Di awal bulan Agustus, Nara memutuskan pergi ke Yogyakarta untuk berkuliah disana. Sejak jauh – jauh hari Nara sudah izin kepada Dipta dan kedua orang tuanya untuk ia pergi ke Yogyakarta bersama dengan kedua sahabatnya yang juga berkuliah disana Dipta dan kedua orang tuanya pun menyetujuinya. Dengan seperti itu Dipta tak perlu repot – repot menjemput Nara di Surabaya.
Nara senang sekali akhirnya bisa kuliah di universitas impiannya tapi di sisi lain ada ketakukan tersendiri karena selama di rumah ia terbiasa hidup serba di siapkan sekarang mau ga mau ia harus hidup mandiri apalagi sekarang ia sudah menikah dimana nantinya ia akan mengurus kehidupan rumah tangganya sendiri karena keduanya memutuskan untuk tidak memakai pembantu jadi urusan rumah mereka berdua yang mengurus. Hal ini lah yang membuat hidupnya sekarang menjadi berat, harus kuliah dan juga menikah apalagi posisi menikah tidak di dasari rasa cinta yang membuat kehidupan pernikahan sangat sulit di jalankan. Tapi keduanya mau tidak mau harus menjalankan pernikahan ini demi kedua orang tua mereka, toh cinta bisa datang dengan sendirinya karena terbiasa.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam akhirnya mereka tiba di stasiun lempuyangan pada pukul 19:30. Ya, mereka bertiga memang memilih menggunakan kereta api karena biayanya lebih murah kata Maya, sejak awal Nara mau berangkat menggunakan pesawat tapi ga jadi karena ia di ajak oleh kedua sahabatnya berangkat bareng – bareng naik kereta. Nara pun mengiyakan karena sebelumnya ia belum pernah naik kereta jadi ia penasaran bagaimana rasanya naik kereta.
Dipta datang menjemput Nara di stasiun.
" Mas, boleh nganter temenku ke kostannya juga nggak?" tanya Nara.
" Ra gausah aku sama Marcel biar naik grab aja." ucap Maya.
" Udah diem." ujar Nara.
" Boleh kok ayo" ucap Dipta.
" Ngga ngerepotin ini mas?" tanya Marcel.
" Halah sans ayo." tukas Dipta.
***
" Mas Dipta kuliah jurusan apa?" tiba – tiba Maya meluncurkan pertanyaan karena selama perjalanan tidak ada suara apapun selain kendaraan jadi Maya memulai pembicaraan agar tidak diam – diaman.
" Teknik Informatika, kamu sendiri?" balik tanya.
" Oh aku sama jurusannya kaya Nara, psikologi Mas." jawab Maya.
" Terus kalo siapa itu, marcel yaa jurusan apa kamu?" tanya Dipta pada Marcel
" Teknik Mesin Mas." jawab Marcel.
" UGM juga?" tanyanya lagi.
" Iya, dulu aslinya udah keterima teknik mesin yang di uny tapi aku iseng coba ikut utul ugm eh keterima juga yaudah aku milih bagusnya aja yang aku ambil." jelas Marcel.
" Hidup Marcel penuh dengan hoki, iseng dikit jadi." ucap Nara.
" Haha..."
" Mas itu depan kostanku." ucap Maya menunjuk sebuah rumah bercat putih di kiri jalan.
" Aku turun sini aja Mas, deket kok kostku sama Maya jarak 2 rumah doang." ucap Marcel.
" Gapapa sekalian aja tak anterin" ucap Dipta.
" Ngga usah Mas turun sini aja" jawab Marcel.
" Yaudah kalau gitu."
" Mas, Ra makasih ya"
" Hati – hati kalian."
Setelah mengantarkan kedua sahabatnya Nara dan Dipta akhirnya pulang ke apartemen yang dikasih oleh papanya Dipta. Karena apartemen ini hanya mmeiliki satu kamar terpaksa lagi – lagi mereka harus tidur bersama padahal niat awalnya kalau ada dua kamar mereka akan pisah.
Karena capek setibanya di apartemen Nara langsung merebahkan dirinya di kasur " Ah... capek banget"
" Heh bersih – bersih dulu sana." ucap Dipta garang.
" Aaaa aku capek ngantuk."
" Mandi dulu terus itu barang – barangnya di beresin juga."
" Besok aja ya please."
" Ngga sekarang!"
" Siapa sih ngatur – ngatur." ucap Nara sewot.
" Suamimu" ucap Dipta dengan wajah datarnya.
" Suami boongan wle" Nara mengejek Dipta.
" Sana mandiii."
" Mas laper.."
" Kalo kamu mandi nanti tak gofoodin."
" beneran?"
" Iya."
***
Pagi harinya saat Nara bangun di sampingnya sudah tidak ada lagi sosok Dipta. Nara tak ambil pusing ia langsung turun ke dapur mengambil air minum. Tapi yang menjadi perhatiannya saat ini adalah ia melihat Dipta sedang sibuk memasak di dapur.
" Mas Dipta masak?" tanya Nara.
" Yang kamu liat apa?" jawabnya.
" Ya masak si."
Dipta meletakkan nasi goreng telur buatannya di meja makan "Tuh makan dulu!" suruhnya.
" Wah...enak banget nasi gorengnya." ucap Nara keenakan.
" Tapi itu ga gratis." goda Dipta.
" Hah emang bayar?" tanya Nara polos yang di balas anggukan oleh Dipta.
" Bayar berapa?" tanyanya
" 100 ribu."
" Mahal banget padal kalo nasgor di mas mas cuma 10 ribu."
" Ini tuh limited edition soalnya di masakannya langsung sama orang ganteng."
" Dihh..."
" Haha"
" Mas..." Dipta hanya berhem ria.
" Emmm... aku mau minta anter ke kostnya Maya boleh ngga?" ucap Nara.
" Ngapain?" tanya Dipta.
" Emmm... mau main aja si sama sekalian bantuin Maya nata barangnya di kost."
" Itu barangmu sendiri udah kamu beresin belum?" tanya Dipta.
" Belum hehe.."
" Minimal kalo mau bantuin orang beres – beres barangnya sendiri di beresin dulu."
" Nanti kan bisa, ayola Mas mau ya ya.." Nara memohon.
" Ga."
" Mas please.." Nara memohon bak anak kecil.
" Yaudah sana mandi."
" Yeayyy makasiii Mas..."
KAMU SEDANG MEMBACA
NARADIPTA
Teen FictionBercerita tentang Nara dan Dipta yang akhirnya menjadi satu bagian keluarga karena perjodohan antara kedua orang tuanya. Nara yang terpaksa menikah karena sebuah impian sedangkan Dipta sebagai anak tunggal terpaksa menikah karena sebuah keinginan pa...