13. Salah Paham

485 65 34
                                    

Jingxiang mendukung penuh keputusan Hanbin untuk mengikuti olimpiade dan tak melarang apalagi mengomentari apapun tentang keputusan telak sang pacar, karena Jingxiang akan percaya penuh pada Hanbin, dan ia yakin Hanbin pasti bisa melakukannya dengan baik, terlepas dari setiap tekanan yang Jaehyun berikan pada sang kekasih, setidaknya Jingxiang hanya perlu selalu ada di sisi Hanbin untuk terus mendukungnya.

"Tempat les nya di ganti lagi, yang? Padahal yang kemaren udah lumayan bagus," tutur Jingxiang saat sibuk nongkrong di salah satu cafe, mereka baru saja dari tempat les Hanbin, dan Jingxiang hanya bertugas mengantar saja, karena olimpiade Hanbin sudah tinggal dua Minggu lagi.

Hanbin menghela napas jengah. "Kamu kayak gak tau ayah aja, masih untung aku di biayain buat les."

Jingxiang terkekeh kecil. "Iya sih, tapi kamu kayaknya gak perlu les lagi, kapasitas otak kamu sama otak aku levelnya beda jauh, jadi hal-hal kayak gini udah gak berlaku buat kamu, kamu pasti bisa menang."

Hanbin mengulum senyum di tengah lelah yang melanda. "Bener sih, otak kamu sama Gyuvin juga jauh banget kan? Apalagi sama aku."

"Nggak usah ngeledek, iya tau yang pinter nya di luar nalar emang beda."

"Gak perlu ngambek, aku kan bicara fakta," balas Hanbin sedikit bercanda.

"Iya-iya, tapi kalo di pikir-pikir kita ini udah paket komplit, kamu pinter, aku standar, kamu kiyowo aku ganteng, kamu-"

"Stop! Apa-apaan tadi kamu bilang aku kiyowo, aku itu ganteng gak ada kiyowo-kiyowonya, kamu gak liat apa muka aku ganteng gini," sungut Hanbin melayangkan protes penuh ketidakterimaan.

Jingxiang tertawa kecil, dan sedetik kemudian ia menguyel-uyel lucu pipi tembam Hanbin.

"Ini buktinya, pipi kamu tembem kayak bakpao, gemesin banget pacar aku," kata Jingxiang seakan tak merasa berdosa, mana mereka jadi tontonan pengunjung lain pula.

Plak

Hanbin menggeplak tangan yang lebih muda dengan dengusan sebal. "Kamu nih, malu tau, udah aku mau pulang aja."

"Gak ada pulang-pulang, kita bakal tetep disini, lagian minuman kamu juga tinggal setengah, mubadzir tau," celetuk Jingxiang sembari memberikan petuah layaknya ialah yang lebih tua dari Hanbin.

Seme kalau lebih muda dari uke, memang suka tidak sadar umur.

Ini buktinya.

Jingxiang bahkan sering bersikap lebih dewasa daripada yang Hanbin kira, sampai Hanbin tanpa sadar mulai tenggelam dalam dominasi kuat dan aura dewasa dari Jingxiang, dan jika orang-orang tak tau fakta yang sebenarnya, mereka juga pasti akan berpikir jika Hanbin adalah yang lebih muda, mana Jingxiang macem tiang pula dan Hanbin malah seperti bocah saat berdiri di samping Jingxiang.

"Nanti aku dicari ayah gimana, mau tanggung jawab kamu?"

"Iyalah, emang kenapa? Ayah kamu mungkin masih belum merestui kita, tapi aku yakin kalau suatu saat nanti dia pasti mendukung hubungan kita."

Suasana antara keduanya berubah sedikit melodramatic, Hanbin jadi mulai berpikiran aneh-aneh, candaan yang Jingxiang lontarkan untuk mencairkan suasana juga seakan abai di telinga serta di pikirannya saat ini.

"Sayang, kok malah bengong?" Jingxiang menyadarkan Hanbin dari lamunan-lamunan negatif yang memenuhi isi otaknya.

"Huh? Kenapa?"

Jingxiang menggenggam tangan Hanbin, tatapannya berubah lebih teduh. "Kamu baik-baik aja, atau kita pulang aja sekarang?"

Hanbin melirik arloji di pergelangan tangannya sebentar dan akhirnya mengangguk setuju dengan tawaran dari Jingxiang.

You and Me We Are Shine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang