4.

2.2K 83 9
                                    

"Isla, jangan pernah mencoba berkata lagi kau ingin pergi dariku," desis Luca di sela-sela pungutannya.

Isla diam, tidak menanggapi perkataan Luca. Baiklah, Luca memintanya bertahan, maka Isla akan bertahan. Entah sampai kapan.

"Maka buat aku terus untuk bertahan di sampingmu," gumam Isla membuat Luca mengangguk.

"Dan aku berjanji akan menjagamu dan bayi itu—" Meskipun Luca menyebut bayi itu entah kenapa tetap membuat hati Isla berbunga. Setidaknya, pria itu sudah memulai akan menerimanya.

"Baiklah, jangan hanya berjanji. Aku membutuhkan pembuktian," balas Isla lalu merapatkan tubuh mereka. Menarik lebih dalam tengkuk pria itu. "Dan aku tidak akan menuntut pernikahan padamu. Asal kau bisa memegang semua perkataanmu. Karena aku yakin, kau akan paham suatu hari nanti."

Luca mengabaikan kalimat Isla, dan terus mencumbu wanita itu. Lagi dan lagi. Karena Isla sudah menjadi candunya. Tidak ada yang lebih indah dari tubuh Isla. Wanita ini bahkan berhasil untuk membuatnya bergairah hanya dengan menatapnya saja.

Lalu bagaimana Isla tidak jatuh semakin dalam terhadap pesonanya? Sungguh, Isla tidak yakin apakah dirinya bisa hidup tanpa Luca dan meksipun dirinya pergi Isla tidak yakin apakah bisa melupakan pria ini.

Luca memberhentikan cumbuannya ketika ponselnya berbunyi begitu nyaring, Luca mengumpat karena diganggu sedangkan Isla mendesah kecewa.

Luca bisakan kau ke sini?”

Isla dapat mendengar dengan jelas, suara wanita yang menangis? Entah kenapa membuat dadanya nyeri. Apalagi melihat respon Luca dengan tubuhnya yang menengang khawatir.

Isla menggigit bibir dalamnya, sekuat tenaga agar air matanya tidak merembas keluar. “Baby, aku pergi dulu." Setelah sambungan terputus, Luca berkata pada Isla dan tidak lupa mengecup sekilas bibir Isla.

Isla memaksakan untuk tersenyum. “Hati-hati,” lirihnya yang masih bisa didengar Luca.

Setelah kepergian Luca, Isla menangis. Air matanya yang sejak tadi terbendung, meledak keluar juga. Wanita itu menelungkupkan wajahnya di lutut. Menangis sesegukan, ia benci perasaan ini.

Isla tidak suka menjadi lemah. Merasa kehilangan. Cukup, kedua orang tuanya, tidak dengan Luca. Isla belum siap dengan semuanya. Ia tertekan, dengan semua keadaan menyesakkan ini. Jika saja dirinya tidak hamil, Isla pastikan ia memilih untuk bunuh diri sekarang juga.

Pikirannya kacau. Sejak kedua orang tuanya meninggal ia begitu terpuruk, lalu keberadaan Luca mengubah semuanya. Isla merasa hidup, hari-harinya kian berwarna. Tapi semua berubah dalam sekejap. Isla ingat, dulu Luca selalu bersikap manis padanya. Mengungkapkan rasa cinta setiap harinya. Luca membuatnya menjadi wanita paling istimewa. Dan Isla merasa menjadi wanita paling beruntung se dunia.

*

Are you okay, Sel?” Suara Luca tersirat begitu cemas, sorot matanya menatap wanita di depannya khawatir, Selena.

Selena menggeleng, wanita itu menangis sesegukan, ada beberapa lebam di tubuhnya. “Dia menyakitiku.”

Luca memegang kedua bahu Selena, menariknya membawa ke dalam pelukan. “Sudah kukatakan, tinggalkan dia.”

“Tapi aku takut, dia akan bertindak lebih jauh lagi ketika aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya.” Selena meremas kemeja Luca dengan erat.

Luca mengusap punggung wanita itu, menenangkannya. “Sst, ada aku.”

“Dan untuk saat ini, tinggallah bersamaku.”

Selena mendongak. “Apa Isla tidak akan keberatan?”

“Aku sangat tau bagaimana Isla. Dia tidak akan keberatan, lagi pula biarkan dia memiliki teman di mansion.”

Selena Baldwin, model ternama keturunan Amerika-Yunani yang sudah menjadi sahabat Luca sejak kecil.

“Kau segera berkemaslah, kita akan ke mansion sekarang.”

“Apa kau yakin?” Luca mengangguk, menatap yakin Selena.

Sesampainya di mansion, Luca membantu Selena membawakan barangnya. Pintu terbuka, Isla berdiri di sana. Lalu pandangan matanya menatap Selena dan beralih pada Luca seakan bertanya. “Nanti akan kujelaskan baby dan tolong antarkan dia ke kamar tamu.”

Tanpa banyak bicara, Isla menuntun Selena yang terlihat menyedihkan. Mengantarkan wanita itu ke kamar. “Terima kasih, Isla.”

Isla mengangguk. “Jika kau butuh bantuan, kau bisa mencariku, Sel.”

Selena mengangguk. Isla meninggalkan Selena, membiarkan wanita itu istirahat. Ah, sepertinya ia sudah berpikir yang tidak-tidak pada Luca. Karena ternyata, suara wanita tadi adalah Selena. Sahabat Luca sejak kecil, Isla tau itu. Bisa-bisanya Isla tidak mengenali suara Selena tadi.

Isla menghela napasnya, memutuskan untuk menghampiri Luca yang berada di kamar. Ternyata, Luca baru saja menyelesaikan mandinya. Isla menutup pintu, “Ada apa dengan Selena, Luca?”

Luca yang baru saja keluar kamar mandi, mendongak. “Kekasihnya menyakiti Selena dan aku memutuskan untuk membawanya kemari, agar kau juga memiliki teman.”

Isla mengangguk mengerti, tidak bertanya lebih jauh. Setidaknya ini jelas 'kekasih Selena berbuat kasar pada wanita itu.

“Kau tidak keberatankan, baby?”

Isla tersenyum, menggeleng. “Tidak. Aku malah senang memiliki teman di mansion.”

“Setidaknya ketika kau pergi lama untuk urusan bisnis, aku tidak bingung akan melakukan apa.” Lanjut Isla.

Luca tersenyum. Bagaimana bisa dirinya tidak semakin jatuh cinta pada wanitanya ini? Bahkan ia adalah pria paling beruntung se dunia, bukan?







26 Januari 2020

Sexy DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang