Chapter 1.

925 103 1
                                    

Siang hari itu, matahari terik dan udara panas menghangatkan penduduk di kota yang padat dan tidak pernah tidur, Seoul. Seorang gadis berjalan terburu-buru menuju kelasnya. Rambutnya yang hitam kecoklatan dan lurus panjang terkibas oleh angin. Ia merapikan kerah bajunya, lalu membuka pintu kelasnya.

"Shin Min Ji, kamu hampir terlambat. Ayo, cepat masuk," ujar sang dosen.

Suara tegas itu sudah diprediksi oleh Minji.

"Maafkan aku, Bu."

Dosen senior wanita itu memperhatikan Minji sampai ia terduduk manis di bangkunya, baru ia
mulai mengajar. Min Ji melepas jaket sportnya yang berwarna hitam dan menyangkutkannya di
senderan bangkunya. Kehadirannya selalu membuat mahasiswa lain memutar kepala. Maklum saja karena Min Ji berusia lebih tua dibandingkan sebagian besar dari mahasiswa, yang biasanya berusia 23-25. Min Ji sendiri berusia 28 tahun. Ia sibuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan baru sempat kuliah sebagai sarjana di usianya sekarang, karena menginginkan pekerjaan yang lebih baik daripada apa yang digiatkannya sekarang, yaitu seorang reporter.

"Aish, panas sekali. Tidak pakai jaket kulitku bisa jadi hitam."

Minji menaruh perhatian ekstra di mata kuliah ini karena ia harus segera mengajukan judul dan
materi untuk thesisnya mendatang. Minji belum yakin seratus persen, tapi a sangat tertarik soal
peredaran obat-obatan terlarang di Korea Selatan. Mungkin akan menjadi PR yang berat untuk melakukan riset, tapi itu hal yang patut dicoba, pikir Minji.

Mata perkuliahan selesai, Minji mengejar Bu Park Tae Yoon, yang mengajar barusan.

"Chusonghamnida, Bu Park. Apa ibu punya waktu kosong? Aku ingin bertanya soal beberapa hal," cetus Minji.

"Oh. Hmm, sepertinya ada setengah jam waktu kosong. Perlu ke ruangan saya?"

"Hmm, disini saja, Bu."

Minji menunjuk ke arah kursi panjang kayu di dekat posisi berdiri mereka yang sedang berada di halaman kecil tengah kampus.

"Baiklah. Ada apa, Minji-ssi?"

Minji mengungkapkan keinginannya menulis thesis yang membahas kriminalitas di Seoul khususnya soal obat-obatan terlarang. Hal itu juga selalu ramai dibicarakan dalam pekerjaannya sehari-hari sebaga reporter, dan menarik perhatiannya.

"Ah, pas sekali. Kau tahu? Parlemen sedang meninjau ulang sol peraturan peredaran obat-
obatan terlarang. Kurasa kau bisa mulai dari situ," ujar sang dosen.

Hah, parlemen?

"Apa hal semacam itu diperbolehkan, Bu?" tanya Minji penasaran.

"Tentu saja. Pemerintahan Korea cukup terbuka bagi mahasiswa yang ingin membahas soal
pemberantasan kriminalitas di negara ini. Guna masa depan yang lebih baik."

"Ah begitu. Baiklah Bu. Aku akan segera mencari informasi soal itu."

"Kau pasti bisa, Nak."

Bu Park tersenyum melihat semangat Minji.

Minji menggendong backpacknya menuju lokernya. Ia memasukkan kunci lalu membuka
pintu lokernya. Gadis itu menghela nafasnya. Bekerja sambil kuliah rasanya sangat melelahkan.
Tapi ia harus kuat. Minji mengambil ID reporternya, lalu memasukkannya ke tasnya. Ia
menatap kosong ke depan, mengumpulkan tenaganya.

Ayo, Shin Minji, Kamu harus terus bersemangat!

Meskipun ia tidak terlalu yakin bisa menembus parlemen, ia harus mencobanya. Masa, belum apa-apa ia harus berpikir topik lain untuk thesisnya? Tidak, Minji harus mencoba walaupun satu kali.

***

Keesokan harinya, Minji bersama temannya meliput ke parlemen. Kebetulan sekali, mereka
datang ke gedung yang megah itu, untuk meliput anggota parlemen yang membahas soal obat-obatan terlarang. Kasus tertangkapnya seorang ibu yang memberikan obat-obatan terlarang kepada anaknya sendiri mencuat ke publik dan membuat geger satu negeri.

Seperti biasa para pers dijajarkan di meja-meja di hadapan mimbar, Minji dan rekannya sedang
menunggu anggota parlemen yang akan membahas soal itu.

Seorang pria paruh baya keluar dari ujung aula itu. Tubuhnya tegap dan tinggi, rambutnya hitam pekat, ekspresi wajahnya keras, ia pria yang sangat tampan. Beberapa kali meliput di gedung parlemen, Minji belum pernah bertemu dengan pria ini.

 Beberapa kali meliput di gedung parlemen, Minji belum pernah bertemu dengan pria ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, para awak media. Nama saya Nam Jung Do. Sebelum membahas kasus yang
menghebohkan publik kemarin, saya ingin meminta maaf."

Pria itu menggeser posisinya sedikit kesamping, dan membungkukkan badannya. Minji menaikkan alisnya, tertarik akan kesopanannya.

***

Halo-halooo, cek ombak ada yang suka atau ga nih? Kalo ada yang vote n comment gw lanjutss!

Btw cerita ini gw reupload ya karena waktu itu kehapus wattpad 😭 Niatnya sih cepet update tp semoga direstui tuhan 😭

Options [Nam Jung Do x OC x Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang