sadar

138 16 0
                                    


2 bulan kemudian

Lucas sedang sibuk dengan handphonenya. Dari awal datang ia hanya mencium sekilas kening Doyi lalu merebahkan tubuhnya di sofa sambil bermain handphone.

"permisi pak Lucas, boleh keruang administrasi sebentar? Ada beberapa berkas yang harus ditanda tangani oleh pihak keluarga."

Lucas pun mengikuti suster tersebut. Ruang administrasi lumayan jauh dari ruang rawat Doyi. Lucas harus turun ke lantai dasar dari lantai 15 tempat dirawat.

(To my favorite person in this world, I miss you a lot. Please be safe every day~~~)

Lucas bermain handphone sambil memakan cemilan yang di genggamnya. Senyuman manis terlihat diwajahnya menatap layar terang tersebut. Jam menunjukkan pukul 23.30 wib. Hampir tengah malam dan ia belum juga memejamkan matanya untuk tidur.

Diujung ranjang, jemari itu bergerak perlahan. Lucas yang melihat itu langsung berjalan mendekat ke Doyi. Hampir tak percaya karna selama 3 tahun lebih, baru kali ini Doyi menggerakkan tubuhnya.

"Doy??" Lucas berucap lembut ditelinga Doyi sambil menggenggam tangannya.

Tak ada jawaban. Namun jari itu semakin leluasa bergerak hingga bisa menggenggam kembali jari Lucas.

Lucas dengan cepat memencet bel panggilan darurat. Tak lama suster segera datang.

Matanya ingin membuka dengan bersamaan air matanya. Lucas menyeka air mata tersebut.

"Sayang, pelan pelan bukanya."

Beberapa suster siaga di samping Doyi. Takut terjadi serangan mendadak efek dari koma yang lama.

Kini matanya terbuka sempurna. Hampir 10 menit dia hanya diam menatap langit kamar. Air matanya terus mengalir tanpa isak. Bibirnya mulai bergerak ingin mengucapkan sesuatu.

"sayang jangan dipaksa kalau belum bisa. Kamu buka mata aja aku senang banget." Lucas sudah berurai air mata melihat Doyi yang sudah ada kemajuan.

"T--too... my... f--avorite......person....."
Doyi tetap melanjutkan perlahan kalimatnya. Lucas hanya menatap sambil mendengar dengan seksama ucapan Doyi.

"in....this.......world (menghela nafas yang panjang) i---i miss.....you..... a lot. Please..... b--e safe...... every....day."

Bibirnya bergetar mengucapkan kalimat panjang itu. Lucas tak mengerti maksud yang diucapkan. Lucas menganggap itu ungkapan Doyi selama dia mimpi selama 3 tahun.

(keesokan paginya)

"sayang sarapan dulu ya. ini makanannya udah datang."

Lucas izin tidak masuk kerja hari ini karna ia ingin bersama Doyi full satu hari.

Doy tidak merespon apapun. Pandangannya hanya keluar jendela melihat bangunan yang tingginya setara dengan rumah sakit mewah tempat Doyi dirawat. Dari awal sadar, Doyi tidak berbicara sama sekali lagi selain ucapan kalimat romantis tadi malam. Semua alat bantunya sudah dilepas oleh asisten dokter yang bertugas. Doyi sudah bisa duduk sekarang.

"sini aku suap. Ayok buka mulutnya."
Lucas mengarahkan sendok berisi bubur kemulut Doyi.

Doyi melihat Lucas dengan seksama.

"happy birthday"

Lucas kaget Doyi mengatakannya. Diletaknya kembali sendok kesemula.

"sayang kamu ingat aku?"

"makasih Lucas masih bersamaku"

"serius ini kamu ngomong gini yang?"

"cas aku ingat kamu. Aku ingat brownies itu. Aku ingat kecela... Ahh"

Tiba tiba kepalanya sakit dengan hebat. Doyi memegang kepalanya kuat menahan sakitnya.

"sayang rilex. Jangan dipaksa. Aku panggili dokter ya."

Belum sempat Lucas memanggil, dokter Jo masuk keruangan bersama 2 orang suster.

"biar saya periksa." ucap dokter Jo kepada Lucas.

Lucas menyingkir dan sekarang dokter Jo duduk diujung ranjang dimana Doyi duduk.

"Doyi.."

Refleks Doyi menghentikan yang ia lakukan.

"suara itu...." ucap Doyi menunduk tanpa memandang dokter Jo.

"Doyi sekarang baring, saya akan memberikan obat rilex ya."

Saat Doyi hendak baring, mata itu bertemu. Bagai disengat listrik. Tubuh Doyi merasakan hal aneh. Jantungnya berdetak lebih cepat.

Dokter Jo menyuntikkan cairan di lengan Doyi. Doyi tak berkedip menatap mata dokter Jo.

"sunflower"

Ntah apa yang ada difikiran Doyi, namun bibirnya mengucapkan kalimat itu dengan pelan. Walau pelan dokter Jo bisa mendengar suaranya.

"udah disuntik, sekarang Doyi sarapan ya. Biar cepat sehat dan bisa beraktivitas lagi." dokter Jo tersenyum ramah pada Doyi seperti para dokter pada umumnya.

"Lucas, semangati terus ya Doyinya. Kesembuhannya sangat bagus. Nanti sore kita bahas untuk terapi jalannya. Karna tulang kakinya akan kaku untuk digerakkan."

"sunflower" dalam hatinya


sincerity (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang