"Elo salah paham Ray."
"Ha? Tiba-tiba banget ngomong salah paham, konteksnya apaan?"
Setelah bertemu dengan Rehan dan Mentari di depan penjual pentolan tadi, Laut dan Raya memilih berpisah dengan dua orang yang sepertinya sedang pdkt itu. Lebih tepatnya Rehan mengancam Laut dari sorotan mata tadi agar Laut tidak mengikutinya.
Idih, padahal Laut memang tidak ingin mengikuti Rehan. Buat apa? Toh nanti mereka akan bertemu lagi.
Ah itu tidak penting, tidak usah di bahas lagi. Intinya sekarang Laut dan Raya sudah berada jauh dari jangkauan Rehan dan Mentari. Masih di sekitar pinggir pantai, hanya saja lebih ke arah utara, tidak seramai bagian selatan.
"Gue nggak tau sih harus mulai dari mana, tapi kata Rehan gue harus kasih tau elo dulu biar elo nggak salah paham lagi."
Raya kembali menggaruk kepalanya. "Iya konteksnya apa duluu?"
"Soal Sefa.. gue ng--"
"Oalah.. jadi gimana, udah berapa persen pdkt sama Sefa?"
Laut menjentikkan jari. "Nahhh, itu. Elo salah paham disitu!"
"Maksudnya kak?"
"Gue nggak pdkt samaa Sefa, malahan gue nggak pernah berfikir mau pdkt sama dia. Justru gue pengen pdkt sama elooo!"
Raya memutar bola mata malas. "Nggak konsisten, kak Laut nggak konsisten. Kalo mau pdkt sama saya, ya deketnya harus sama saya, bukan sama Sefa!"
"Nggak bermaksud buat deket-deket sama Sefa, tapi Sefanya aja yang deketin gue mulu. Kalo Rehan nggak ngasih tau Sefa emang sengaja deket-deket gue, gue mana sadar. Bodohnya lagi gue nggak ngeh sama sekali sama semua gerakan dia."
"Emang, bodoh banget Kak Laut!"
Laut malah tertawa mendengar Raya mengejeknya, wajah Raya terlihat dongkol. Dia kesal kah?
"Terus gimana sama bekas lipstik?" Todong Raya dengan mata yang memicing di depan wajah Laut, jaraknya sangat dekat sampai membuat Laut menahan napas.
"Wait.. munduran dulu dong, kalo gue kelepasan cium elo kan bahaya!"
Malu, tentu saja. Raya mana sadar bahwa tadi memang posisi yang pas untuk ciuman.
Dengan segera perempuan itu mundur, lalu membuang muka ke arah hamparan Laut gelap di depan mereka.
"Jawab aja sih," kata Raya judes.
Laut terkekeh pelan, setelahnya ia menjelaskan tentang kejadian sore itu kepada Raya. Sama persis seperti apa yang ia ceritakan pada Rehan tadi.
"Jadi gitu.. gue nggak sadar sama sekali kalau Jus Stroberi yang gue minum di kosan temen gue itu bakal tumpah di kemeja gue. Sumpah nggak bohong gue Ray, demi Allah. Kebetulan banget itu warnanya mirip sama lipstik diaaa!" tutur Laut dengan frustasi.
Raya diam-diam merasa lega, juga merasa bersalah karna sempat mengira yang tidak-tidak kepada Laut.
"Gitu ternyata, yaudah deh.."
Tidak tahu lagi harus bereaksi bagaimana, yang intinya Raya sangat merasa lega. Pikiran buruknya tentang Laut kemarin-kemarin itu ternyata tidak benar.
"Elo udah nggak salah paham lagi 'kan?" tanya Laut memastikan.
"Iyaa, udah paham sekarang. Nggak salah lagiii."
Laut mengangguk puas, akhirnya masalah ini menjadi lurus juga, tidak lagi berkelok-kelok seperti jalan lintas Palu-Parigi.
"Berarti sekarang udah bisa di mulai dong Ray?"
Raya menoleh ke arah Laut, memasang tatapan bingung. "Mulai apa Kak?"
"Mulai pdktnya dong. Eh, tapi boleh 'kan Pdkt sama elo? Elo nggak punya pacar kan?"
"Eumm.. boleh aja sih sebenarnya, tapi pacar saya kira-kira marah nggak ya nanti Kak?"
Pacar? Raya punya pacar? Sejak kapan? Kenapa Laut tidak pernah mendengarnya?
"Pacar? Elo punya pacar emangnya?" tanya Laut penasaran. Agak kecewa sih mendengar bahwa Raya punya pacar.
Raya mengangguk yakin. "Ada Kak, Paul McCartney namanya."
Wajah kecewa Laut berubah menjadi datar. "Anjir Ray, gue pikir beneran!!"
"Lah, emang bener kok. Udah lama pacarannya."
"Type elo emang kakek-kakek gitu yaa?" Nada bertanya Laut mengejek sekali, membuat Raya tergelitik.
Sambil menunjukan layar kunci ponselnya kepada Laut, Raya berkata, "Nih, ganteng gini elo bilang kakek-kakek."
"Yaiya, itu kan foto tahun 60an. Sekarang udah jadi aki-aki itu cowo lo!!"
Raya kembali tertawa, tapi kali ini Laut ikut tertawa juga.
"Jadi gapapa kan kita pdkt? Kakek-kakek ini nggak bakal marah kok!"
"Ishh, stop panggil Kak Paul kakek-kakek!"
"Lah emang kakek-kakek gitu masih elo panggil Kak, nggak waras lo. Cegill!!"
Raya memandang keki. "Cegil gini kenapa elo taksir emangnya?"
"Gapapa, gue kan juga cogil. Biar sama-sama jadi gila." Laut merangkul Raya sambil tertawa.
"Kalo gila tuh jangan ajak-ajak Kakk, saya nggak mau gila bareng Kak Laut!!"
Laut menyadari satu hal ketika Raya berucap kalimat barusan, sepertinya ada yang harus di ubah sebagai langkah pertama pendekatan mereka.
"Boleh nggak sih elo jangan pake kata 'saya' lagi kalau ngomong sama gue? Ganti jadi 'aku' coba biar dengernya enak. Dari tadi kayak formal banget," kata Laut.
Raya terlihat berpikir, ia baru sadar juga kalau masih menggunakan kata semi-formal kepada Laut. Maklumlah, Raya terbiasa berbahasa seperti ini kepada orang yang belum masuk ke dalam kategori orang terdekatnya, apalagi kepada senior.
Laut masih berstatus sebagai orang yang belum dekat sekali dengan Raya sebelumnya, juga Laut adalah senior Raya. Jika kini Laut berkata ingin kenal Raya lebih jauh, harusnya sah-sah saja jika menggunakan bahasa santai mulai dari sekarang.
"Yaudah deh, ganti jadi gue aja ya kak."
Laut protes, "Kok gue? Aku dong harusnyaaa!"
"Ih, banyak mau! Yaudah deh Akuuu."
Raya hanya bercanda, lagi pula sejak awal saat Laut duduk di depannya Pagi hari itu, Raya rasanya sudah ingin merubah gaya bahasanya kepada Laut. Walau ternyata laki-laki itu agak menyebalkan sih.
"Yaudah, aku juga bakal ubah. Nggak bakal manggil Gue-elo lagi."
Terdengar sederhana, tapi mampu membuat keduanya berbunga-bunga.
"Kalau udah cinta sama gue, bilang ya Ray, biar pdktnya nggak lama."
Andai Laut tau, sekarang Raya mulai merasakannya. Entah siapa yang duluan menaruh rasa, padahal pertemuannya belum terlalu lama.
Biarlah bagaimana semesta menentukan jalan takdir untuk mereka, langkah awal ini semoga berjalan dengan semestinya.
Orang habis pdkt itu pacaran 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lautan Raya
Fanfiction[NA JAEMIN, KIM MINJEONG STORY] Sebagai seseorang yang berada di dalam lingkup yang sama, tentu hal wajar jika terjadi yang namanya jatuh cinta. Kebiasaan selalu berada di sisi masing-masing sepanjang waktu menjadi pemicu rasa itu tumbuh, lalu merem...