Chapter 24.

268 90 25
                                    

Minji sedang fokus mengetik di laptopnya. Ia sedang berada di sebuah kafe yang ia temui di tengah-tengah perjalanannya. Ia merasa bosan terus belajar tempat tinggalnya itu dan ingin mengganti suasana.

Sudah hampir 2 jam ia tidak bergerak dari posisinya, untuk mengetik, membaca informasi di internet, membaca catatannya dan menumpahkannya menjadi sebuah tulisan. Karya tulisnya sudah memasuki bab ke 3, jadi itu membuatnya lebih semangat untuk menyelesaikannya. Sudah hampir 3 bulan ia berkutat dengan thesisnya ini.

Minji memang sudah seringkali mengabaikan pikiran tentang siapa wanita yang waktu itu ditemui Jungdo diam-diam, namun sebagai kekasih, sepertinya pikiran itu tidak mudah untuk dihilangkan. Sesekali ketika sedang melamun, Minji masih juga memikirkannya, tapi ia tidak mau bertanya kepada Nam Jungdo. Minji mendesis, terpikir lagi soal wanita itu tiba-tiba. Ia tidak yakin Jungdo akan memberitahu apa yang terjadi sebenarnya.

Gadis itu mengambil segelas kopinya dengan tangan kirinya, dan ponsel dengan tangan kanannya.

Apa sebaiknya aku bertanya kepada...

Bayangan Choi Mujin muncul lagi di kepalanya. Minji langsung merasakan wajahnya memerah. Mimpi erotis itu jauh dari kata-kata 'bisa dilupakan'. Sampai sekarang pun Minji masih ingat jelas detail kejadian persetubuhan mereka dalam mimpi itu. Minji menutupi wajahnya.

Kenapa hubunganku dengan Mujin sangat rumit?

Di kantornya, Mujin juga sedang memikirkan Minji. Ia tahu dimana gadis itu berada sekarang, karena ada Jun Sodam yang selalu menjaganya dan mengikutinya dari kejauhan. Mujin baru saja selesai rapat. Ia hanya bisa menyaksikan rekam ulang CCTV tadi pagi saat Minji keluar apartemennya, dan Mujin juga sedang sibuk diluar. Ia menekan nomor telepon Minji, penasaran apakah gadis itu masih memblokir nomornya.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan anda. Tut, tut, tut."

Mujin mendengus.

"Rupanya... kamu benar-benar menyukainya ya?"

Mujin mengambil segelas whiskey, lalu kembali duduk untuk meminumnya, masih sambil menatap layar ponselnya. Memikirkan Minji di tengah waktunya bekerja bukanlah hal yang baru yang pernah ia lakukan. Setiap hari, ia memikirkan gadis itu.

Sementara, Minji masih juga meratapi layar ponselnya yang sedang menampilkan nomor-nomor ponsel yang ia blokir. Ada beberapa, dan nomor paling atas adalah nomor Choi Mujin.

"Apakah sebaiknya aku menghubunginya saja? Kepada siapa lagi aku bisa bertanya? Tidak ada orang lain."

Hati kecilnya merindukan pertemuan-pertemuan rahasianya bersama Mujin. Hanya saja mulutnya tidak pernah mengucapkannya. Setiap kali Minji memikirkan Mujin, jantungnya langsung berdegup lebih kencang dari biasanya. Minji akhirnya membuka blokir nomor Mujin, lalu ia menghela nafas. Kapan ia akan bertanya kepada pria itu, ia belum memikirkannya, mungkin nanti saat ia sedang tidak ada kesibukan.

Setelah Mujin membuka jati diri terburuknya kepada Minji, Minji merasakan sesuatu yang berbeda kepada Mujin. Minji yakin, pasti itu bukan hal yang mudah dilakukan oleh orang yang berbahaya seperti Mujin. Pria itu pasti sudah mempertimbangkan banyak hal dan juga sudah sangat mempercayainya. Namun pada akhirnya, Minji tetap harus memilih. Ia tidak ingin Mujin menghadapi masalah yang lebih besar. Jadi, gadis itu memilih jalan yang aman. Bukan munafik, tapi bijaksana.

Alat pemanggil yang dipinjamkan oleh kafe itu bergetar, yang berarti makanan pesanannya sudah jadi. Minji terkejut karena getarannya yang membuyarkannya dari pikirannya soal Mujin itu sangat kencang. Ia bangun dari duduknya, kemudian...

"Omo!"

Ia menabrak seorang pria muda seperti anak SMA yang sedang berjalan persis di samping mejanya. Ponsel Minji jatuh terbentur tempat duduknya.

Options [Nam Jung Do x OC x Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang