Sore ini Nara dan Dipta memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua Dipta karena besok paginya Dipta harus kembali ke Yogyakarta untuk mengurusi proker – prokernya jadi Dipta pulang untuk mengemasi barang – barangnya.
" Mas udah ini aja yang mau aku bawa." ucap Nara.
Dipta menoleh kaget " Banyak bener yang mau di bawa" di depannya terdapat dua koper berukuran besar.
" Ini masih sebagian, nanti kurangannya aku bawa sendiri hehe." ucap Nara.
Dipta memasukkan dua koper milik Nara ke dalam bagasi mobil " Yaudah ayo."
Mereka berdua kemudian berpamitan kepada kedua orang tua Nara. " Ibu, Ayah, Nara sama Mas Dipta pamit ya" ucap Nara.
" Loh Dek jadi ke Yogyakarta sekarang?" tiba – tiba keluarga kecil kinan datang.
" Eh engga mbak, ini mau pulang ke rumahnya mas Dipta buat kemasi barang – barang mas Dipta soalnya besok pagi Mas Dipta harus balik ke Yogyakarta. Tapi aku ngga ikut." jelas Nara.
" LDR dong kalian." ucap Ardi suami Kinan.
" Iya mas, gapapa orang cuma satu bulan." tukas Dipta.
" Mima mau main sama kakak" ucap balita yang berada di gendongan Ibunya.
" Kakak Naranya mau pergi sayang, besok aja ya." jelas sang Ibu
" Besok main sama kakak okey Mima. Yaudah Nara sama Mas Dipta pamit ya." kini Nara dan Dipta menyalami kedua kakaknya.
" Hati – hati kalian, Dipta jangan ngebut – ngebut bawa mobilnya."
***
" Assalamualaikum." Mereka berdua sudah sampai di rumah milik keluarga Dipta. Rumahnya mewah dengan cat berwarna putih dan di desain bak rumah kerajaan, kata Nara yang pasti rumah keluarga Dipta lebih bagus daripada rumah miliknya. Meskipun keluarga Dipta memiliki rumah mewah dan harta yang bisa di bilang banyak tapi mereka tidak pernah sombong dan hidupnya serba sederhana.
" Waalaikumsalam, aaa akhirnya anak perempuan mama dateng. Mama nungguin dari tadi lo. Macet ya sayang?" Diana langsung memeluk Nara menantu satu – satunya.
" Iya ma tadi jalanan arah kesini macet." jelas Nara.
" Bagaimana sayang kabarnya baik kan?" tanya Diana pada Nara.
" Baik kok ma, mama sama papa baik juga kan?" tanya Nara kembali kepada kedua mertuannya.
" Alhamdulillah papa sehat sekarang udah jarang kumat." jawab Arman papa mertua Nara.
" Ehem... kok yang di tanya cuma Nara sih, kayaknya udah lupa sama anak sendiri nih." sindir Dipta karena sedari tadi kedua orang tuanya hanya memperhatikan Nara.
" Kok rupa – rupanya ada yang ngomong tapi kok gaada wujudnya ya." balas mama Dipta.
Dipta langsung memeluk mamanya posesif " Ga malu diliatin istri kamu kaya gini?" ujar Diana.
" Biarin." jawab Dipta acuh.
" Yaudah aku sama Nara ke atas dulu ya." pamit Dipta.
" Nanti malem ayo pergi makan – makan." ajak sang papa.
" Okey siap."
***
Nara memandang takjub kamar Dipta, berbeda dengan kamar laki – laki lainnya kamar Dipta tertata rapi dengan tema monokrom dan memiliki kamar tidur yang sangat luas berbeda sekali dengan kamar tidur miliknya yang sempit dan hanya cukup untuk satu orang.
" Wah kamarnya mas Dipta bagus, kasurnya luas jadi kalo tidur ga sempit – sempitan kaya di kamar tidur aku." ucap Nara.
" hmmm, tapi kamu nanti tidur di sofa itu." tunjuk Dipta pada sebuah sofa yang berada di samping kamar tidurnya.
