Chapter 12

276 27 2
                                    

Ayah Jeongguk menikah lagi, atau lebih tepatnya dia menikahi selingkuhannya, setelah kematian ibu Wonwoo. Setelah itu lahirlah putra bungsu dari keluarga Jeon itu, yaitu Jeongguk.

Pada awalnya, sang kakek tidak terlalu menyukainya, apalagi ibunya yang merupakan selingkuhan. Menurutnya wanita itulah penyebab menantunya bunuh diri dan membuat cucunya kehilangan sosok ibu.

Ibu Jeongguk berpikir jika dia melahirkan seorang anak mungkin saja dia akan diterima di keluarga Jeon, tapi sang kakek tetap tidak menerimanya. Setelah diabaikan berulang kali oleh kakek. Ibu Jeongguk mulai kehilangan minat pada bayi kecil yang tidak berguna itu dan menyerahkannya kepada pengasuh untuk dibesarkan. Sementara itu, dia berfoya-foya menikmati kesenangan sebagai Nyonya Jeon.

Begitulah kehidupan Jeongguk selama hampir dua tahun. Dia memang tidak diperlakukan buruk oleh para pelayan, tapi lebih tepatnya dia diabaikan. Selain memberi makan dan membersihkan dirinya, para pelayan tidak terlalu peduli.

Orang-orang menyebutnya sebagai anak selir dan mereka berpikir, tidak mungkin dirinya akan menjadi seorang pewaris. Begitulah, hingga akhirnya Jeongguk kecil yang tidak mengerti apa-apa sedang berjalan dengan kaki kecilnya. Penasaran dengan rumah yang sangat besar ini.

Tidak ada seorangpun yang sadar kalau Jeongguk kecil menghilang. Jeongguk kecil menatap rumah yang sangat besar itu dan menyelinap masuk. Disitulah pertama kali si kecil bertemu saudaranya.

Wonwoo merasakan kehadiran seseorang dan berbalik, dia menatap seorang anak kecil yang berjalan tanpa alas kaki, kaki kecilnya itu mengotori lantai. Wonwoo berdiri diam menatap kepada Jeongguk kecil.

Sementara itu Jeongguk kecil berjalan dengan kakinya yang pendek, menghampiri orang yang cantik itu. Dia dengan penasaran memegang pakaiannya.

"Capa?" tanya si kecil Jeongguk.

Wonwoo masih berdiri diam, anak berusia 7 tahun itu tidak berbicara dan hanya menatap. Dia tahu siapa anak kecil ini, dia adalah anak dari istri kedua ayahnya. Meskipun masih kecil, anak itu masih ingat tentang ibunya yang selalu menangis karena sang ayah.

Mereka selalu bertengkar dan selalu memecahkan barang yang ada disekitar, saat itu dia sangat takut. Tapi dia memiliki sang kakek yang berada disisinya. Setelah itu dia hanya tahu ibunya telah pergi, dan tidak lama kemudian sang ayah menikah lagi.

Dan lahirlah anak ini, meskipun sang kakek membenci Ibu Jeongguk, dia tetap memberikannya nama. Pada saat itu, adalah pertama kalinya Wonwoo melihat adiknya sangat kecil, wajahnya merah dan dia terlihat jelek. Jadi pada saat bertemu kembali sekarang, dia bingung bagaimana bayi kecil itu sekarang tumbuh menjadi seorang balita yang menggemaskan.

Wonwoo tidak membenci sang adik, lagipula anak sekecil ini tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Jeongguk kecil mengira, kakak cantik ini tidak mendengar ucapannya dan bertanya sekali lagi, "Capa?" ujarnya lebih keras.

Wonwoo kembali dari pikirannya. Anak itu menjawab, "Aku Wonwoo, kakakmu."

***

"Aka, aka," Begitulah Jeongguk kecil memanggilnya dari saat dia(WW) bilang bahwa dia adalah kakaknya. Sudah berhari-hari balita itu bolak-balik kesini.

Wonwoo memberikannya sepatu, karena setiap kali balita itu berjalan kesini, kakinya selalu kotor. Melihat barang pertama yang diberikan sang kakak, Jeongguk kecil sangat senang dan kebahagiaan itu menular kepada sang kakak.

Mereka mulai bermain bersama, kehidupan Wonwoo yang sebelumnya sepi menjadi lebih dengan kehadiran adik kecilnya, mereka bermain bercanda seperti saudara pada umumnya.

Wonwoo awalnya tidak tahu dengan perlakuan yang diterima Jeongguk. Dan saat pria kecil itu tahu, keningnya berkerut dengan tidak suka.

Mereka telah dibayar untuk melayani tuan muda bungsu keluarga Jeon, dan orang-orang itu beraninya mengabaikan tuan muda mereka. Meskipun Wonwoo masih kecil, dia sudah mengerti banyak hal tentang dunia, apalagi saat anak itu masih anak tunggal, dia sudah di didik sebagai seorang pewaris.

Pria kecil itu menyelidiki para pelayan yang tinggal di villa milik Jeongguk itu. Dia pikir mereka hanya mengabaikan tuan muda mereka dan tidak berpikir bahwa, orang-orang itu juga mengkorupsi uang milik adiknya. Ibu Jeongguk yang tahu akan hal itu tidak pernah berbicara dan hanya menutup mata, bahkan wanita itu juga mengambil hak anaknya.

Pria kecil itu lalu mengatakan ini kepada sang kakek, dia tahu jika dirinya yang masih kecil ini menegur mereka, palingan mereka hanya akan mengabaikannya.

Sebagai seorang anak dari keluarga bangsawan Jeon, uang saku mereka selalu dipisahkan dari uang yang diterima para istri atau ibu mereka. Para istri biasanya memakai uang suami mereka dan anak-anak diberikan langsung oleh kepalanya keluarga. Yaitu kakek mereka saat ini, Meskipun dia tidak terlalu peduli dengan istri kedua putranya. Tapi tidak dengan cucunya. Sang kakek selalu bermurah hati.

Mengetahui watak ibu Jeongguk, sang kakek membuat perjanjian untuk tidak mengambil uang saku milik anaknya. Sang kakek berpikir, meskipun wanita itu seperti ular, setidaknya dia akan menyayangi putranya. Tapi ternyata tidak!

Pria tua itu sangat marah mendengar laporan dari cucu tertuanya. Dia langsung memecat seluruh pelayan dan mendatangi ibu Jeongguk yang terlihat pucat pasi.

Dengan dingin, kepala keluarga Jeon saat itu meliriknya. Bahkan tanpa mengatakan apapun, pria itu langsung pergi. Mulai saat itulah Jeongguk diasuh di bawah sang kakek.

Tidak ada berita lagi yang terdengar dari ibu Jeongguk, setelah itu. Bertahun-tahun kemudian pada saat Jeongguk menjadi seorang remaja, dia mendengar tentang berita kecelakaan dari sang ayah dan ibunya.

Kedua orang tua itu, baru saja pulang dari sebuah acara peresmian hotel baru milik keluarga Jeon dan mengalami kecelakaan. Kedua orang itu meninggal bersama dengan supir. Setelah diselidiki, kecelakaan itu ternyata buatan manusia. Mereka berasal dari grup pesaing.

Hal itu membuat sang kakek, kepala keluarga Jeon, yaitu Jeon Jisun sangat murka. Dia langsung membiarkan orang-orang itu tahu bagaimana konsekuensi menyinggung keluarga Jeon. Tidak hanya menyebarkan skandal dari grup itu, dia juga membuat mereka tidak bisa lagi menginjakan kaki di negara ini.

Meskipun Jeon Jisun tidak terlalu menyukai putranya yang brengsek, tapi bagaimanapun orang itu tetap putranya. Apalagi, dia membenci orang-orang yang meremehkan keluarga mereka.

Kejadian itu membuat semua orang merasa ketakutan dengan Jeon Jisun. Hal itu karena semenjak Jeon Jisun menjadi kepala keluarga, dia tidak pernah melakukan tindakan yang sangat berlebihan.

Orang-orang merasa bahwa grup itu terlalu sial karena telah membangunkan singa yang telah tidur.

Jadi kembali kepada Jeongguk, remaja itu tidak memiliki perasaan apapun kepada orang tuanya yang telah meninggal. Meskipun kedua orang itu adalah ayah dan ibunya, dia sebenarnya diasuh oleh sang kakek.

Setelah mengirim doa untuk kedua orang tuanya, remaja itu pergi menghampiri sang kakek dan kakaknya.



















••••
Bersambung

Perjodohan [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang