"Ingat guys, cerita ini hanya fiktif dan untuk fantasi semata, tidak dianjurkan untuk ditiru. Gunakan akal kalian dan jangan melakukan sex sembarangan. Ingat safe sex demi kebaikan diri sendiri dan juga orang lain."
Yanto pov.
Secangkir kopi menemaniku di teras rumah. Pagi ini suasana sedikit mendung, namun sepertinya tak menyurutkan semangat aktifitas orang-orang disekitarku. Anak-anakku sedang menyantap sarapan dan bergegas melanjutkan aktifitas mereka masing-masing, si abang bersiap berangkat kerja sedangkan kedua adiknya bergegas untuk kuliah dan sekolah. Istriku tersayang juga sedang menyiapkan diri dan bekalnya utnuk dia bawa ke tempat kerjanya di pabrik konveksi. Ah mengingat tempat kerja istriku itu, aku jadi membayangkan si inal, pemuda gagah yang kerap menggodaku walau dirinya baru saja memilki istri yang cantik.
Ku seruput kopiku sembari memandangi orang-orang yang berseliweran di depan rumah ku. Banyak tetangga yang menyapaku saat mereka lewat di depan halaman ku dan melihat aku sedang duduk santai. Ku pandangi warung ku yang masih belum ku buka. Biasanya aku buka kalau si anak rajin (jono) sudah datang. Dan biasanya si jono datang sekitar pukul 9an setelah dia membantu neneknya membuat lontong untuk dijual. Sungguh jono anak yang sangat baik. Membuat aku dan keluarga ku sayang kepadanya.
"assalamualaikum... enak banget nih kayaknya pagi-pagi udah ngopi. Mana mendung lagi" seru seseorang yang tepat berdiri di depan pekaranganku.
"eh pak rw. Hahaa sini singgah bentar pak. Ngopi kita dulu" saut ku seraya mengajaknya mampir.
Pak rw pun mengiyakan ajakanku. Dirinya duduk di kursi yang ada, aku pun memanggil istriku untuk membuatkan kopi dan mengeluarkan cemilan untuk pak rw, sebelum istriku berangkat kerja. Aku pun mulai bercakap ringan dengan rw baru kami ini, tak lama istriku pun datang membawa kopi dan kue-kue basah.
"aduhh, jadi merepotkan ibuk nih" ucap zul, sang rw baru.
"haha gakpapalah pak rw. Toh ini pertama kalinya pak rw main ke rumah kami" saut istriku.
"iya tadi pas lewat, ngeliat pak yanto yang kayaknya nyantai banget buk" jawabnya.
"oh, bang yanto tiap pagi emang suka gini pak rw. Yaudah silahkan diminum pak kopinya. Aku sekalian mau pamit kerja dulu" terang istriku yang kemudian dirinya menyium tanganku lalu pergi berangkat kerja dengan dibonceng teman satu pabriknya.
Aku dan rw baru ini melanjutkan cakap-cakap yang tadi teroptong. Rw baru yang bernama zul ini ternyata masih sangat muda, sekitar 34 tahun. Namun dirinya memang pintar dan lulusan salah satu sekolah tinggi milik Negara. Belum lagi orang tuanya yang juga kaya, tak heran diusia muda dirinya sudah pernah menjabat sebagai rt dan rw beberapa kali. Bahkan dirinya berucap kalau 4 tahun lagi dia akan mencalonkan diri menjadi bupati. Sungguh anak muda yang punya tujuan.
Kuperhatikan si zul ini selama kami mengobrol. Pembawaannya sungguh maskulin. Suara terkesan berat, tertawanya pelan, gesturenya sangat laki-laki sekali. Aku jujur baru ini mengobrol sedekat dan seakrab ini dengannya. Yang mana aku baru tahu ternyata dirinya sudah menikah dan sudah meiliki dua orang anak yang masih kecil-kecil. Sesekali bibirnya menyesap rokok saat bercerita denganku. Aku yang melihat pembawaannya sungguh tertarik dengan dirinya, terlebih senyum manisnya itu.
Zul berbadan besar, tingginya hampir sama denganku. Pahanya besar dan kokoh, terlihat dari balik celana safarinya yang ketat, membuatku ingin sekali duduk diatasnya. Badannya besar berotot namun sedikit gempal. Brewoknya yang tipis dan tertata rapih pada rahang dan lehernya juga membuatku ingin sekali mencumbu dan megusap-usap rahang kokohnya. Belum lagi tonjolan diselangkangannya yang membuat mataku selalu curi-curi pandang. Membentuk sekali. Ingin rasanya aku raba-raba saat ini juga, namun aku masih memikirkan harga diri dan juga ada anak-anakku masih di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
L4COOR-L4COOR
Fantasíacerita yanto, pria berumur 40 tahunan yang memiliki keluarga kecil nan bahgaia. selalu dipandang baik dan sempurna oleh orang-orang. namun tidak dimata para buaya.