tajam. “Tidak cukup pantas untuk mendapatkan tubuhku,”

Luxuria meringis, memasang tampang memelasnya yang selalu mampu meluluhkan hati gadis-gadis, kecuali satu gadis di hadapannya.

Superbia sudah sangat menghapal tingkah polah sahabatnya itu dan rayuan seperti itu tak mampu menusukkan panah Cupid ke jantungnya.

Invidia –sang kedengkian –sudah mengamati percakapan kedua sahabatnya itu sejak tadi dan bibirnya melekuk kesal. Pandangannya menusuk pada Luxuria dan Superbia. Gemuruh rasa iri bergetar dalam dadanya.

“Lux, kenapa kau selalu mengundangnya untuk menghangatkan ranjangmu? Kenapa tidak pernah mengajakku? Tubuhku jauh lebih seksi daripada S, wajahku jauh lebih cantik, dan suaraku jauh lebih sensual,” Invidia merengut.

Sepasang mata yang setajam silet itu diarahkan kepada Superbia yang balas menatapnya dengan pandangan mencela.

“Kau merendahkan dirimu sendiri di hadapannya, Invy,” S berkomentar.

“Aku hanya tidak mengerti kenapa seluruh cowok di College menginginkanmu. Kau tidak sebegitu cantik,” mata Invy menilai.

Lux meringis senang, tidak terganggu dengan pertengkaran sesama kucing itu. “Tentu saja, Invy sayang. Bagaimana dengan malam ini?” bibirnya melekuk dalam godaan, pandangannya menyusuri tubuh Invy yang terbalut dengan kaus ketat tipis yang nyaris tak berhasil melakukan tugasnya untuk menyembunyikan sepasang payudara menggoda milik gadis itu.

“Apa orangtuamu ada di rumah malam ini?” Lux bertanya.

“Ada atau tidak, mereka tidak akan peduli. Datang saja sesukamu,” Invy mengangkat bahu.

Lux berdiri dan memutari meja untuk mendekati Invy, pemuda itu kemudian menyandarkan sebelah lengannya pada sisi meja di dekat nampan makan siang Invy, menarik dagu gadis itu dengan jemarinya, dan melumat bibirnya dalam cara yang sangat sensual. Invy membalas ciuman Lux dengan tidak kalah intimnya, bibir gadis itu terbuka sepenuhnya untuk permainan lidah Lux seakan ingin memamerkan hal itu kepada S.

SEVEN SINNERS (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang