08. Kissing You

806 75 7
                                    

Hanbin mengobati luka robek di sudut bibir Jing Xiang dengan telaten. Jing Xiang menatap Hanbin dalam diam, wajah keduanya begitu dekat dan Hanbin tak menyadari jika Jing Xiang tengah menatapnya intens sedari tadi, ia terlalu fokus mengobati luka yang lebih muda.

Setiap pahatan di wajah Hanbin tak bisa membuat Jing Xiang teralihkan sedikitpun, wajahnya sehalus porselen, hidung nya begitu kecil dan mancung, dan bibir ranumnya yang begitu tipis dan berwarna kemerahan membuat Jing Xiang semakin tenggelam dalam kekaguman.

"Kita seharusnya lebih awal ketemu," gumam Jing Xiang sembari menahan tangan Hanbin yang masih sibuk mengobati luka di ujung bibirnya akibat ulah Jinxin.

Hanbin terdiam.

"Lo seharusnya gak pernah ketemu Cai Jinxin," lirih Jing Xiang dengan sorot mata tajam.

"Seharusnya lo jadi milik gue sejak lama," ujar Jing Xiang dan setelahnya ia menarik tubuh Hanbin agar lebih menempel dengan tubuhnya.

Hanbin tersentak kaget, kini ia dan Jing Xiang berada dalam rentang jarak nyaris hanya 1 cm saja.

"Gimana bisa orang kayak Jinxin pernah meluluhkan hati lo, gue nggak ngerti, tapi sekarang gue lega, karena kalian udah putus, jadi gak akan ada yang bisa menganggu hubungan kita."

Aliran darah Hanbin berdesir hebat saat Jing Xiang perlahan mengikis jarak.

"Ji-Jing Xiang..."

"I love you, Sung Hanbin, I love you so much, i want you to know about my feeling right now."

Jing Xiang menangkup kedua pipi Hanbin dan Hanbin perlahan mulai memejamkan mata, seperkian detik kemudian kedua belah bibir keduanya akhirnya menyatu dengan sempurna, Jing Xiang awalnya hanya ingin menempelkan bibirnya diatas bibir ranum Hanbin, tapi nafsu birahinya seakan tak terkontrol, Jing Xiang mulai menyesap bahkan juga melumat bibir Hanbin dengan lembut, mereka seakan menikmati ciuman itu tanpa ada penolakan sedikitpun.

Jing Xiang kemudian menyudahi ciumannya dan mengusap pipi Hanbin dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Kenapa gak nolak?" Pipi Hanbin langsung bersemu merah apalagi Jing Xiang malah menyunggingkan senyum tampannya.

"Kenapa gak dijawab?" Jing Xiang beralih mengusap surai Hanbin dengan gemas.

"Jing Xiang, lo... beneran suka sama gue?" Hanbin masih terlihat ragu, ia hanya tak ingin terlalu cepat jatuh hati hanya karena sentuhan fisik seperti tadi.

"No, i dont like you, but i really love you," sahut Jing Xiang dengan jujur.

Hanbin memandang yang lebih muda dengan manik prihatin. "Gue udah bilang, jangan suka sama gue."

"Kalo gitu, silahkan bilang itu kesini." Jing Xiang meraih sebelah tangan yang lebih tua dan mengerahkannya tepat di depan dada kirinya.

"Jantung gue selalu berdetak untuk orang yang sama, hati gue selalu menuliskan satu nama, meskipun banyak orang yang lebih baik dan yang pasti gak akan ada yang berubah dari semua yang gue rasakan, jadi salahin perasaan ini, jika memang cinta gue ke lo adalah sebuah kesalahan daripada anugerah."

Hanbin menggigit bibir bawahnya, apalagi saat ia merasakan dengan jelas bagaimana detak jantung Jing Xiang saat ini.

"Gue gak perduli sama masa lalu lo, gue cuma mau lo tetap disamping gue dalam keadaan apapun."

Hanbin menitikan air mata dan menahan isakan tangisnya, ia tak mengerti kenapa ia merasa emosional, padahal ia tak merasakan kesakitan apapun, atau lebih tepatnya Hanbin yang tak dapat mengerti keadaan ataupun perasaannya sendiri.

You and Me We Are Shine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang