Pajak Jadian ala Laut

88 17 5
                                    


"Anjayyy udah jadian, pj bisa kali Ray!!"

Raya menoleh spontan mendengar suara dari belakangnya, itu suara Hugo yang berjalan ke arahnya.

Duduk di samping Raya, Hugo menadahkan tangannya. "Mana pj!"

Tentu saja Raya kebingungan, memang siapa oknum yang sudah menyebarkan berita ia dan Laut berpacaran hingga terdengar sampai ke telinga Hugo?

Padahal Bentala saja belum datang, Mentari juga. Lalu siapa dalangnya?

"Elo.. tau dari mana?" tanya Raya dengan tatapan menyelidik.

Hugo keheranan. "Loh, itu di grub chat Kerabat 22 rame semalem, elo nggak ikut nimbrung?"

Grub Kerabat angkatan 22? Aaahh sialan!
Semalam ponsel gadis itu ia angguri hingga pagi, hingga sekarang malahan. Ia malas membuka ponsel karna terlalu bahagia, sedari tadi malam saja ia hanya terus mencari posisi tidur yang nyaman agar matanya tertutup, agar ke-salting-an yang ada di dirinya istirahat.

Baru sekarang ia buru-buru mengecek ponselnya, dan ternyata benar bahwa mulut ember milik seniornya bernama Rehan alias sahabat semati pacarnya yang duluan menyerukan "Woy, Laut sama Raya pacaran. Mintain PJ gasss!!"

Kepala Raya seketika pening melihat tag untuk dirinya dari teman-teman seangkatannya. Makin pening melihat balasan dari si Lautan Bumantara.

Ya sudah, kita lihat saja bagaimana si Lautan Bumantara itu menepati janjinya kepada orang-orang yang ada di grub.

Ada-ada saja memang.

"Mana Ray? Mana pj gue!!" Hugo ternyata masih di samping Raya, masih tetap meminta pajak jadian dengan wajah melas.

"Loh, itu kak Laut udah bilang di grub, elo tunggu dia aja," kata Raya pada Hugo.

Hugo berdecih, "Temen gue itu elo, Kak Laut kan beda. Gue mau pj dari elo, terus nanti minta punya Kak Laut juga."

"Yeuuyyy, maruk banget anjir!!" Sewot Raya, Hugo malah tertawa.

Kemudian gadis itu merogoh sesuatu dari kantung celana jeansnya, benda yang sudah tidak asing lagi di mata Hugo, yang bahkan karna Raya, Hugo sudah mencoba semua rasanya.

"Masa permen Yuppi sih Rayyy?!"

Raya menatap Hugo, "Ohh nggak mau? Yaudah sini!"

Hugo buru-buru menyembunyikan permen yang tadi Raya berikan padanya. Ah, terpaksa menerima pajak jadian tidak modal dari si Jagat Raya ini.

Raya tertawa melihat Hugo memakan permen darinya dengan perasaan dongkol.

"Eh, itu Kak Laut tuh," tunjuk Hugo ketika melihat siluet Laut berjalan ke arah mereka.

Raya ikut mengikuti pandangan Hugo, ia melihat Laut datang dengan tergopoh-gopoh membawa kardus lumayan besar, di belakang pacarnya itu ada bapak-bapak yang turut membawa kardus yang sama besarnya mengikuti Laut.

Raya tidak menyangka pacarnya itu benar-benar melakukan apa yang ia janjikan di grub.

"Satunya biar saya saja yang ambil ya dek, kamu tunggu sini saja," kata bapak-bapak itu setelah meletakkan kardus yang ia bawa di samping kardus yang Laut bawa.

"Nggak papa pak?"

"Iya dek, gapapa sekali."

Laut akhirnya mengiyakan, dan lelaki paruh baya itu akhirnya pergi meninggalkan mereka. Raya juga Hugo kemudian menghampiri Laut yang meletakkan kardus-kardus itu di meja bawah pohon depan sekre mereka, tidak lupa pula laki-laki itu menempelkan kertas putih di depan kardus tersebut.

"Buat PJ, jangan lupa baca bismillah!." Hugo membaca tulisan di kertas putih itu, kemudian melihat apa isi kardus yang Laut bawa.

"Ohh jadi ini PJ yang kak Laut bilang di grub? Hhmm menarik!" kata Hugo setelah melihat apa isinya.

Isi kardus itu adalah onde-onde hijau yang sudah di bagi menjadi 5 butir permika, lalu di kardus ke dua ada kue Panada, kue khas Sulawesi yang juga sudah di bungkus menggunakan plastik.

Hugo mengambil beberapa panada yang ada di dalam kardus itu, tapi Laut menghentikan pergerakannya.

"Ehh! Ambil satu orang satu!!" seru Laut gemas. Hugo menyengir dan mengembalikan beberapa tadi hingga tersisa satu.

Raya masih terpaku melihat apa yang Laut lakukan, "Kakak beli semua ini di mana?"

Laut menoleh ke Raya, "Di dekat kosan Aku ada ibu-ibu paruh baya yang jualan kue ini, Ray. Jadinya aku beli deh buat di jadiin pj, biar sekalian bantu-bantu ibunya juga dan ngasih manusia-manusia kurang kasih sayang itu cemilan."

"Kesukaan kamu semua kan?" tanya Laut.

Raya tersenyum. "Kak Laut tau dari mana?"

"Rahasiaaa," kata Laut mengejek. Raya tertawa, kemudian gadis cantik itu mengambil satu bungkus panada, lalu memakannya dengan pelan.

"Tuh, itu manusia-manusia kurang kasih sayangnya datang."

Raya mengikut arah pandang Laut, segerombolan senior datang menghampiri mereka, lebih tepatnya menghampiri kardus yang Laut bawa.

Bapak-bapak tadi juga sudah datang kembali membawa satu kardus lainnya, isinya adalah Jalangkote.

"Itu yang satu itu jangan di bongkar yaa, Kerabat 22 belum ada yang ambil tuh, itu bagian mereka," kata Laut pada mereka.

Sederhana sekali pemikiran Laut, tapi Raya dibuat sangat terpesona. Lagi pula, manusia mana yang berpikir menjadikan onde-onde, panada juga jalangkote sebagai pajak jadian?Tidak ada, hanya seorang Anala Lautan Bumantara.

Sangatlah istimewa.

Raya semakin jatuh lebih dalam kepada pacarnya, yang tidak hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga memikirkan pasangannya, sahabatnya, kerabat-kerabat antropologinya, dan bahkan orang di sekitaran.

Seorang Anala Lautan Bumantaraa yang sangat unik. Entah harus dengan kata apa lagi Raya menjabarkan bahwa ia begitu terpesona dengan pacarnya ini.

"Kak Laut keren," kata Raya pelan. Laut tidak mendengarnya.





































Tipis-tipis abangkuhhh🔥

Lautan RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang