rindu

100 14 0
                                    


Deru ombak menghangatkan fikirannya yang sudah hampir frustasi. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kenangan itu bersorak didalam kepalanya.

"dok, tiketnya sudah dipesan. Besok dokter harus sudah bertugas kembali. Karna besok pas 2 bulan dan hari terakhir dokter cuti."

Sebuah pesan yang dipandanginya dari tadi membuat tambah frustasi. Helaan nafasnya sangat berat.

"oke Jo. Berakhir semua kenangan manismu. Hentikan disini. Buang disini. Lupakan disini. Mulai kembali tanpa perasaan."

Gumam Johnny di tepi laut yang tak jauh dari vila pribadinya.

~~~~~

"cas besok aku harus kontrol. Kamu nemani aku kan?" tanya Doyi pada Lucas yang sibuk dengan laptopnya.

"oh my god. Sayang maaf aku lupa. Besok hari penting perusahaan. Aku ada rapat. Gak bisa izin sayang." Lucas berfokus pada kekasihnya.

"its okay. Gak papa cas. Aku bisa sendiri kok."

"no no no. Besok aku suruh Nana jemput kamu."

"Cas ngerepotin. Gak enak aku tu."

"Nana juga pasti bakal ngerti sayang. Demi kamu."

"hmm ya udah deh."

~~~

Keesokannya

Nana dan Doyi sudah diperjalanan menuju rumahsakit. Lucas memberikan mobilnya pada Nana untuk mengantar Doyi. Sedangkan Lucas berangkat kerja dengan transportasi online.

Sesampainya langkah demi langkah mereka lalui hingga berada di depan ruangan dokter Jo.

"na, boleh aku sendiri aja gak yang masuk?"

Ucap Doyi sebelum memasuki ruangan. Nana sedikit kaget mendengar itu namun ia memakluminya dan menunggu Doyi diluar ruangan.

Doyi membuka pintu ruangan ketika namanya sudah dipanggil. Jangan tanya gimana gugup dan berdetaknya jantung Doyi.

"hai Doyi. Apa kabar? Ayo duduk."

Doyi pun hanya membalas dengan senyuman dan duduk di kursi yang disediakan.

"gimana sekarang? Ada keluhannya? Kepala nya masih sakit?" Jo menahan sekuat tenaga dirinya.

"terkadang masih sakit dok."

"jangan sering banyak fikiran ya Doy. Kalau sembuh 100% nanti udah bisa gak pakai obat lagi. Bisa ke kampus lagi."

Doy tak menjawab. Pandangannya hanya menunduk menatap kosong kebawah sambil memainkan kuku jarinya.

"Doy...."

Doy tak kunjung menatap Johnny. Hingga sudah panggilan yang ketiga pun Doyi tak menoleh. Jo berdiri dan berjalan mendekat Doy. Ia berjongkok agar setara dengan paha Doyi dan bisa melihat wajah Doy dari bawah.

"kenapa nangis hm?" Jo mengusap pelan air matanya.

Doy tak menjawab. Malah air mata dan isaknya semakin menjadi. Dokter Jo berdiri dan langsung memeluk Doyi.

"tarik nafas, keluarkan semua air matanya, dokter ada disini." Jo mengelus punggung Doyi.

"dok aku mau bilang sesuatu." Doyi terbata bata mengucapkannya.

"Doyi ada urusan gak setelah ini? Kalau gak ada, mau nunggu dokter  sampai pasien habis? Ada sekitar 5 pasien lagi. Nanti kalau dokter sudah kelar, kita cari angin diluar."

Doyi mengangguk arti setuju. Ia keluar ruangan setelah mendapat pelukan hangat dari dokter tampan itu. Ntah kenapa hatinya menghangat saat dipeluk. Seperti rasa rindu yang tersampaikan.

"kenapa nangis Doyiku?"

Nana kaget melihat mata sembab Doyi.

"aku gak papa Na. Cuma tadi kebawa suasana aja."

"suasana apa? Kan cuma kontrol kesehatan kamu. Berharap dapat suasana ape lu maymunaaaaa."

Doyi tersenyum melihat lagat lucu sahabatnya itu.

"Na kenapa ya rasanya sangat rindu. Rindu berat."

"ha???"

"dokter Jo." Doy menoleh kearah Nana dengan wajah serius.

"Doyi naksir dokter Jo???"

Doyi menggeleng cepat.

"rasanya aneh Na. Kayak nyaman dan rasanya aku rindu banget sama dokter Jo."

"Doy???"

sincerity (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang