CHAPTER 2.2 - The Devil Said Hey

749 33 15
                                    

Ia  mengerjap, dan tak menemukan seorangpun di sisinya.

Padahal seharusnya ada seorang gadis yang sedang meringkuk nyaman dalam pelukannya pagi ini.

Iblisnya murka.

Dalam satu gerakan anggun, tungkainya sudah mengayun turun dari ranjang, tangannya bergerak untuk mengusap wajah bangun tidurnya satu kali, kemudian telinganya yang peka menangkap suara percakapan dan tawa dari suatu tempat di dalam rumah, teredam dalam musik yang berdentam-dentam.

Fuck!

Ia melangkahkan kaki dalam langkah-langkah besar menyebrangi ruangan dengan cepat dan baru akan melepaskan iblisnya ke permukaan saat dilihatnya pemadangan paling menakjubkan di dunia tersaji dilatarbelakangi frying pan dan microwave.

Gadisnya –masih dalam balutan setelan piyama imut yang dipakai gadis itu untuk berangkat tidur kemarin malam –sedang menari-nari lincah dengan spatula kayu tergenggam di sebelah tangan, memunggunginya, musik menghentak yang dipenuhi semangat mengalun entah darimana. Sementara Asmodeus tertawa memperhatikan pemandangan itu dari salah satu sudut dapur.

Tepatnya yang terakhir itulah yang membawa langkah-langkah kakinya menuju pemuda brengsek itu dan tanpa peringatan kepalan tangannya sudah melayang menyasar rahang Luke.

Jeritan kecil yang membelah udara diikuti dengan suara pertemuan antara besi dengan besi, dan kayu dengan kulit.

What the hell, Irve! Did laughing a sin now?” Dare berkacak pinggang setelah berhasil menghantam bahunya dengan gagang spatula. Friying pan teronggok miring di atas sebuah ring kompor yang tak lagi dihiasi api.

What now? I didn’t even touch her!” Luke mengerang sambil membelai rahangnya, melemparkan pandangan tanpa dosa yang sangat dihapalnya. 

Yeah, you’re not, you’re just checking on her butt,” ia nyaris meludahkan kalimatnya barusan ke wajah Luke.

There’s nothing wrong with my butt. It stays where it should be,” sepasang mata abu-abu gelap itu mendelik kesal.

God… this smartass chick, she’s definitely blind and cutely naive.

Tawa Luke mengembalikan perhatiannya ke tempat seharusnya.

Thought my message last night was clear,” suaranya nyaris menggeram, Amon lah yang sedang berbicara. “I see you dry now, Lux, new clothes, huh? Where did you spend your night? Some random chick’s house? Letting your devil out in charge?

Well, yes, Sweetpie, you’ve got a very nice butt, I only appreciate the beauty in front of me,” iblis itu melempar senyum untuk Dare.

My Darey cat. Mine!

And yes, your message was crystal clear, Ira,” Luke menoleh untuk menatapnya. “I came only to take my wallet I left here, while she offered me breakfast. I have no clue either that she like to dance while cooking,

Wait,” kening cantik itu berkerut. “You’re spending night somewhere? I thought—

Ask your boyfriend, Sweetpie. He hauled my ass off out of your house last night and threw me into the pond, said if I ever touch you as I pleased again, he’ll kill me right away. Well, I agree,” jeda yang membuat iblisnya murka. “For one condition,

Do I even wanna hear that?” sebelah alis Dare terangkat.

Oh, you’re gonna love it,” Luke tersenyum licik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEVEN SINNERS (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang