nyaman

89 10 0
                                    

Pria dalam kungkungan selimut itu terus memegangi bibirnya. Wajahnya sangat merah dan belum mampu menetralkan jantungnya. Padahal sang kelaku sudah sampai rumah sakit dan melanjutkan aktivitas seperti biasa.

"seperti bukan ciuman pertama. Bibirnya tidak asing."

Gumam Doyi pelan. Ia terus saja berhalusinasi sejak tadi. Bahkan untuk memberi pesan ke Jo pun ia tak mampu. Karna kini ia salting parah.

 Karna kini ia salting parah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Doy membuka galeri hp nya. Sempat ia foto dokter Jo secara diam diam ketika berjalan kearah parkiran. Dokter Jo bersikeras ingin membawa semua belanjaan Doyi yang ia belikan.

Gambar itu lama ia pandangi. Tak sadar menciptakan senyum manis dibibirnya. Andai saja ia jomblo, Sudah dipastikan ia akan mengejar cintanya dokter Jo detik itu juga.

"dokter Jo kalau tidak pakai baju dinas kenapa makin keren sih."

Tak sadar bibirnya sampai berkata seperti itu.

(pintu terbuka)

"doyi?"

Lucas mencari keberadaan Doyi dan memanggil namanya. Senyum sumringah tadi seketika pudar. Doyi bangkit dari kasurnya dan keluar kamar. Mengikuti asal suara yang memanggilnya.

"Doyi aku minta maaf tadi aku sempat kesal."

"gak papa cas. Mungkin salah aku juga yang terlalu memaksa kamu."

"ini aku baru kelar kerja. Besok selama 3 hari aku harus keluar kota Doy. Maaf." Lucas memeluk Doyi.

"Cas...."

Berat untuk bibirnya mengungkapkan unek unek yang ada dikepalanya. Terutama soal wanita cantik itu.

"Hmmm." jawab Lucas lembut.

"kangen."

Bukan itu yang ingin dia ucapkan. Namun cuma itu yang bisa ia ucapkan.

Lucas melepas pelukannya dan langsung mengecup lembut bibir Doyi. Belum puas mengecup, ciuman itu menjadi lumatan. Lumatan yang memabukkan. Seperti tidak berjumpa sekian lama. Lucas menarik pinggang Doyi dengan kuat agar lebih menempel padanya.

Doyi hanya menerima pagutan tersebut dan melingkarkan tangannya di leher Lucas.

Aneh. Aneh rasanya. Tetap sosok tinggi nan tampan itu yang terbayang. Kecupan 2 detik lebih menghanyutkan dari pada lumatan ini. Kepala Doyi penuh dengan keanehan yang ia rasakan.

Doyi memundurkan kepalanya menandakan ciuman ini harus berhenti.

"Cas aku takut malah jadi kebablasan."

"ah baiklah sayang. Oiya kamu udah makan? Aku bawain makanan restoran yang paling lezat."

Doyi dan Lucas pun berjalan kearah meja makan. Sebenarnya Doyi sudah sangat kenyang mengingat dia makan banyak bersama Johnny tadi siang. Tapi ia berpura pura karna tidak enak menolak makanan yang sudah dibeli Lucas.

Selama 6 tahun ini mereka menjalin kasih, Doyi belum pernah mengizinkan Lucas untuk having sex. Doyi benar benar memberikan itu kepada suami nya kelak. Beberapa kali Lucas sudah mencoba merayu Doyi, namun Doyi tetap pada prinsipnya. Lucas dengan sabar menyetujui prinsip tersebut. Walaupun hatinya sangat menginginkannya.

Pernah suatu hari Lucas benar benar sedang horny. Ia mencumbu bibir Doyi sangat kasar hingga Doyi hampir tidak bisa mengontrol. Doyi hampir diperkosa olehnya. Ketika Lucas hendak membuka celana Doyi secara paksa, Doyi menendang Lucas dan lari kerumah Nana.

Sejak itu Lucas tidak berani menyerang Doyi secara paksa. Lucas hanya bisa memakan habis bibirnya tapi tidak dengan tubuhnya.

~~~

Pagi ini seperti biasa. Doyi bangun dengan keheningan dan ruangan yang hampa. Lucas sudah pergi sejak subuh untuk keluar kota. Namun Lucas menyempatkan membuat sarapan untuk Doyi.

"Nana pasti sibuk kerja. Lucas apa lagi. Aku mau nelfon siapa ya?"

(whatsapp)

"hai"

Agak canggung karna insiden di mobil semalam. Lagi lagi Doy mengikuti kata hatinya. Sejak perpisahan kecup bibir kemarin, satu sama lain tidak ada yang berani menghubungi. Akhirnya Doy memberanikan diri untuk menghubungi dokter Jo deluan.

Sudah setengah hari lamanya, pesan singkat Doyi tak terbalas. Kini perasaannya campur aduk. Disisi lain ia memikirkan mungkin dokter Jo sudah tak mau menghubunginya lagi karna insiden memalukan semalam. Disisi lain iya takut dokter Jo kenapa napa karna tidak ada menghubunginya.

Doyi memutuskan untuk menelfon suster Irene. Suster yang sangat dekat dengan dokter Jo. Suster yang selama 3 tahun merawat Doyi. Suster sekaligus asisten dokter Jo.

Deringan ke tiga akhirnya di angkat.

"suster apa kabar?"

"basa basi banget kamu Doy?" keduanya terkekeh

"apa sih sus. Beneran nanya kabar Doyinya."

"nanya kabar suster atau kabar si bapak?"

"ha bapak?"

"ya bapak dokter kesayangannya Doyi."

"emmmm"

"dokter Jo sakit Doy." potong suster.

"ha? Dokter bisa sakit?"

"hust kamu ini. Dokter juga manusia. Bukan buatan pabrik."

"terus sekarang dokter Jo dimana sus?"

"ada di apartnya. Suster baru dari sana untuk menyuntikkan obat sekaligus vitamin."

"suus...."

"kenapa? Kamu mau kesana?"

"dokter irene pekaan banget sih."

"010995 kode apart."

_____

Kini Doyi memberanikan diri membuka pintu berkode itu. Ya, suster Irene mengizinkan Doyi kesana. Karna ia tahu dokter Jo membutuhkan Doyi. Kalau sakit, dokter Jo selalu mengigau nama pemuda manis tersebut. Suster Irene bisa di bilang saksi atas apa yang terjadi 3 tahun itu. Ia melihat ketulusan Jo untuk Doyi seorang.

Doyi meletakkan wadah sup yang ia bawa keatas meja makan. Ia liat dengan seksama sekeliling apart Jo. Sungguh rapi dan wangi. Nuansa gelap membuat ruangan apart itu menjadi elegan. Semua fasilitasnya bermerek dengan harga yang pastinya cukup fantastis.

Doy bergerak kembali ingin mencari keberadaan Jo. Ia buka perlahan pintu kamar dokter Jo yang tak berkunci. Doyi tak bersuara. Ia hanya mendekat kearah lelaki yang sedang meringkuk tersebut.

"D..ooy..."

Kalimat itu terus keluar dari celah bibirnya. Doyi yang duduk dipinggir ranjang mendekatkan tangannya untuk memegang tangan Johnny.

"dok.."

Sangat pelan dan lembut Doyi memanggilnya. Sadar ada yang memegang tanggannya, Jo membuka matanya perlahan.

"Doyi..."

Jo melihat lemas dan tak bertenaga. Pandangannya tak lepas dari pemuda manis didepannya.

Ntah bisikan dari mana, tiba tiba Doy memajukan tubuhnya dan memeluk Johnny.

"dokter Doyi kasih pelukan biar cepat sembuh ya." pelukannya menghangat ditubuh Johnny.

Bukannya melepaskan, Johnny malah semakin menarik tubuh mungil itu untuk ia dekap. Tak ada penolakan sama sekali. Semuanya mengalir begitu saja. Doyi membiarkan tubuhnya dipeluk oleh orang disebelahnya. Nyaman dan hangat yang ia rasakan.

"please stay with me. Begini dulu untuk beberapa saat. Sangat nyaman"

sincerity (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang