Nathan dan yang lain kini sudah pulang sekolah. Nathan menemui wali kelasnya yaitu bu Maria. "Ibu, Nathan mau berbicara sama ibu Boleh?"
"Masuklah nak, kemari duduklah." sahut Maria.
Dengan wajah sedih, mata berkaca-kaca Nathan berusaha membuka suaranya dan berusaha tenang agar tidak menangis. Maria merasakan kesedihan itu. "Ada apa nak? Kenapa kamu terlihat sedih?"
"Ibu, Na-nathan sebanarnya ingin sekali ikut Olimpiade itu. Tapi rasanya akan sia-sia bu, ayah Nathan akan tetap membenci Nathan. Ayah selalu memarahi Nathan, menganggap Nathan anak yang bodoh dan manja. Apakah Nathan bukan anak kandung ayah dan ibu? Kenapa Nathan di benci? Ayah lebih sayang kepada abangnya Nathan aja. Nathan juga kasihan melihat Ibu Nathan yang harus bertengkar setiap ibu membela Nathan, Nathan salah apa bu?" ujar Nathan sambil menangis.
Maria mengerti bagaimana perasaan anak itu, anak seimut Nathan harus merasakan penderitaan seperti itu. "Nathan, Nathan tidak salah apa-apa kok? Nathan anak baik, Nathan anak yang sangat pintar dan cerdas, jika Ayah membenci Nathan mungkin ayah mau melihat Nathan mandiri, karena itu cara ayah menyayangi Nathan. Nathan harus tetap semangat ya, kasihan ibu Nathan yang selalu membela Nathan kalau melihat Nathan sedih seperti ini. Pokoknya Nathan tidak usah khawatir ya, ada ibu, para guru di sekolah dan teman-teman Nathan yang menyangi Nathan."
Nathan mengangguk, Maria memeluk Nathan erat. Di luar ruangan ada Bayu, Bintang, dan Wulan yang mendengarkan itu semua. Mereka juga sedih mendengar ucapan Nathan barusan. Terlebih Bayu yang sangat menyayangi Nathan. Nathan berpamitan kepada Maria untuk pulang, Saat berada di luar Bintang, Bayu, dan Wulan berusaha menghibur Nathan.
"Nathan, nanti pulang sekolah kita main di taman komplek yuk." ujar Bintang.
"Aku tidak bisa, ayahku pasti marah kalau aku main-main di luar." balas Nathan.
Mereka sudah paham dan mengerti, karena saat itu mereka juga melihat ketika ayah Nathan menjemput Nathan paksa dan memukuli Nathan. Bayu berbicara. "Kalau begitu, kita pulang saja. Besok kita ketemu lagi di sekolah ya Nat..."
Nathan hanya mengangguk, mereka mengayuh sepeda mereka sambil sesekali bercanda. Saat Nathan memasuki jalan menuju rumahnya, ia melihat Rudi berdiri di pinggir jalan. "Kak Rudi kenapa disini?"
"Kakak menunggumu pulang, kakak naik taksi tadi, kakak tau kamu sering lewat sini. Jadi kakak menunggumu, ayo pulang bareng." ujar Rudi.
"Tapi, kalau ayah tau pasti akan marah." ujar Nathan.
"Ayah kan masih di kantor, ayo sini biar kakak yang boncengin kamu." ujar Rudi.
Nathan mengangguk, Rudi sangat menyayangi adiknya itu. Alasan kenapa Ayahnya membenci Nathan, itu karena Nathan saat bayi sakit-sakitan dan sangat lemah. Saat itu ekonomi mereka masih sangat sulit. Sehingga mereka harus menjual apapun untuk biaya rumah sakit Nathan. Tapi sekarang mereka sudah kaya dan bergelimang harta, dan Nathan sudah sembuh walau terkadang sesekali Nathan suka kambuh. Sesak nafas yang di derita Nathan saat itu, akibat ulah ayah Nathan yang dulunya perokok berat.
Rudi dan Nathan sampai dirumah, ibu mereka bernama Ayunda menyambut kepulangan anak-anak mereka. "Loh, kok kalian bisa barengan?"
"Iya bu, tadi Rudi nungguin adek di ujung jalan sana." sahut Rudi.
"Ya sudah, ayo masuk dulu, ganti baju, bersih-bersih, setelah itu makan siang ya." ujar Ayunda.
Rudi dan Nathan hanya mengangguk, Rudi mengajak adiknya bercanda saat akan memasuki kamar mereka masing-masing. Jujur saja saat malam hari, Rudi suka mengendap-endap masuk kedalam kamar adiknya agar ia bisa tidur bersama adik kesayangannya itu. Rudi dan Nathan sudah selesai berganti pakaian, Nathan dan Rudi pergi ke dapur untuk makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BXB - CINTA NATHAN
RomanceSebagai anak laki-laki kedua membuat Nathan hidup di manjakan oleh ibunya. Nathan memiliki seorang kakak laki-laki yang hidupnya jauh lebih mandiri. Nathan terlahir berbeda dengan sang Abang, Nathan sedikit manja dan lemah. Namun Ayah Nathan tetap...