6.

1.6K 77 8
                                    

“Aku pulang.” Suara Luca yang terdengar membuat Isla yang sedang berada di dapur mendongak, lalu tersenyum lebar.

“Aku sedang membuatkan puding rumput laut kesukaanmu,” kata Isla dengan nada gembiranya.

Luca berjalan menghampiri Isla, melonggarkan dasinya. Pandangan matanya tidak teralihkan sedikitpun dari Isla yang sedang melepaskan celemeknya. Wanita itu berjalan menghampiri Luca, mengambil alih kegiatan pria itu yang sedang melepaskan dasi.

Dengan penuh perhatian, Isla melepas dasi Luca dan membantu pria itu melepaskan jasnya. “Kau pasti lelah, apa meeting berjalan dengan lancar?” tanya Isla yang fokus pada kegiatannya. Sedangkan Luca masih menatap Isla.

“Ya, berjalan dengan sangat lancar. Hingga membuatku segera ingin pulang untuk bertemu denganmu.” Tangan Luca berada di pipi Isla, meletakkan rambut wanita itu ke belakang daun telinga, merapikannya.

Isla mendongak, menaikkan sebelah alisnya. “Apakah aku harus senang?”

Kini, tangan Luca beralih ke pinggang Isla memeluknya sedangkan kedua tangan Isla berada di dada pria itu. “Tentu kau harus senang,” balas Luca mendekatkan wajah mereka. Mengikis jarak di antara keduanya.

Isla tersenyum, dengan wajah memerahnya. “Kenapa kau sangat manis.”

“Lalu kenapa kau sangat menggemaskan jika sedang salah tingkah seperti ini?”

“Luca, berhenti menggoda! Sungguh aku membencimu,” gerutu Isla dengan kesal, wajah y menggemaskan.

Luca terkekeh. “Sayangnya, aku mencintaimu,” balasnya dengan manis dan diakhiri dengan kecupan ringan singkat di sudut bibir Isla.

Bahkan Luca dapat melihat dengan jelas wajah Isla sangat merah karena malu. Mengusap kepala Isla lembut sebelum berbalik. “Aku akan mandi, kuharap pudingnya sudah siap,” katanya mengedipkan sebelah matanya pada Isla.

*

“Apakah di sini benar-benar ada kehidupan?” Luca saat ini sedang berbaring di paha Isla dengan wajahnya yang menghadap perut rata milik gadis itu. Tangannya mengusap perut Isla penuh kelembutan.

Isla tersenyum, tangannya tidak berhenti mengusap-usap rambut Luca yang tebal. “Ya, dia nyata.”

Luca tersenyum samar, dan Isla dapat melihatnya. “Apa kau tidak suka?” tanya Isla.

“Bukan begitu, aku hanya masih belum percaya. Semua terlalu cepat bagiku.”

“Perlahan saja, jangan dipaksa. Pasti kau akan memahaminya nanti.”

“Terima kasih karena sudah bertahan untuk berada di sampingku dan mengalah pada egoku.”

“Aku melakukannya karena aku sangat mencintaimu, yang perlu kau ingat jangan pernah menyia-nyiakan perasaanku.” Isla menarik napasnya lalu menghembuskannya dalam, menahan agar air matanya tidak terjatuh. “Karena jika kau menyia-nyiakannya, meskipun aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.” Lanjutnya dengan suara yang begitu lirih membuat Luca mengubah posisinya menjadi duduk––– berhadapan dengan wanita itu.

Luca mengusap pipi Isla yang basah, Luca paham bahkan sangat tau begitu banyak luka yang ia torehkan pada wanita yang dicintainya ini sejak satu tahun terakhir. Suara yang menyiratkan akan kesakitan membuat Luca ingin memaki dirinya, hanya saja Luca yang begitu egois. Ia tidak ingin Isla meninggalkannya.

Hanya Isla yang mengerti dirinya.

Hanya Isla yang mau menerima segala kekurangannya dan hanya Isla yang mencintainya sepenuh hati, menerima luka, tanpa memperdulikan dirinya sendiri. Tapi balasan yang ia berikan pada wanitanya ini sebuah luka dan kesedihan, bukan kebahagiaan.


“Isla, kau tidak boleh pergi dariku dan tidak akan bisa, aku tidak mengijinkan.”

Isla tersenyum hangat, mengusap tangan Luca yang berada di pipinya. “Aku tidak bisa berjanji, tapi aku akan berusaha sekuat hatiku.”

Bahkan membayangkan jika Isla pergi darinya saja Luca tidak sanggup. Bagaimana bisa dirinya melewati hari-hari tanpa Isla, karena Luca bisa pastikan ia akan menjadi gila. Sungguh, Luca sangat mencintai Isla. Hanya saja kesalahan satu tahun yang lalu membuatnya menjadi pria brengsek yang menyakiti hati wanita yang dicintainya.

Semua terjadi begitu cepat. Luca ingin mengatakan pada Isla. Tapi nyalinya begitu kecil, lagi alasannya Luca tidak ingin ketika ia menceritakannya pada Isla––– wanita itu malah memilih pergi meninggalkannya.

Luca menggeleng, menatap Isla. “Kau harus berjanji, kau tau aku sangat mencintaimu." Dengan cepat Luca memeluk Isla erat. Seakan takut kehilangan, sedangkan Isla menangis. Entah karena apa, semua menjadi satu.











21 April 2020

Sexy DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang