10. Mental Ilness (I)

645 64 10
                                    

Hanbin memasuki rumah dengan senyum cerah, tadi ia diantar pulang oleh Jing Xiang dan yang membuat Hanbin terlihat lebih senang dan ceria adalah hubungannya dengan Jing Xiang yang sudah jelas, karena mereka sudah resmi berpacaran.

"Hanbin." Senyum cerah Hanbin seketika langsung luntur saat menyadari jika ayahnya sedari tadi memperhatikan tingkah lakunya.

"A-ayah baru pulang?" Hanbin menyapa dengan senyum manis lebih tepatnya senyum pura-pura agar ayahnya tak curiga, namun wajah sang ayah malah tetap terlihat tak begitu bersahabat.

"Ayah pergi ke luar kota semingguan ini dan kamu udah mulai bertingkah, siapa tadi yang nganter kamu pulang!?" Hanbin tersentak kaget dan diam membatu tanpa perlawanan sedikitpun.

"Ayah, berhenti nekan kak Hanbin," celetuk Intak mencoba membela kakaknya.

"Diem kamu! Kamu juga sama saja dengan kakak kamu!" Jaehyun seakan tak ingin dibantah dan balik membentak anak keduanya.

Intak berdecak tak senang dan Doyoung mencoba menenangkan sang anak.

"Hanbin, jawab pertanyaan ayah, siapa yang nganter kamu pulang?"

Hanbin meremas ujung blazernya dan menunduk dalam, kedua belah bibirnya serasa kering dan memucat.

"Hanbin!" sentak Jaehyun mulai merasa emosi.

"Dia pacar aku!" Untuk pertama kalinya Hanbin berani melawan Jaehyun.

Jaehyun hampir menampar Hanbin, tapi Intak langsung menghalangi dan melindungi kakaknya, ia sudah lelah dengan sikap diktator ayahnya yang terlalu menekan kakaknya selama ini.

"Ngapain kamu? Mau ayah pukul juga, huh?"

Intak memandang sang ayah nyalang, persetan dengan sopan santun, ia sudah kelewat kesal menahan diri selama ini melihat Hanbin yang jadi bahan tekanan sang ayah hanya karena Hanbin anak penurut dan bisa diandalkan.

Hanbin bisa berakhir menjadi orang lain, jika terus ditekan dan dibentuk oleh ayahnya layaknya sebuah boneka.

"Yaudah pukul aja sekarang! Ayo pukul Jung Jaehyun!"

Plak

"INTAK!" Doyoung memekik kaget dan segera menghampiri sang anak, beginilah Jaehyun jika amarahnya sudah tak terkendali.

Hanbin maju ke depan dan memberanikan diri menatap sang ayah dengan manik penuh kecewa sarat akan luka.

"Aku udah nurutin semua keinginan ayah selama ini, jangan libatkan Intak ataupun Jihoo, aku akan menjadi apapun yang ayah mau, jadi jangan halangi keinginan dan juga mimpi mereka."

Doyoung menitikan air mata melihat bagaimana Hanbin begitu melindungi kedua adiknya.

Jaehyun mendengus, tapi ia akan tetap bersikap egois. "Putus sama pacar kamu dan fokus belajar!" Jaehyun langsung pergi setelah memberikan penekanan dan juga pernyataan secara mutlak.

"Kak..." Intak menghampiri Hanbin dan memeluk Hanbin erat, Hanbin menitikan air mata.

"Maafin bunda ya, ini salah bunda." Doyoung merasa bersalah karena tak bisa melakukan apapun.

Hanbin menggeleng disela tangisan dalam diamnya, ia sudah biasa dengan semua tekanan dan juga tuntutan yang Jaehyun limpahkan padanya, akibatnya ia tidak bisa hidup bebas seperti remaja lainnnya, bahkan untuk sekedar menggapai cita-cita saja Hanbin tak bisa seleluasa anak-anak sebaya lainnya, karena ayahnya sudah menentukan semua hal yang harus ia lakukan dan tak boleh ia lakukan.

"Aku baik-baik aja, bunda gak perlu khawatir," ucap Hanbin sembari memaksakan senyum.

Hanbin memilih pergi dan segera masuk ke kamarnya, ia tak kuat jika tetap berada di luar dan melihat wajah Doyoung dan juga Intak yang seakan penuh rasa bersalah.

You and Me We Are Shine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang