8.

45 6 0
                                    

Seorang pria dengan wajah merah padamnya menahan marah, ia melemparkan bogem pada beberapa pria yang sudah berani bertindak senooh pada seorang wanita yang dilihatnya. Ia memukul dengan beringas tanpa ampun. Tiga pria itu terkapar tidak berdaya di atas aspal. Setelah merasa puas, ia melirik wanita yang meringkuk takut. Dia adalah Isla. Wanita itu terlihat sangat berantakan. Tubuhnya bergetar hebat. “Nona?” ujarnya memanggil Isla.

Isla mengangkat kepalanya, menatap pria di depannya dengan mata sembab. “B-bisakah aku meminjam ponselmu?” tanya Isla dengan suara seraknya.

“Tentu, Nona.” Pria itu langsung memberikan ponselnya, tidak lupa memberikan sebotol air mineral pada Isla. “Minumlah terlebih dulu.”

“Terima kasih,” ujar Isla dengan tulus. Ia sangat bersyukur pria itu datang tepat waktu, di saat para pria brengsek tadi akan semakin dalam melecehkannya. Jika saja pria penolongnya ini tidak datang, mungkin Isla benar-benar akan hancur dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Isla sudah menghubungi pihak hotel, untung saja dia menghafal nomornya. Karena memang jika dirinya ikut pergi Luca ke mana pun itu—di mana mereka akan menginap, ia selalu menghafalkan nomor telepon dari pihak hotel. “Sekali lagi, terima kasih. Aku tidak tau bagaimana jika kau tidak datang,” ujar Isla menatap pria itu tulus sembari mengembalikan ponselnya.

15 menit berlalu, Luca datang. Pria itu terlihat sangat khawatir begitu mendengar kabar Isla yang sedang tidak baik-baik saja dari pihak hotel. Tidak lupa juga, ia membawa beberapa polisi karena firasatnya benar-benar tidak enak. Benar saja, saat melihat keadaan Isla yang berantakan. Luca menahan amarahnya. Ia bergerak cepat menghampiri Isla, memeluk tubuh wanita itu dengan sayang. “Maafkan aku ... maaf,” gumam Luca. Di saat bersamaan, Isla tidak bisa menahan tangisnya.

“L-Luca, pria-pria itu mengotoriku.” Isla mengadu dengan suara bergetarnya.

“Aku berjanji mereka tidak akan baik-baik saja setelah ini,” gumam Luca. “Kau sudah aman sekarang.”

Luca lalu menggendong Isla, para berandalan yang sudah melecehkan wanitanya itu sudah diurus dengan pihak berwajib. Tidak lupa, Luca menatap pria yang sudah menolong Isla. “Aku sangat berterima kasih padamu karena sudah menolong wanitaku. Entah bagaimana jadinya jika kau tidak datang tepat waktu,” ujar Luca dengan tulus.

Meskipun tampangnya terlihat sangar dan dingin, sebenarnya Luca itu sangat hangat.

Pria itu balas tersenyum, menepuk-nepuk pelan bahu Luca. “Mulai saat ini, kau harus menjaganya lebih ketat. Dia benar-benar hancur, kupikir dia juga butuh terapi untuk menyembuhkan traumanya.”

“Ya, kau benar. Setelah kita kembali, aku akan membawanya ke psikiater,” balas Luca setuju dengan ucapan pria itu. “Sekali lagi terima kasih.”

*

Sesampainya di hotel, Luca merebahkan tubuh Isla di atas kasur. Wanita itu terlelap. Wajahnya terlihat lelah dengan keadaannya yang masih berantakan. Luca mengambil sapu tangan yang sudah dibasahi, ia berniat untuk membersihkan Isla. Setelah itu, Luca mengganti pakaian Isla dengan baju tidur.

Luca memandangi wajah Isla yang terlihat damai. Tangannya terangkat, mengusap pipi Isla yang kemerahan seperti bekas tamparan. Tadi, saat menggantikan baju Isla, ia melihat ada beberapa bercak merah dari hasil wanitanya itu dilecehkan. Tentu saja membuat Luca marah.

Tidak berselang lama, Isla membuka matanya. Wanita itu terbangun. “Luca ....” Suaranya terdengar lemah.

“Aku di sini, baby,” balas Luca masih mengusap-usap lembut pipi Isla.

Isla kembali menangis saat memori yang terjadi beberapa saat lalu kembali terputar. Luca dengan cepat menarik tubuh Isla, membawanya ke dalam pelukan. “Ssst, tenang, baby. Ada aku di sini, kau sudah aman,” ujarnya seakan tau apa yang membuat Isla kembali menangis.

“A-aku sudah kotor, Luca. A-aku k-kotor,” ujarnya dengan suara bergetar.

“Jika kau kotor, maka aku akan membersihkannya, baby.” Luca mengusap punggung Isla. Ia mengecup lama pelipis wanitanya. “Tenang ya, besok kita pulang.”

“Tapi pekerjaanmu belum selesai,” gumam Isla membalas.

“Kau tidak perlu memikirkan itu. Sekarang yang terpenting adalah keadaanmu, baby.”

“Maafkan aku.”

“Tidak perlu minta maaf. Kau tidak salah, baby.”

“Aku mencintaimu,” ujar Isla menatap Luca dalam. “Jangan tinggalkan aku.”

“Aku lebih mencintaimu dan tentu saja, aku tidak akan meninggalkanmu, baby.”













*







dibaca boleh, ditungguin jangan.
inget authornya suka hiatus dadakan.

btw yang membuat diriku hiatus dadakan adalah akun pertamaku thxyousomatcha wkwk. Aku lebih aktif di sana. Monmaap, y'll dan jangan dimaklumi. Hehew.

see y next part.
21 Januari 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sexy DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang