Perkara Headphone

180 34 4
                                    

"Kak Laut!!" seru Raya ketika melihat siluet yang sedari tadi ia cari sekarang berjarak beberapa meter di hadapannya.

Laki-laki itu berhenti, menunggu Raya yang berlari menghampirinya tanpa mau repot-repot berjalan ke arah Raya.

"Kenapa Ray?"

"Kak Laut liat nggak Headphone saya? Tadi ada di meja pas saya masuk kelas Kakak!"

Laut menahan tawa, panik sekali juniornya ini ya ampun.

"Kalau gue liat kenapa, kalau gue nggak liat kenapa?"

Jawaban yang tidak Raya bayangkan sebelumnya namun cukup membuat setan di diri Raya mengamuk ingin keluar, alias itu jawaban yang menyebalkan!

"Kak Laut nggak liat yaa berarti, yaudah makasih kak." Sungguh Raya tidak ingin meladeni senior tengil seperti Laut, jadilah ia buru-buru pergi dari hadapan pemuda dengan tinggi sepadan itu.

"Eh.. tunggu dulu woy!"

Raya berbalik badan dengan malas, perutnya sedang meronta ingin di isi. "Ada apalagi sih kak?"

"Headphone elo ada di gue, tapi sebagai permintaan terima kasih, traktir gue kopi di warung tante manis."

Bukankah semakin menyebalkan? Perkara Headphone yang ketinggalan akan sepanjang ini?

"Hhmm yaudah, kopi 5 ribuan aja yaa. Kalau lebih, bayar sendiri."

Akhirnya Raya berjalan mengikuti Anala Lautan Bumantara yang baru berbicara dengannya hari ini namun sudah membuatnya sangat kesal.

"Headphonenya nggak bisa saya ambil duluan ya Kak?" tanya Raya sembari menyamakan langkahnya dengan sang senior.

Laut menggeleng dengan bibir yang di kerutkan, "No..no..no, entar elo malah kabur dan nggak bayarin kopi gue."

Ya ampun, Raya tidak selicik itu.

"Lagian, elo emang suka yaa sama The Beatles?" tanya Laut membuka percakapan.

Raya sebenarnya malas, tapi berjalan menuju warung tante manis malah terasa sangat panjang kala Laut ada di sampingnya.

"Suka." Singkat sekali, seperti balasan chat dari doi.

"Elo paling suka lagu yang mana? Gue juga suka loh sama lagu-lagu The Beatles," jawab Laut bersemangat.

"Hey Jude yang remastered 2015..."

Laut mengangguk, ia tahu lagu itu, lagu yang bersenandung selama 7 menit dengan lirik yang terus di ulang-ulang selama 3 menit. Itu bukan lagu yang bagus bukan?

"Aaa gitu, selera elo bagus juga."

Sebenarnya Laut ingin mencela dengan berkata lagu dari band kesayangannya yaitu The Byrds jauh lebih bagus dari pada lagu The Beatles, juga
Band kesayangannya tidak memiliki banyak kontroversi seperti The Beatles.

Tapi mana berani Laut jujur, bisa-bisa juniornya ini mengamuk. Lagi pula kita tidak boleh mencela kegemaran orang.

Laut dan segala ke-plinplannya.

"Tante manis yang hari ini sangat manis... bisakah saya memesan satu buah kopi yang gulanya 2 sendok??"

Ibu 2 anak itu tersenyum aneh melihat Laut, tentu ia hapal betul keanehan pelanggan tetapnya ini. "Bawa cewe baru lagi Ut?"

Laut melirik keki, "Tante, seakan-akan saya selalu bawa cewe yang beda tiap hari."

"Loh, bukannya iya? Kemarin anak ilmu pemerintah 'kan yang kamu palak?"

"Astagfirullah Tante manis yang sangat manis, mereka yang tawarin diri mau traktir saya, terzolimi nih orang ganteng."

"Terserah kamu Laut." Wanita paruh baya itu terlihat sudah lelah menghadapi Laut.

Jujur saja, Raya tidak merasa aneh dengan kedekatan keduanya. Tante manis itu sangat baik, Raya tau karna beberapa kali membeli nasi kuning di sini.

Tapi fakta bahwa narsistik seorang Anala Lautan Bumantara sudah menyebar luas hingga jurusan seberang, membuatnya agak tercengang. Bukannya Laut baru di tahun kedua yaa?

"Tante, saya juga kopi satu ya, gulanya setengah sendok aja." Setidaknya kopi hitam pahit bisa membuat kepala Raya ringan selepas berurusan sebentar dengan Laut si senior tengil.

Laut menoleh terkejut. "Buset, elo minum kopi sepahit itu?"

"Kenapa emangnya?" Bingung Raya, tentu saja. Apa yang salah dengan kopi pahit?

"Enggak, nggak boleh. Kodrat perempuan itu harusnya minum milkshake, atau thai tea, atau green tea. Bukan kopi hitam gula setengah sendok!!!" seru Laut frustasi.

Astaga, drama sekali manusia ini.

"Nggak ada undang-undang yang melarang perempuan minum kopi pahit, kakak nggak usah terlalu lebay deh," jawab Raya kesal.

Lagi pula, Raya butuh kopi untuk mata kuliah selanjutnya. Lehernya tegang setelah menghadiri kelas sebelumnya, matanya juga masih mengantuk karna belum tidur yang cukup. Apalagi sekarang ada Laut yang membuat kepalanya semakin pening, Kopi hitam pahit bisa membuatnya terjaga setidaknya sampai jam 2 siang nanti.

"Ya tapi tetep aj--"

"Dah, dah... ini kopi kalian, totalnya 10ribu." Ucapan tante manis menyela Laut, Raya sungguh sangat berterima kasih.

Buru-buru Raya mengeluarkan uang 10 ribu, menyerahkannya pada tante manis tapi kembali terhalang oleh Laut.

"Ini saya bayarin kopi Raya, Tante. Nah Raya yang bayarin kopi saya," kata laki-laki itu tanpa beban sembari menyerahkan pecahan uang berwarna kuning agak oranye.

Tante manis dibuat geleng-geleng dengan tingkah Laut, begitupun dengan Raya yang sudah menatap Laut dengan tatapan yang bener aja lo?!

Uang dari Laut tadi, diberikan tante manis kepada Raya sebagai kembalian. Ribet juga dunia ini ketika ada banyak sosok ajaib seperti Laut di dalamnya

"Nah, gue bakal terima kasih ke elo karna udah traktir gue kopi, tapi elo juga harus bilang terima kasih ke gue karna udah traktir elo kopi," kata Laut dengan alis yang ia angkat-angkat.

Bukannya mereka terlihat seperti membeli kopi masing-masing yaa? Hadeuhh, ingin rasanya Raya menyirami kopi panas ini ke muka Laut, tapi nanti ia bisa di laporkan ke pengajaran atau bahkan polisi.

"Terserah Kak Laut, sekarang mana Headphone saya? Buruan, saya mau balik, warung nasi di depan bisa makin rame!!"

Keduanya keluar dari warung tante manis dengan menenteng cup kopi masing-masing, Raya masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran senior di sampingnya ini.

Laut berjalan ke arah Gazebo samping warung, menepuk sampingnya agar Raya duduk di sana.

"Duduk sini dulu, santai. Minum kopi sambil berdiri itu nggak menghargai penemu kopi tau!!"

Huhhh, filosofi dari mana lagi itu?

"Kak.. saya laper, mau makan di warung depan kampus. Nanti makin rame tau!!" seru Raya frustasi. Ia tidak tahan lagi.

Laut menyesap kopi hitamnya perlahan, rasa manis juga sedikit pahit dari kopi masuk ke dalam indra perasanya. Setelahnya ia mengambil Headphone Raya yang ada di dalam tas lusuhnya. "Haelahh, nih punya lo nih. Makanya lain kali barang tuh di inget."

Raya buru-buru mengambil barang berwarna hijau itu ketika di sodorkan padanya. Raya lebih memilih makalahnya yang tertinggal di kosan, asal jangan headphone kesayangannya ini.

"Kalo gitu, saya pergi dulu ya kak." Tidak mau lagi Raya menambah seperkian menit di sebelah Laut.

Sepertinya memang Raya harus jaga jarak sedikit dengan senior-senior seperti Laut ini, menyusahkan batin dan energinya.

"Oh iya Btw, jangan lupa ikut kepanitiaan dies natalis yaa, pastiin juga elo masuk di divisi dokumentasi."

Raya menoleh dengan bingung. "Biar apa Kak?"

"Biar ketemu gue, gue ketua divisi dokumentasi soalnya."
















































Manusia seperti Laut ini memangnya ada di kehidupan kampus? Nggak tau, coba tanya tante manis🤣

Lautan RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang