3. Calon Mantu

1.5K 252 11
                                    

Osean duduk tidak tenang, dia tidak bisa menyangkal saat orang tuanya sangat bahagia mendapatkan menantu dari keluarga tersebut. Jujur, Osean sama sekali belum pernah melihat wujud asli dari anak pertama Vansa Dafna tersebut.

Tia yang sudah sadarkan diri langsung membenarkan posisi duduknya.

"Anda datang untuk melamar Osean?" tanya Senja.

"Benar, anak saya ini sedang ada di Jepang dan memiliki janji untuk bertemu tapi dia mendadak ada urusan. Saya mewakilinya meminta maaf," ucap Vansa tulus.

"Anda yakin memilih Osean? Keponakan saya ini tidak pandai memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian. Hobinya hanya jalan-jalan saja, menghabiskan uang, berdiam diri di kamar."

"Saya tahu keluarga Anda itu semuanya aktif dan produktif!"

Tia sedang berusaha menjilat keluarga kaya ini supaya melupakan tujuannya melamar Osean, enak saja anaknya padahal paling baik tapi kenapa nasibnya lebih bagus Osean.

"Anak saya Trisha lebih baik dari Osean, dia pandai merawat diri dan suami. Bisa memasak berbagai macam hidangan, mencuci pakaian, menjemur pakaian dan mengepel lantai juga bisa," tutur Tia tersenyum lebar.

"Bagus Tante tapi Nenek gak lagi mencari pembantu. Maaf ya Tan, pembantu lumah kita itu jauh lebih baik dan berpengalaman," seru Arfan santai cuma kalimatnya itu bikin lawan bicaranya malu.

Osean menahan tawa melihat wajah keruh Tantenya yang berusaha tetap terlihat baik-baik saja padahal tersinggung berat.

"Satu minggu lagi. Osean cukup duduk diam biarkan kami yang mengurusi semuanya," ucap Vansa serius.

"Boleh kami membantu?" tanya Senja ragu-ragu.

Vansa merangkul calon besannya tersebut, "Tentu saja. Mari membuat pesta yang megah untuk anak-anak kita."

Hati Tia sangat panas mendengar mereka membicarakan pesta pernikahan yang akan digelar di hotel berbintang. Calon menantunya seorang dokter sedangkan calon keponakan adalah pengusaha besar, ini membuatnya iri.

"Osean, bisa saya berbicara sebentar, berdua?" tanya Vansa.

"Boleh," jawab Osean.

"Mari berbicara di mobil," ucap Vansa.

Mobil merah milik putrinya menjadi tempat pembicaraan mereka. Vansa menghela napas dan mengusap lengan Osean. Mungkin ini adalah tindakan gegabah mendorong Osean ke arah putranya sendiri.

"Saya tahu kamu terkejut. Maaf datang tanpa memberitahu. Saya ingat hari ini pacar kamu itu harusnya datang tapi malah berselingkuh, jadi saya berinisiatif," tutur Vansa lembut.

"Tidak masalah, Tante. Saya berterima kasih," sahut Osean sopan.

"Tapi saya serius soal meminang kamu. Bagaimana kalau saya bayar kamu untuk menjadi calon istri Carlos. Coba saja satu tahun kalau kamu tidak nyaman. Tante bisa bantu kamu bercerai," ucap Vansa memberikan penawaran.

Sama sekali Osean tidak pernah berpikir jika Nyonya kaya ini akan berkata seperti itu. Sekilas dia melihat sorot mata lelah dan pasrah. Dia juga mendengar jika anak pertama Vansa ini sama sekali belum menikah dan tidak tertarik dengan perempuan.

"Maaf Tante boleh saya tanya?" tanya Osean.

"Silakan tapi tolong berhenti berbicara formal. Biasa saja," kekeh Vansa terbuka.

"Anak Tante itu Carlos kan?" tanya Osean.

"Betul, Carlos Denisxray. Sering dipanggil Denis tapi terserah kamu mau menyebut namanya apa," papar Vansa.

"Carlos itu gay?" tanya Osean hati-hati.

"Coba ulang," pinta Vansa terkejut.

"Nggak, Tante. Aku belum pernah dengar anak Tante itu punya pacar," ucap Osean mengoreksi dengan canggung.

"Dia pacarannya sama kertas," sahut Vansa.

"Jadi gimana? Kamu mau kan?"

Osean melihat ke arah rumahnya yang sangat ramai. Kalau ditolak nanti keluarga yang lainnya protes, katanya menolak rezeki tapi kalau diterima, Osean sama sekali belum mengenal Carlos.

"Gak papa kalau gak ma—"

"Aku mau!" potong Osean cepat.

"Oke, satu minggu lagi dan selama itu kamu harus berhati-hati. Jangan makan dan minum dari tangan orang lain, orang tua kamu juga. Pastikan apa yang kamu makan berasal dari beli, masak oleh tangan kamu sendiri."

Vansa memberikan amanatnya karena menilai Tia, Tante Osean sebagai orang yang sangat perlu diwaspadai. Selesai berbincang sedikit mereka kembali masuk ke dalam rumah.

Keluarga Vansa langsung berpamitan dengan alasan akan ada kesibukan yang perlu dikerjakan.

***

Carlos yang berada di negeri Sakura memijat pangkal hidung karena pusing satu hari penuh terus berkutat dengan pekerjaannya. Satu hari setelah menginjakkan kakinya di Jepang, dia belum memiliki waktu istirahat dan terus memaksa tubuhnya untuk bekerja.

"Tuan, ada kiriman berkas dari rumah," ucap Krisna.

"Simpan, palingan nama-nama wanita yang perlu dikencani dari Mama," sahut Carlos tanpa menoleh.

"Ini di kirim langsung oleh keponakan Anda. Suratnya juga ada," pungkas Krisna.

Dia menaruh penanya. Nama Keponakan selalu berhasil membuat Carlos tidak bisa mengelak atau diam mengabaikan. Dia memegang surat yang dibentuk burung.

'Om! Sahabat aku ngajak tukeran tanda tangan paling banyak. Cepet tanda tangan, Omjat, Omsat, Ateu, Omnu, Om El, Om Hiu udah semua tinggal Om aja.'

Begitulah isi surat dengan tulisan keponakan kocaknya tersebut. Dia mengeluarkan berkas tersebut sedikit, cukup terlihat materai Tanpa membaca isi berkasnya dia membubuhkan tanda tangan dan menyerahkan pada Krisna.

"Tuan, tidak mau membacanya lebih dulu?" tanya

"Apa yang bisa dilakukan Papan selain adu kekayaannya dan kekuatan dengan temannya itu," jawab Carlos.

"Cepat kirim kembali dia tidak suka menunggu."

"Tuan sangat menyanyangi keponakan anda," Komentar Krisna.

"Dia sejak kecil bersama saya. Saya sudah menganggapnya sebagai adik sendiri."

Krisna mengangguk, dia secara pribadi menyuruh bawahannya mengirimkan kembali berkas tersebut lewat jet pribadi agar sampai dengan cepat.

***

Vansa tidak sabar menunggu. Dia terus melihat ke arah pintu utama. Baru dua tapi rasanya seperti dua tahun.

"Ma, lelah aku lihat kamu mondar-mandir terus. Lagi nunggu paket apalagi?" tanya Alfaraz sembari menyesap teh jahe.

"SUDAH DATANG!" seru Vansa gembira menunjuk pengawal berbaju hitam masuk ke dalam rumah sembari menentang map cokelat.

"Mana! Mana!"

Vansa tidak sabar, membuka map tersebut kemudian berjingkrak-jingkrak kegirangan melihat tanda tangan putranya pada kertas tersebut.

"Mama nipu dia apa?" tanya Alfaraz.

"Ada deh! Yuhu punya mantu baru!" seru Vansa.

Ya, berkas yang dikirimkan itu bukan berkas biasa melainkan syarat pernikahan yang perlu dipenuhi oleh kedua belah pihak.

"Papa, kirim Papan hadiah. Emang ya gak ada yang bisa melawan bocah satu itu," kekeh Vansa gembira.


....


Selamat membaca semuanya

Mischievous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang