CHAPTER 6

268 29 0
                                    

Dengan cepat Bhian mengeluarkan pistol revolver kesayangannya dan langsung menembak tepat mengenai orang yang sedang menarik valy melihat hal itu mobil hitam tersebut pun melaju meninggalkan valy yang sudah terkulai lemas di pinggir jalan, Bhian p...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan cepat Bhian mengeluarkan pistol revolver kesayangannya dan langsung menembak tepat mengenai orang yang sedang menarik valy melihat hal itu mobil hitam tersebut pun melaju meninggalkan valy yang sudah terkulai lemas di pinggir jalan, Bhian pun berlari ke arah valy dan langsung menggendong Valy ala bridal style menuju ke mobilnya, Bhian membuka pintu mobil dan meletakkan valy dengan hati-hati ia juga memasang seatbelt kepada Valy setelah itu ia pun kembali ke tempat duduknya, tak lupa ia juga menelepon dokter pribadinya untuk menuju ke mansion. 

"Kenapa hatiku sangat sakit melihat mu menangis" ucap Bhian dalam hati sambil menghapus jejak air mata di pipi valy.

Valy yang masih setengah sadar pun melirik ke arah Bhian dan langsung memeluk Bhian  sungguh valy sangat takut dengan kejadian yang baru saja menimpanya , melihat hal itu Bhian yang tadinya memandang valy pun terkejut namun ia membalas pelukan valy

"sssstt tenanglah hm, kau sudah aman sekarang" ucap Bhian sambil mengusap punggung valy

"aku sangat takut tuan" ucap valy dengan sesenggukan

"kau tidak perlu takut, aku sudah menembak mereka, jangan menangis hm nanti kau bertambah sesak baby" ucap Bhian tanpa sadar dengan kalimat terakhirnya, mendengar hal itu valy pun tersadar dan langsung melepaskan pelukannya dari Bhian, Bhian yang melihat hal itu sedikit kesal karena pelukan hangat itu harus terlepas

"tuan maaf aku sudah memeluk mu" ucap valy dengan wajah menunduk

"tidak perlu minta maaf, kau tidak membuat kesalahan" jawab Bhian sambil mengusap kepala valy ,hal itu tentu saja membuat pipi valy merona

"sekarang kita ke mansion dan mengobati luka di tanganmu hm" ucap Bhian dengan tersenyum, setelah itu mereka langsung menuju mansion.

Sedangkan di penthouse, Lily sangat khawatir oleh Sabahatnya ini, biasanya valy sudah sampai 10 menit yang lalu dan langsung menghubunginya, namun ini sudah lebih dari 20 menit valy tidak mengabari Lily.

"kau dimana Valy, jangan buat aku khawatir" ucap Lily dengan nada sendu

"aku harus bagaimana Valy, aku takut kamu kenapa-napa" sungguh Lily sudah di landa dengan ketakutan, Lily yang tadinya mondar mandir seketika berhenti saat mendengar ponselnya berbunyi ternyata sang kakak yang menelepon dengan cepat ia pun mengangkat telepon mungkin ia bisa meminta bantuan sang kakak untuk mencari keberadaan sahabatnya.

"hallo kak, kenapa meneleponku" tanya Lily

"aku menelponmu karena sahabatmu yang memintanya" ucap Bhian dengan nada kesal

"sahabatku?? Maksud Kaka, valy??" Teriak Lily dengan suara cemprengnya.

"jangan berteriak Taely, telinga ku sakit mendengar teriakkan mu" jawab Bhian dengan emosi, sungguh adiknya ini sedang menguji kesabarannya

"habisnya kakak bilang sahabatku dan valy adalah satu-satunya sahabatku, tunggu.. kenapa tiba-tiba kakak bilang sahabatku meminta kakak untuk meneleponku, jangan bilang kalian sedang bersama" tutur Lily dengan nada intimidasi.

"aisssh, datanglah ke mansion kau akan mengetahuinya nanti" ucap Bhian dan langsung memutuskan panggilannya.

Bhian pun melirik ke arah valy, ternyata valy sudah  tertidur, "kenapa kau terus berada di pikiranku hm, kau membuatku seperti orang gila" ucap Bhian sambil mengusap pipi valy dengan pelan.

Sekarang mereka telah sampai di mansion, Bhian pun turun dan membukakan pintu mobil valy, setelah itu ia menggendong valy ala bridal style menuju ke kamarnya. Semua pengawal dan maid tentu saja heran, siapa kira-kira yang di gendong oleh tuan mereka karena menurut mereka tuan mereka adalah orang yang tidak suka di sentuh bahkan tuan mereka belum pernah membawa orang lain mansion kecuali keluarganya sendiri.

"tuan, dokter Alma sudah datang dan menunggu anda di ruang tamu" ucap bibi Ria selaku kepala maid.

"suruh dia datang ke kamarku" jawab Bhian tanpa menoleh ke bibi Ika.

setelah itu Bhian melangkah menuju kamarnya dan langsung meletakkan Valy di king sizenya dengan hati-hati, ia juga mau membersihkan dirinya, setelah 15 menit membersihkan diri, Bhian pun keluar dari walkin closet ia hanya menggunakan baju kaos putih dengan celana pendek hitam hal itu tentu saja tidak membuat kadar ketampanannya menurun dan Ia segera  menghampiri dokter Alma

setelah itu Bhian melangkah menuju kamarnya dan langsung meletakkan Valy di king sizenya dengan hati-hati, ia juga mau membersihkan dirinya, setelah 15 menit membersihkan diri, Bhian pun keluar dari walkin closet ia hanya menggunakan baju kaos put...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dokter Alma sahabat Abhian

"bagaimana keadaannya?" Tanya Bhian

"keadaannya baik-baik saja Bhian, aku juga sudah mengobati lukanya, namun sepertinya pasien mengalami trauma sehingga ia memiliki ketakutan yang berlebihan" ucap dokter Alma

"baiklah, terima kasih sudah datang dan mengobati nya" ucap Bhian sambil tersenyum

"tidak masalah Bhian, kamu adalah sahabatku tidak perlu sungkan lagian ini sudah menjadi tugasku, aku juga akan memberikan resep obat, pastikan pasien meminumnya, kalau begitu aku permisi" ucap sang dokter dan langsung meninggalkan kamar Bhian.

Setelah dokter pergi Bhian pun memerintahkan pengawalnya untuk membelikan obat yang diresepkan dokter, ia kemudian keluar menuju ruangan kerja namun sebelum itu ia mencium kening Valy dengan hati-hati ia takut jika perbuatannya membuat Valy terbangun.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Abhian & Valerie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang