"TOLONG!!!" teriaknya sambil berlari.
Pria tersebut secara otomatis juga ikut berlari mengejar Bitna, langkah panjang pria itu memudahkannya memangkas jarak pelarian Bitna. Sesekali Bitna menoleh ke belakang memastikan dirinya tidak akan tertangkap olehnya.
Koridor ini terlalu sepi, bahkan berteriak meminta tolong pun dirasanya tak berhasil menotif orang-orang di sekitarnya agar keluar dari unit dan mencari tahu apa yang tengah terjadi. Bitna terhenti di ujung lift, berapa kali memencet tombol tak juga membuat pintu lift itu terbuka. Bitna terlalu gugup dan panik, kedua tangannya gemetar. Bitna terus menendangi pintu lift berharap pintu itu lekas terbuka, Namun tetap saja.
"Bitna, tunggu!' Ujar pria tersebut, ia masih berjarak beberapa meter dibelakang. Langkahnya sengaja di perlambat agar Bitna tidak semakin panik dan kembali melarikan diri darinya.
"Tenangkan dirimu...tenang (bicaranya pelan) aku hanya ingin bicara padamu, bisakah kita bicara di dalam unitmu saja?" kedua tangannya mengulur ke depan, bermaksud agar Bitna tetap diam di posisinya.
"Diam di situ!" Hardik Bitna
"Jangan dekati aku! Bicara saja di sini!" Imbuhnya.Bitna perlahan-lahan memundurkan langkahnya, ia menunduk tuk melepas kedua sepatunya. Bitna mulai kedinginan ketika kedua kaki telanjangnya bersentuhan dengan lantai, terlihat beberapa kali Bitna berjinjit.
Tas selempang yang tadinya hanya melingkar di salah satu pundaknya, di kalungkan nya menjadi melingkar di perut, hingga bagian tas berada di sisi pinggang sebelah kanannya. Satu tangannya menenteng 2 sepatunya dengan cara dihimpit dengan jari-jarinya. Waspada saja, jika tiba-tiba pria tersebut semakin mendekat ke arahnya, Bitna sudah siap berlari.
"Tidak Bitna, kita tidak bisa bicara di sini, ayolah! Aku tahu, kau sedang banyak masalah, bukan? Aku bisa membantumu" ucapnya dengan menampakkan seringai kecil di wajahnya.
"Aku tidak butuh bantuan mu! Aku bilang pergi dari sini!" Ketusnya.
Bitna semakin memundurkan langkahnya, Ia mulai tersudut. Pintu lift masih saja tertutup rapat, matanya melirik ke arah indikator lift yang menunjukkan lift memang sedang berhenti di lantai 2 sementara Bitna berada di lantai 5. "Kenapa lift ini berhenti lama sekali di lantai 2?" Monolog Bitna.
Sepersekian detik jarak keduanya semakin terpangkas, kedua netra Bitna yang masih teralih pada pintu lift membuatnya tidak menyadari jika pria di depannya hampir dapat meraih tangannya, karena pria tersebut berjalan dengan langkah menyamping.
"Ayo ikut!" Ucap sang pria yang kini berhasil memegang pergelangan tangan Bitna.
"TIDAK!!! LEPASKAN AKU!!!"
Bitna terus memberontak dengan cara menepis tangan pria tersebut, Namun sayang..tenaganya lebih besar darinya.
"Aku hanya ingin mengajakmu bicara, jika masih ada waktu, kita akan bersenang-senang sebentar saja" Ia menarik Bitna dengan mencengkram kuat pergelangan tangannya lalu membawanya masuk ke dalam unit milik Bitna.
"Tuan Seokjin, aku mohon! Lepaskan aku!" Bitna terus memukuli tangan Seokjin yang mencengkram kuat pergelangan tangannya.
Rupanya pria ini Seokjin, obsesinya menjadi pria pemilik segalanya telah membutakannya. Sejak Bitna pergi dari perusahaannya, Seokjin hampir tidak bisa bekerja dengan baik. Pikirannya terus melayang membayangkan sosok Ahn Bitna yang ingin sekali dimilikinya.
Rupa menawan dan paras yang begitu cantik, membuat imajinasi liar seorang Seokjin semakin besar, ia terus terbayang dengan tubuh indah nan sintal milik Bitna yang baru beberap menit ia nikmati, andai saja Taehyung tidak muncul. Mungkin Seokjin sudah beberapa kali melakukan pelepasannya, sial!
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGLED
De TodoAhn Bitna Gadis cantik yang memutuskan menapaki karir di Kota Seoul.. Memulai kisah percintaannya dan terjebak dalam cinta ketiganya..dan harus merelekan kehilangan salah satunya.. Kehidupannya berubah kala ia sendiri tak dapat mengerti arti perasaa...