Writer's Note:
Dual language. Sy mencoba untuk menggunakan percakapan dalam B. Inggris untuk part ini. Terjemahan tidak disertakan (kalo disertakan nanti ada banyak banget footnote-nya), tp silahkan tanyakan langsung pd saya di comment box dibawah jika ada kalimat yg tidak mengerti, nanti akan sy coba kasih terjemahannya dalam B. Indonesia :)
Happy reading! Hopefully, you'll enjoy the story... :)
----------
Ia menutup loker dalam satu kali bantingan keras, seluruh hal yang dibutuhkannya berada dalam dekapan lengannya yang ramping.
Gadis itu berbalik dan—
“Whoa!”
menjatuhkan seluruh hal yang dibutuhkannya ke lantai koridor.
Ia menggumamkan kata maaf dengan terburu-buru dan baru akan membungkuk untuk memunguti barang-barangnya satu persatu saat sepasang lengan maskulin mencengkram kedua sikunya dan menghentikan gerakannya.
Dare Aimee Petrova mendongakkan wajahnya untuk mempertemukan pandangannya dengan sepasang mata hazel milik pemuda di hadapannya. Senyum pemuda itu terkembang, memperlihatkan sepasang lesung pipi yang menawan. Tulang pipinya yang tegas tertarik ke atas seiring dengan senyumannya, dan rahangnya menyiku dengan tajam sebelum mencapai sepasang telinga—
“Umm… sorry,” Dare berkedip, mencoba mengenyahkan seraut wajah yang mengacaukan benaknya seketika. Pekerjaan sulit, mengingat wajah itu sedang menunduk untuk memandanginya dengan tatapan tertarik.
“Never mind. Are you okay?”
“Yes, thanks for asking. Sorry. Again,” Dare menjawab dengan kikuk.
“I said it’s okay. Petrova, right?” senyum pemuda itu melebar menanggapi kekikukannya.
Apa sih yang salah dengan otaknya?
“Dare,”
“Sorry?” pemuda itu mengerenyitkan dahinya, masih terlihat sempurna bahkan saat melakukannya. Sejumput rambutnya yang berwarna coklat tembaga meluncur jatuh menutupi dahinya. Tangan pemuda itu yang sejak tadi mencengkram sepasang sikunya dilepaskan, kemudian pemuda itu berlutut di hadapannya untuk memunguti pakaian olahraganya.
Dan itu memalukan.
Mengingat pemuda itu melakukannya pada jam pergantian kelas dengan koridor disesaki para mahasiswa yang melemparkan tatapan ingin tahu kepada mereka berdua. Seolah bertabrakan dengan seorang quarterback terbaik yang pernah dimiliki Anderson College dalam sepuluh tahun terakhir belum cukup memalukan.
Terutama untuk cewek yang dicap nerdy seperti dirinya.
“My name. Just… call me Dare,”
“Odd names,”
Kalau kau tahu nama lengkapku kau akan mulai tertawa.
“Apparently, it seems that way,”
“Sorry, I didn’t mean to offend you,” pemuda itu menyerahkan pakaian olahraganya.
“No, of course not,”
Pakaian olahraganya hanya berupa celana pendek sederhana dan kaus pas badan yang mampu mengakomodasi kebutuhannya untuk bergerak secara lincah. Kebanyakan cewek-cewek lain akan mengenakan racerback ketat, kaus polo, bahkan racer-bra yang tanpa malu-malu dipasangkan dengan rok atau celana tenis seperti seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN SINNERS (On Hold)
Novela JuvenilTujuh iblis dalam diri manusia. Tujuh orang pendosa yang menghadapi dunia. Tapi, bagaimana kalau ternyata, ada alasan dibalik kemunculan iblis-iblis ini dalam diri manusia. Bagaimana kalau ternyata, kemunculan iblis-iblis ini sendiri merupakan hasil...