Kantuk Raya

300 34 5
                                    


Raya tidak akan memulai cerita ini dengan dirinya yang terlambat bangun, karna setiap harinya kadang memang selalu begitu.

Kali ini, Raya akan memulainya dengan bagaimana ia menunggu dosen Sejarah Teori Antropologi di kelas yang masih kosong. Hanya ada Raya, dan kursi-kursi berhamburan itu. Masih jam 06:14 pagi, di luar juga masih sunyi, tapi Dahayu Jagat Raya sudah menikmati gabutnya di dalam kelas sendirian.

Pagi sekali 'kan? Lalu, apa Raya bangun pagi kali ini? Ohh tentu tidak. Hanya ada satu kemungkinan kenapa Raya kepagian, jawabannya adalah ia tidak tidur.

Raya tidak ingin terlihat sok keren karna menyebut dirinya insomnia, gadis itu memang sering bermain ponsel semalaman hingga tidak sadar jam 4 subuh. Lalu dibanding membuatnya bangun pukul 12 siang, Raya memilih tidak tidur sampai pagi karna ada jadwal mata kuliah.

Kepalanya ia sembunyikan di lipatan tangan, tentu Raya mengantuk. Dengan headphone yang memutar lagu The Beatles berjudul Let It Be, bagai ninabobo yang mengantarkannya ke alam mimpi. Begitu nyenyak tidur paginya, dengkuran halus bahkan terdengar.

Tuk!

"Aw!!" Raya yang sedang terlelap, mendadak terusik karna ada yang mengetuk kepalanya menggunakan buku, tidak sakit sih tapi tetap saja terkejut.

Ia mendogak, menatap pelaku utama yang membuat tidurnya terusik. "E-eh.. kak."

Raya langsung menegakkan punggungnya, melihat salah satu seniornya di himpunan kini sudah duduk di kursi depannya.

"Elo Jagat Raya 'kan? Peserta yang selalu ketahuan makan permen pas Inisiasi?"

Ah, semakin terkenal saja julukannya yang ini, Raya jadi malu.

"I-iya kak," kata Raya canggung. Dia tidak terlalu dekat dengan senior di depannya ini, tapi seingat Raya, senior di depannya ini sangat humble.

Raya ingat namanya, namanya indah seperti sajak. Anala Lautan Bumantara, di panggil Laut. Waktu itu Laut jadi panitia bagian perlengkapan, jadi Raya jarang melihatnya saat kegiatan Inisiasi.

"Elo nggak salah masuk kelas 'kan Ray? Atau emang elo udah program di kelas ini?"

Pertanyaan itu membuat alis Raya terangkat, bukannya ini kelasnya yang benar yaa? Matanya mengitari penjuru kelas, kelas yang tadinya sangat senyap kini sudah ada beberapa orang yang mukanya asing di mata Raya.

Ini bukan teman-teman sekelasnya, lantas dimana mereka?

"Ha? Enggak kak, Saya masuk di kelas ini kok, mata kuliah Sejarah Teori Antropologi kan? Atau Kak Laut yang ngulang mata kuliah?"

Tawa terdengar dari lawan bicara Raya. "Ya ampun Ray, elo dehidrasi sampe nggak konsen? Ini itu ruangan B 2.1, kelas elo di sebelah kayaknya, gue liat temen elo di sana tadi."

Mata Raya membulat. "Serius kak? Ya ampun!!"

Masih setengah sadar memang, tapi berusaha mengembalikan kewarasannya. Dengan begitu, bermacam-macam umpatan Raya layangkan pada dirinya di dalam hati.

Begitu panik Raya, hingga ia segera beranjak dari tempatnya duduk dan meninggalkan sebuah barang yang di tatap Laut dengan bingung.

"Rayaa... ah, udahlah. Entar juga dia nyari."

Headphone hijau itu bahkan masih terputar lagu The Beatles yang tidak asing di telinganya, Laut tersenyum simpul.

"Selera musiknya boleh juga."

Ob-la-di ob-la-da life goes on brahh~~
Lalalalal life goes on~~
Ob-la-di ob-la-da life goes on brahh~~
Lalalalal life goes on~~

***

Hampir saja Raya terlambat, dosennya tadi sudah berjalan di belakangnya hingga membuatnya panik setengah mati. Tapi bersyukur masih sempat masuk lebih dulu.

Dosen di program studi Antropologi ini beberapa ada yang sangat disiplin, ada juga yang santai. Sayang sekali hari ini Raya harus bertemu dengan dosen pengganti yang menurut kabar yang beredar bahwa dosen ini sangat tegas dan tidak segan-segan memberi nilai eror bahkan di pertemuan pertama.

Dosennya para dosen, begitu dia di panggil.

"Ini kita nggak boleh ngomong sama sekali," bisik teman yang ada di sebelah Raya.

Raya menyuruhnya menutup mulut, bahaya untuknya juga jika ketahuan mengobrol.

Perkuliahan dimulai, topik yang sama sekali tidak masuk di telinga Raya namun tetap ia catat poin penting.

Sesungguhnya kantuk Raya masih saja datang, berulang kali ia menguap dan menepuk-nepuk pipi agar kesadarannya kembali. Di tambah cuaca pagi yang mendung, juga penjelasan yang bak dongeng dari dosen tercintanya.

"Teori ini pertama kali di kena--- HEI KEMEJA BIRU, TERTIDUR KAMU?!"

Raya tersentak mendengar seruan dosen di depan, ia buru-buru mengecek kemeja apa yang ia pakai hari ini, bersyukurlah karna kemeja merah maron ini menjadi penyelamatnya.

"Silahkan keluar, jangan ikut kelas saya lagi selama 6 pertemuan kedepan. Saya tidak suka pada mahasiswa yang menjadikan kelas saya sebagai ruang tidur. Kamu pikir saya mendongeng?!"

Ingin sekali Raya menyahut kalau penjelasan beliau memang mirip seperti dongeng pengantar tidur, tapi tidak nanti ia kena imbasnya juga.

"Tap-i Bu, saya..."

"Keluar! Atau mau saya kasih nilai eror sekarang juga?"

Raya bergidik ngeri, rumor itu benar adanya ternyata. Okey, lain kali Raya akan minum kopi atau setidaknya tidur tepat waktu saat matakuliah Sejarah Teori Antropologi agar tidak mengantuk.

"Yang mengantuk, silahkan keluar juga menyusul dia yaa, Ibu tidak suka di dengarkan seperti sedang mendongeng."

Mata Raya tentu langsung jernih, dia mana mau mendapat nilai D atau bahkan E jika macam-macam di matakuliah ini.

"Gue denger Kak Laut juga program di matkul ini, cuma sekarang lagi masuk di kelas sebelah. Mungkin dia bakal masuk minggu depan."

Huh.. Laut itu lagi? Lantas harus apa Raya dengan informasi itu?

"Eh, Headphone gue mana?"










































A

fter a long time, akhirnya aku update cerita ini, maaf yaa teman-teman, cari mood menulis itu tidak segampang pesan teh poci😭😭

Mari berjalan perlahan dengan Raya dan Laut🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Antropolo(ve)gi : Lautan RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang