Isla mengusap perutnya yang masih datar. Di sana sudah ada kehidupan, tidak sadar ia tersenyum, darahnya berdesir hangat. “Baik-baik di sana ya, sayang. Mommy jadi tidak sabar menunggumu lahir.”
“Sudah berapa bulan?” Suara Selena membuat Isla tersadar.
Isla menatap Selena yang duduk di sebelahnya, “Dua berjalan tiga bulan.”
“Aku pernah ingin memiliki anak dengan Jason, tapi pria itu menolak.”
Isla tersenyum masam, Selena tidak tau saja jika Luca juga menolak bayi mereka. Bahkan sepertinya sampai sekarang, Luca masih belum bisa menerimanya. “Pasti menyenangkan,” gumam Selena melanjutkan.
“Kau akan merasakannya, Sel. Pasti.” Isla menatap Selena tersenyum hangat.
“Ya, kau benar Isla, tapi terkadang aku ragu dengan perasaan Jason padaku.”
Isla menaikkan sebelah alisnya. “Kenapa begitu?”
Selena mengedikkan bahunya. “Entah, melihat cara pria itu memperlakukanku beberapa bulan terakhir ini, membuat pikiranku tentangnya selalu goyah.”
Isla menghela napasnya, mengusap bahu Selena. “Tapi apa rasamu padanya masih sama?”
Selena mengangguk lemah, Isla tersenyum. “Itu berarti kau hanya harus yakin padanya. Aku yakin, ada sesuatu dalam dirinya yang mungkin tidak kamu ketahui. Kenapa Jason bersikap seperti itu padamu.”
“Terkadang pria seperti itu harus diberi banyak pengertian. Bukan kita yang menuntut dia untuk mengerti kita, tapi kita sebagai pasangan harus mengerti bagaimana keadaannya tanpa meminta timbal balik.” Lanjut Isla menatap sendu Selena.
Selena memeluk Isla. “Luca tidak salah memilih wanita,” gumamnya.
“Jason pun, buktinya kau masih bisa bertahan hingga tahap ini cukup luar biasa di mataku, Sel.”
Selena tersipu mendengar kalimat Isla. “Oh iya, apa Luca berniat untuk meresmikan hubungan kalian? Setidaknya demi bayi yang ada di dalam kandunganmu.”
Kalimat Selena membuat bahu Isla melemas, wanita itu menggeleng. “Dia tidak pernah memiliki pikiran untuk menikahiku, Sel.”
“Kenapa begitu?”
Isla menaikkan sebelah alisnya. “Dia hanya tidak ingin berkomitmen, mungkin?”
“Dan kau juga tidak menuntutnya?”
“Tidak lagi. Kau tau, aku sudah pernah memintanya dan selalu berakhir dengan penolakan pria itu,” balas Isla tersenyum masam.
Selena mengusap bahu Isla, memberikan kekuatan. Mereka berada di posisi sama. Di mana seseorang yang dicintai, bersikap egois tanpa memikirkan satu perasaan yang terluka. “Bersabarlah, aku yakin cepat atau lambat Luca akan menyadarinya.”
“Kau tau bagaimana dia.” Lanjut Selena membuat Isla mengangguk mengerti.
“Kalian di sini ternyata.” Suara Luca membuat kedua wanita yang sedang berbincang sontak mendongak menatap ke arah sumber suara.
“Kau sudah kembali, cepat sekali,” kata Isla.
Luca mengangguk. “Lusa aku ada pekerjaan di London dan kau akan ikut denganku,” kata Luca pada Isla.
Isla menaikkan sebelah alisnya. “Apa aku harus ikut? Bagaimana dengan Selena?”
“Tentu aku akan tetap di sini, kau pergilah. Aku akan baik-baik saja di mansion," jawab Selena tersenyum.
Luca tersenyum miring. “See? Kau tidak memiliki alasan lain untuk menolak, Isla.”
*
Sejak tadi, Luca tidak membiarkan Isla untuk bergerak sedikitpun. Kata Luca, pria itu ingin bermanja-manja dengannya sebelum pergi untuk menemui kliennya.
“Luca, wake up!” gerutu Isla terus menepuk-nepuk pelan pipi Luca.
Saat ini, posisi Luca memeluk Isla menempatkan wajah pria itu di dada Isla. “Diamlah baby, lagipula aku masih memiliki waktu dua jam lagi untuk pergi.”
“Ish, aku mau membuatkanmu sarapan Luca sayang.”
Luca menggeleng. “Nanti saja. Sudah, diam. Biarkan aku memejamkan mata lima belas menit lagi.”
Isla menghela napasnya. “Baiklah lima belas menit.”
Bukannya tidur, pria itu malah memberikan kecupan-kecupan pada dada Isla membuat wanita itu menggeram kesal. “Berhenti atau kutendang!”
Mengabaikan kalimat Isla, Luca masih tetap melakukan aksi kejahilannya membuat Isla mencubit keras tangan pria itu, hingga membuatnya mengaduh. “Sial, sakit bodoh!”
Isla terkekeh. “Kau tidak boleh mengumpat selama aku hamil, Luca," katanya menepuk pipi Luca.
Luca mendengus. “Larangan macam apa itu.”
“Aku tidak ingin sifat burukmu menurun padanya ya,” gerutu Isla.
Luca menarik wajahnya, mendongak menatap Isla. Menaikkan sebelah alisnya, tersenyum miring. “Bagaimana jika dia laki-laki lalu sifatku menurun kepadanya?”
Isla menggeleng keras. “Aku selalu berdoa, agar itu tidak terjadi jika benar dia laki-laki.”
“Tapi dia juga anakku, tidak mungkin jika tidak menurun kepadanya.”
Isla tersenyum menggoda. “Oh, apakah kau baru saja mengakui keberadaannya?”
Godaan Isla membuat Luca mendengus, sial. “Sudah diam, aku akan mandi.”
“Kenapa kau sangat lucu jika marah. Oh atau kau sedang merajuk?” teriak Isla menggoda. Wanita itu tertawa ketika melihat wajah Luca yang merah padam. Jarang-jarang dirinya bisa balik menggoda kekasihnya itu.
Stay healthy, stay at home, everyone!
Laflaf❤24 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Devil
RomanceStart: 08 Juni 2019 * Ini hanya kisah klasik romantis ala seorang Luca Jonathan Smith dengan Isla Carolina Hudson. Hidup bersama tanpa status dan komitmen yang jelas. Di mana mereka sama-sama mencintai, namun akhirnya berpisah. Oh, berpisah? Aku ti...