" Ish masa aku tidur di sofa, gamau." ucap Nara dengan bibir manyunnya.
" Kenapa gamau?" tanya Dipta.
" Ya gamau, orang aku maunya tidur di kasurnya." jawab Nara.
" Gaboleh."
" Ish Mas Dipta kok gitu sih, ga asik ah padahal aku mau lo tidur sama Mas Dipta."
" Oh jadi mau tidur sama aku?" goda Dipta.
" Iya mau." jawab Nara spontan.
" Tapi aku gamau." ucap Dipta.
" Iya kamu nanti tidur sama aku." sedetik kemudian Dipta meralat omongan sebelumnya.
" Yeayy"
" Bantuin masukin ini." Dipta sedang sibuk mengemasi barang – barangnya dan meminta bantuan pada Nara.
" Gamau aku mau tidur." Jawab Nara
" Oh awas kamu." Dipta beraksi akan mengejar Nara sebaliknya sekarang Nara lari menghindari Dipta. Namun naas, Nara terjatuh karena terjirat oleh sandalnya sendiri dan ketika akan berdiri ia lupa di dekatnya ada meja jadi kepalanya terbentur meja.
" ARGHH..." teriak Nara.
" Nara kenapa?" tanya Diana di depan kamar Dipta, karena sebelumnya Diana akan mengetok pintu namun lebih dahulu mendengar suara teriak kesakitan Nara.
Dipta membuka pintu " Nara natap meja." Ucap Dipta.
" Kok bisa? Aduh itu berdarah." Diana melihat keadaan kepala Nara yang berdarah.
Dipta membersihkan luka Nara dan menempelkannya dengan hansaplast " Eh itu ma tadi lari – lari terus jatuh pas mau berdiri gatau kalo ada meja jadi kepalanya natap hehe." jelas Nara.
" Makannya jangan lari – lari jadi jatuh kan." ucap Dipta dengan tatapan tajamnya.
" Ye kalo aku ngga di kejar mana mungkin aku lari" ucap Nara.
" Sudah-sudah kalian ini kok malah berantem, lain kali hati – hati ya nduk. Mas kamu ini juga jagain istri kamu."
" Yaudah kalian ganti baju gih, papa ngajak makan malam di luar."
***
Pagi harinya, Dipta sibuk memasukkan barang – barangnya di bagasi mobil miliknya. Ia akan kembali ke Yogyakarta dengan membawa mobil pemberian papanya, sekalian membawa barang – barang milik Nara.
" Udah semua Mas?" tanya Nara.
" Udah beres semua."
" Nara yakin kamu gamau ikut sama suamimu?" tanya Arman.
" Emm mau bagaimana lagi Pa, Mas aslinya ingin Nara ikut juga tapi kasihan Nara masih pengen lebih lama lagi sama keluarganya dan juga teman – temannya disini." jawab Dipta mewakili Nara. Padahal mah Dipta ngga pengen juga Nara ikut ini semua hanya alibi agar papanya senang.
" Yaudah kalo begitu Mas hati – hati ya, kalo capek berhenti saja di rest area." ucap Diana.
Dipta memberi kode agar Nara memeluknya. " Biar keliatan kalo beneran." bisiknya.
Nara memeluk Dipta " Mas baik – baik disana ya." ucap Nara.
" Sayang mas berangkat ya, kamu jaga diri baik – baik disini. Nanti agustus awal aku jemput kamu" ucap Dipta sambil membelai rambut Nara kemudian lanjut mencium pipi Nara. Ini hanya settingan agar kedua orang tuanya percaya bahwa mereka sudah saling cinta.
" Dah papa, dah mama, dah sayang, Mas berangkat."
" Hati – hati"
KAMU SEDANG MEMBACA
NARADIPTA
Teen FictionBercerita tentang Nara dan Dipta yang akhirnya menjadi satu bagian keluarga karena perjodohan antara kedua orang tuanya. Nara yang terpaksa menikah karena sebuah impian sedangkan Dipta sebagai anak tunggal terpaksa menikah karena sebuah keinginan pa...