Bab I

1.2K 96 9
                                    

Hai Berikut adalah cerita baruku, aku tidak tau kali ini kalian akan suka atau tidak.... Aku hanya butuh saran Vote dan komen kalian. Terimakasih, yang sudah bersedia membaca dan memberikan dukungan padaku. 🙏
.
.
.
.
Sebagai anak laki-laki kedua membuat Nathan hidup di manjakan oleh ibunya. Nathan memiliki seorang kakak laki-laki yang hidupnya jauh lebih mandiri. Nathan terlahir berbeda dengan sang Abang, Nathan sedikit manja dan lemah.

Namun Ayah Nathan tetap tidak terima dengan keadaan Nathan. Ayah Nathan kerap kali membandingkan Nathan dengan abangnya bernama Rudi. Nathan kerap kali mendapat perlakuan tidak adil oleh Ayahnya, kerap kali di di pukul, bahkan di siksa oleh ayahnya.

Rudi sempat membela Nathan, namun ayahnya melarang Rudi membela Nathan. Suatu hari, ketika ibunya meninggal tepat di usianya yang ke sepuluh tahun, Nathan sangat sedih. Tidak ada lagi yang membela Nathan, tidak ada lagi yang melindunginya dari amukan sang ayah. Nathan hanya bisa pasrah, ia berharap ayahnya akan menyanginya sama seperti saat ayahnya menyangi Rudi. Nathan hanya menangis, dalam hidupnya Nathan hanya bisa menunggu waktu berjalan hingga ia tumbuh dewasa, agar Nathan bisa menjadi sukses, dan tidak perlu lagi hidup bersama sang ayah.

"Nathan, bangun nak... Hari ini adalah hari ini kamu sekolah, nanti kamu terlambat." seru Ayunda, itu adalah ibu Nathan.

"Eeeng, baik bu..." sahut Nathan.

Rudi sudah bangun lebih awal, ia beda kamar dengan Nathan. Ayunda tersenyum saat melihat Nathan yang imut dan lucu itu. Nathan bergegas mandi, sementara Ayunda menyiapkan seragam sekolah untuk Nathan. Kemudian Ayunda keluar kamar lalu menuju dapur untuk menyiapkan bekal untuk Nathan. Suamu Ayunda bernama Bams, Ayunda menyapa Bams yang duduk di depan meja makan sambil memberikan segelas teh hangat.

"Selamat pagi mas," seru Ayunda.

"Pagi juga istriku, Rudi mana? Apakah sudah bangun?" seru Bams.

"Sudah, Rudi sedang bersiap-siap. Nathan juga sedang siap-siap," sahut Ayunda.

"Baguslah, anak manja dan bodoh itu sudah bangun." sahut Bams.

"Mas, kenapa kamu berbicara seperti itu?" ujar Ayunda.

"Memang kenyataannya, anak itu memiliki otak yang tidak cerdas abangnya Rudi, entah menurun siapa otak anak itu." sahut Bams.

Ayunda hanya bisa mengelus dada mendengar ocehan Bams. Nathan turun dan menyapa ibunya. "Selamat pagi ibu, Ayah..."

Ayunda tersenyum lalu berbicara. "Pagi juga anak manis, sini duduk disini. Sarapan dulu ya,"

Bams hanya diam saja, lalu saat Rudi yang mengucapkan selamat pagu, Rudi dengan senang dan selalu melontarkan senyuman. "Selamat pagi juga nak,"

Mereka semua sarapan, Rudi selalu memperhatikan adiknya yang makan dan terkadang memberikan makanan lain ke adiknya. Tapi ayahnya selalu melarang. "Rudi, perhatikan saja makanan mu, biarkan saja dia seperti itu."

"Tapi ayah, adik juga butuh daging untuk nutrisi," sahut Rudi.

"Selesaikan makanmu, lalu segera berangkat." sahut Bams.

Rudi hanya mengangguk, Nathan yang sudah terbiasa menerima perlakuan itu hanya diam saja. Ia hanya perlu memandang wajah ibunya yang selalu tersenyum untuknya. Dengan begitu ia akan merasa tenang dan tidak takut dengan ayahnya. Sarapan itu selesai, Bams dan Rudi berangkat dari rumah. Nathan tidak di antar oleh ayahnya, karena memang ayahnya selalu terfokus ke Rudi. Rudi kerap kali menangis kalau melihat adiknya di tinggal, tapi apalah daya ayahnya sangat tidak menyukai Nathan.

Nathan hanya menghela napas, ia melihat kearah ibunya. "Ibu, Nathan berangkat sekolah dulu ya,"

"Kamu hati-hati ya nak, naik sepedanya juga jangan ngebut." ujar Ayunda.

Nathan pergi kesekolah, di ujung jalan ada dua orang teman Nathan yang sudah menunggunya disana, bama mereka adalah Bintang dan Wulan. Nathan menyapa mereka. "Bintang, Wulan... Ayo berangkat."

"Ayo..." sahut mereka.

Bintang umurnya satu tahun lebih tua dari Nathan, sementara Wulan seusia dengan Nathan yaitu tujuh tahun. Mereka mengayuh sepeda dengan pelan dan hati-hati. Mereka pun sampai di sekolah, Nathan tidak satu sekolah dengan Rudi, Rudi berada di sekolah Favorite di kota. Sementara Nathan hanya bersekolah di sekolah biasa dan tidak Favorite, tapi sekolahnya termasuk yang bagus. Nathan bertekad untuk menjadi anak berprestasi, walau sebenarnya Nathan memang anak yang cerdas. Karena ayahnya tidak pernah menyukai atau menyayanginya, Nathan hanya berpura-pura bodoh di mata ayahnya.

Mereka sampai di sekolah, di sekolah itu ada anak kelas dua sekolah dasar yang sudah menunggu Nathan. Namanya Bayu, ia sangat senang berteman dengan Nathan. "Nathan, Bintang, Wulan... Sini,"

Bayu memanggil Nathan dan kedua teman lainnya. Mereka memarkirkan sepeda mereka, lalu menghampiri Bayu. "Mas Bayu ada apa?"

"Nathan, aku bawakan ini untukmu." ujar Bayu sambil memberikan kotak bekal.

"Nathan sudah bawa bekal, tapi terimakasih ya." ujar Nathan sambil tersenyum. Senyuman Nathan yang gumush membuat Bayu menyukai itu. Karena jika Nathan tersenyum, mata Nathan seperti menghilang. Smile Eye Nathan sangat indah dan membuat semua orang kagum.

Bintang dan Wulan hanya bisa tersenyum-senyum melihat itu. Nathan berbicara. "Mas Bayu ke kelas sana, nanti makan siang bareng di kantin."

"Oke... Awas kalau gak bareng ya." seru Bayu sambil berlari menuju ke kelas.

Nathan hanya tersenyum, ia merasa memiliki abang satu lagi. Nathan, Bintang, dan Wulan pun masuk ke dalam kelas. Nathan satu bangku dengan Bintang. Bintang juga menyayangi Nathan layaknya adik sendiri. Bintang dan Bayu dari kalangan berada juga, anak konglomerat namun masih lebih kaya Bayu. Nathan juga anak orang berada, tapi karena Nathan anaknya sangat sederhana, banyak yang tidak mengira kalau dirinya anak konglomerat juga.

Pelajaran pun di mulai, semua murid belajar dengan tenang. Dua mata pelajaran sudah di lalui, dan jam istirahat pun tiba. Semua murid pergi ke kantin untuk makan atau jajan, sedangkan yang membawa bekal mereka hanya makan di kelas. Bayu datang ke kelas Nathan, ia mau makan bersama sahabatnya itu.

"Bekal mas Bayu mana?" tanya Nathan.

"Ini, ada kok. Ayo makan," sahut Bayu.

Nathan bingung mau makan yang mana, akhirnya ia memutuskan memakan bekal buatan ibunya. "Mas Bintang, Wulan... Kalian boleh kok makan bekal dari Mas Bayu, takut gak habis."

Bayu juga sudah mengijinkan, lalu mereka pun menyantap makanan itu bersama-sama. Mereka selesai makan, Bayu membawa dua kotak bekal yang sudah kosong itu kembali ke kelasnya. Kemudian mereka semua berkumpul dan bermain bersama. Tidak terasa waktu istirahat sudah habis, semua murid pun kembali ke kelas mereka. Wali kelas pun sudah hadir disana.

Wali kelas menyapa semua murid. "Selamat siang anak-anak..."

"Selamat siang bu..." sahut semua murid.

"Anak-anak sebentar lagi akan ada Olimpiade Sains tingkat International, Nathan ibu harap kamu mau mengikuti Olimpiade ini ya, seperti dulu saat kamu mewakili Olimpiade matematika, kamu berhasil menjadi juara. Ibu yakin, kamu juga akan juara kali ini." seru wali kelas itu.

"Maaf bu, lebih baik berikan kesempatan pada murid lain." sahut Nathan.

"Baiklah kalau begitu, kita akan melakukan test kesemua murid minggu depan, jadi kalian bisa belajar dari sekarang ya." sahut Wali kelas itu bernama Maria.









Bersambung....

Hai jangan lupa Vote dan Komennya ya...

BXB - CINTA NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang