Karena status barunya sebagai pengangguran, Minji jadi menghabiskan banyak waktunya di kampus. Ia masih berkutat dengan thesisnya yang ironisnya membahas tentang profesi pria yang sedang dekat dengannya, yang untungnya juga tidak pernah ia pedulikan sejak awal. Tentang thesis yang memiliki sejarah dengan Nam Jungdo, sejahat-jahatnya laki-laki itu kepadanya, ia akan tetap memasukkan namanya sebagai narasumber dan mengucapkan banyak terimakasih kepadanya.
Sudah dua jam Minji duduk di perpustakaan kampusnya, hampir saja ia menumpahkan kopi ke mejanya karena mulai tidak fokus. Ini sudah jam tiga sore dan Mujin masih belum memberinya kabar kapan dan dimana ia akan menemuinya.
"Dimana dia? Huh," gadis itu mengecek kabar di ponselnya yang belum kunjung muncul.
Ucapan Minji didengar oleh angin. Pesan dari Mujin masuk beberapa detik kemudian.
Aku sudah sampai di kampusmu
Minji buru-buru menutup laptopnya dan merapikan barang bawaannya. Jika pria seperti Nam Jungdo menjadi buah bibir kampusnya, apalagi Choi Mujin. Oh, benar. Seisi kampus sudah tau putri dingin Shin Minji tidak lagi berstatus jomblo setelah beberapa kali Jungdo menjemputnya. Sekarang jika Mujin datang, pasti akan membuat kehebohan baru.
Setelah Minji mencari-cari, Mujin ternyata sedang berjalan-jalan di area taman kampus yang cerah, hijau dan sangat luas itu. Pria itu berjalan santai dengan kacamata hitam yang bertengger di tulang hidungnya, kedua tangannya di saku celananya, dengan penampilan yang jauh lebih necis daripada Nam Jungdo. Setelan jas hitam dan dasi abu-abu mudanya yang mahal memang terlihat berbeda daripada setelan-setelan yang dipakai orang di sekitarnya. Cahaya matahari yang hangat namun tidak terik menerangi kulit wajah dan tiap helai rambut pria itu yang tersisir rapi ke belakang. Seketika Minji bengong terpana melihat ketampanan Mujin.
Mujin melihatnya dari kejauhan, dan mengarahkan langkah kakinya ke Minji. Jantung Minji berdebar kencang, ia melihat ke sekelilingnya dimana para gadis-gadis disana memperhatikan Mujin dengan mata yang nakal.
"Tunggu apa?" Mujin memiringkan kepalanya, bertanya kepada Minji.
Pria itu berdiri di depan Minji yang masih mencerna situasi di depan matanya ini. Ia sedikit tidak percaya bahwa ia sudah bebas berhubungan dengan Mujin tanpa harus bersembunyi dari siapapun.
Minji berjalan ke sisi kiri Mujin, menarik lengannya agar mereka masuk ke area yang lebih sepi dengan maksud agar kedekatan mereka tidak dilihat oleh teman-temannya.
"Shin Minjiii...," Joyoung yang kaget melihat Mujin berdekatan dengan sahabatnya berteriak dari ujung koridor memanggil Minji.
"Aduh," keluh Minji. "Jangan kesini!" Minji berbicara tanpa suara, hanya melambaikan tangannya ke arah Joyoung mengisyaratkan agar sahabatnya itu tidak membuat keributan.
"Hah?" Joyoung mencoba membaca gerakan bibir Minji yang berkata 'nanti aku ceritakan'. "Oh. Arasseo!"
Mujin hanya tertawa melihat tingkah laku gadisnya itu. Melihat tangan Minji melingkar di lengannya saja sudah cukup membuatnya senang.
"Kenapa terburu-buru?" Mujin terkekeh menyadari langkah Minji yang membawanya lebih cepat.
"Aku tidak suka dengan cara orang-orang menatap."
"Menatap siapa?"
Selalu, Mujin tidak pernah memperhatikan sekelilingnya jadi dia tidak sadar.
"Kamu."
Mujin tersenyum dan memindahkan tangan Minjj, dari lengan ke genggaman tangannya.
"Begini cukup? Supaya mereka tahu aku kesini hanya untuk bertemu denganmu."
![](https://img.wattpad.com/cover/331121665-288-k724036.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Options [Nam Jung Do x OC x Choi Mujin] - Completed
FanfictionNam Jung Do, seorang politikus yang memiliki image sempurna di mata masyarakat, baik hati dan tidak segan untuk berbicara langsung mendengarkan keluhan secara terbuka. Shin Min Ji, peliput berita yang bekerja sambil menyelesaikan studi pascasarjanan...