07. Jealous

669 72 7
                                    

Hanbin mencari Jing Xiang yang tak ia temukan sedari tadi, entah mengapa sejak semalam Jing Xiang bertingkah begitu aneh dan Hanbin khawatir jika Jing Xiang tadi malam melihat dirinya dan Jinxin yang tengah berpelukan.

"Masa kalian gak liat dia dari tadi?" tanya Hanbin tak percaya saat Daeul dan Gyuvin kompak menjawab jika mereka tak tau dimana keberadaan Jing Xiang saat ini.

"Serius kak, kami gak tau dia kemana, ini kami daritadi cuma nongkrong berdua disini." Daeul mencoba meyakinkan Hanbin.

Hanbin terlihat gusar dan Gyuvin baru teringat sesuatu.

"Biasanya dia ke rooftop kalo lagi ada masalah," jelas Gyuvin yang seakan hafal kebiasaan Jing Xiang.

Hanbin memandang Gyuvin penuh harap. "Lo yakin?"

Gyuvin mengangguk. "Gue hafal hampir semua kebiasaan dia."

"Oke, gue pergi dulu, gue mau cari dia kesana," pamit Hanbin dengan terburu-buru, entah mengapa perasaan nya jadi tidak enak.

"Vin, kayaknya Jing Xiang lagi ada masalah deh," ujar Daeul merasa ada yang janggal, apalagi Hanbin yang sekarang malah terkesan mengejar-ngejar Jing Xiang.

Gyuvin mengaduk-aduk minumannya dengan sebelah alis terangkat skeptis. "Terus kenapa kalo dia ada masalah?"

"Lo gimana sih, ya kita harus tanyain masalahnya apa terus bantuin dia semampu kita."

Gyuvin terlihat tak perduli. "Kita udah SMA dan kita udah bukan anak TK lagi, lagian kalau dia udah siap dia pasti bakal cerita ke kita, kita gak boleh menekan apalagi terlalu ikut campur sama urusan kehidupan dia."

Daeul dalam hati juga setuju dengan opini Gyuvin, tapi tetap saja ia agak khawatir kalau Jing Xiang sudah tiba-tiba menghilang seperti sekarang.

"Dia kalo ada masalah pasti larinya ke itu lagi, lo ngerti maksud gue kan?" Daeul memandang Gyuvin intens.

Gyuvin langsung menanggapi dan menyinggung tentang Daeul dan juga dirinya sendiri. "Selama itu bukan ke arah yang negatif, dia bakal tetep baik-baik aja, lo sama gue aja juga kadang gak terkontrol juga kan, karena di zaman kayak sekarang remaja kayak kita emang lagi rawan."

Daeul mengangguk setuju dan akhirnya memilih untuk tak lagi membahas mengenai Jing Xiang.

"Btw, lo nggak mau nginep lagi?" tanya Gyuvin memulai obrolan.

"Di rumah lo?" tanya Daeul.

"Iya, seenggaknya sampek bokap lo pergi." Gyuvin paham betul apa yang sekarang mengganggu pikiran Daeul.

Daeul tersenyum kecut. "Masalah kalo di hindarin gak akan selesai-selesai, termasuk masalah bokap gue."

Gyuvin memandang Daeul dengan raut iba. "Lo ngelawan dia lagi? Lo pikir dengan lo ngelawan lo bisa mengubah keadaan? Itu gak semudah yang lo pikir."

Daeul menampakkan smirk tipis. "Gue bahkan pernah mikir kenapa gue harus terlahir sebagai anak dari seseorang yang begitu pengecut kayak dia, tapi saat gue sadar akan kenyataan, gue akhirnya tau kalau ini mungkin salah satu skenario tuhan yang sengaja di tuliskan buat gue, karena mungkin tuhan tau kalau gue bisa melewati semuanya."

Gyuvin menyemangati sang sahabat dengan senyum tulus. "Kadang keluarga harmonis yang kita harapkan gak selalu bisa sesuai ekspektasi kita."

"Kayaknya selain kisah percintaan kita yang agak kacau, kisah keluarga kita juga sama aja," celetuk Daeul dengan tawa kering.

Gyuvin terkekeh pelan. "Gue aja pisah rumah dari Kak Minhee dari umur 8 tahun dan lo tau karena apa, ck! Hal itu terjadi karena keegoisan orang tua kami."

You and Me We Are Shine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang