Chapter 18.

404 107 18
                                    

Minji tertidur di sofa yang ada di dalam kamar Mujin. Ketika Mujin membuka matanya, yang pertama ia lihat adalah Minji. Senyum kecil terpampang di wajah sembabnya.

Bahu Mujin masih nyeri karena luka tembak yang dalam dan beberapa bagian otot tubuhnya yang sakit karena terjatuh keras. Ia mencoba menggerakkan bahunya tapi mengurungkan niatnya karena sakit rasanya. Mujin menghela nafas panjang dan kembali terlentang.

Gadis cantik itu masih nyenyak tertidur, kedua tangannya disilangkan di dadanya dan posisinya pun terduduk.

"Dia tidur dalam keadaan tegang?" Mujin tersenyum miring. "Apa dia takut aku akan membunuhnya?"

Mujin bangun dari kasurnya. Ia menggunakan tangan kanannya yang paling kuat untuk menggeser tubuh Minji ke dalam posisi tiduran. Bocah itu malahan nampak makin nyenyak tidurnya setelah Mujin menggerakkan badannya. Pria itu mengambil robe tidurnya yang sudah disiapkan pelayannya semalam tapi tidak dipakai olehnya, kemudian menyampirkannya di tubuh Minji.

Ia kembali menatap wajah cantik Minji, kali ini dari lebih dekat; bulu mata alaminya yang lentik, hidungnya yang berukuran ideal dengan ujung yang bulat, bibir merah mudanya yang sedikit terbuka, tapi masih bisa terlihat sangat cantik. Untuk ketiga kalinya Mujin melihat Minji tertidur di depan mukanya, dan ia sangat menyukai pemandangan itu.

Mujin keluar dari kamarnya. Pelayannya yang merupakan seorang ahjumma yang ramah menyapanya ketika ia masuk ke dapur.

"Selamat pagi, Tuan Choi."

"Pagi, Bu Joo."

"Anda ingin saya menyiapkan kopi?"

Mujin duduk di kursi makannya, wajahnya masih sembab. Ia mengerang pelan karena otot pinggangnya yang sakit.

"De. Kamsahaeyo."

"Nona Shin berpesan kepadaku kalau anda harus sarapan karena harus meminum antibiotik dan obat lainnya, Tuan."

Mujin tersenyum. Ia tidak biasa sarapan berat, dan lebih sering juga tidak sarapan karena biasanya pagi-pagi ia sudah berada di lokasi lain.

"Arasseo."

Mujin menelepon Taeju yang masih berada di Busan untuk menyampaikan apa yang harus dia lakukan hari ini. Pengiriman obat-obatannya ke luar negeri harus terhambat karena kejadian semalam. Polisi dan saingan bisnisnya seolah-olah berlomba untuk melumpuhkannya.

Pria itu kembali masuk ke kamar untuk mandi. Ia mengintip lagi Minji yang masih tertidur nyenyak, kemudian masuk.

Selesai mandi, Minji masih juga tertidur. Dari closet tempat Mujin berpakaian, ia memperhatikan gadis yang terlihat lucu karena mengoceh di tidurnya. Minji terdengar seperti bayi yang membuat suara mengecap saat tertidur. Mujin tertawa pelan.

Benar-benar menggemaskan.

Ketika Mujin mau mengambil kemeja, ia teringat ucapan Minji yang melarangnya bekerja hari ini. Ia mengembalikan lagi kemeja yang ia ambil tadi ke dalam rak gantungan bajunya. Kemudian Mujin mengambil celana panjang katun hitam dan memakainya di depan kaca yang setinggi tubuhnya di dalam closet itu. Mujin menyisir rapi rambutnya yang setengah basah rapi ke belakang, memamerkan dahinya yang sempurna.

Pria itu sekarang hanya menggunakan celana panjang, tanpa atasan dan apapun yang menutupi kedua telapak kakinya. Ia berjalan ke sofa tempat Minji tertidur dan berjongkok di sebelahnya. Senyum Mujin merambat di wajah tampannya mendengar celotehan lucu Minji.

"Hmmm... Eodiya...," mulutnya mengecap beberapa kali. "Tteokbokki... Huhu..."

"Tteokbokki? Kamu mau tteokbokki?" tanya Mujin.

Options [Nam Jung Do x OC x Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang