Jam enam kurang lima belas menit Carlos sudah duduk di meja makan. Sarapan pagi sudah tersedia rapi tinggal memilih mana yang mau dia makan. Roti lapis, roti bakar, buah-buahan, mie goreng atau nasi goreng.
Pelayan Carlos berdiri di samping kiri.
"Mana wanita itu?" tanya Carlos.
"Nyonya masih tidur," jawab Nia.
"Bangunkan dia. Lima menit tidak bangun, seret dia dari tempat tidur," perintah Carlos tidak suka orang yang bangun terlambat.
Nia lari terbirit-birit membuka pintu kamar Osean lumayan keras.
Osean menggeliat di tempat tidurnya, tidak ada tanda-tanda akan bangun. Entah karena lelah atau kasur di kamar barunya ini terlalu empuk."Nyonya, cepat bangun," kata Nia menggoyangkan tubuh Osean.
Lebih baik Nia yang membangunkan daripada tuannya. Osean bergumam tidak jelas.
"Jam berapa sekarang?" tanya Osean tanpa membuka matanya.
"Pukul tujuh," jawab Nia berbohong.
Osean langsung bangun dari tempat tidur. Dia memegang kepalanya.
"Aku terlambat bekerja!" seru Osean panik.
"Nyonya!" tegur Nia.
Osean tersadar, dia memandang Nia. "Aku terlambat!"
"Itu bisa diatur. Tuan bisa melakukan apapun. Sekarang Nyonya cuci muka, sikat gigi. Tuan sudah menunggu di ruang makan," jelas Nia cepat.
"Sedang apa dia menungguku?" tanya Osean.
Nia mendorongnya masuk ke kamar mandi. Secepat yang Osean bisa lakukan membersihkan wajah dan giginya. Dia memberikan sedikit bedak dan lipstik agar terlihat segar.
Osean sebagai Nyonya ditarik oleh Nia agar lebih cepat lagi berjalan. Osean menelan ludah, mendadak hatinya tidak karuan melihat Carlos duduk di kursi makan dengan jari tangan kanan mengetuk meja.
"Pukul berapa sekarang?" tanya Carlos.
"Tujuh pagi," jawab Osean cepat.
"Dasar bodoh," gumam Carlos.
"Mulai besok bangun tepat waktu. Aku tidak menyukai orang terlambat," pungkas Carlos sedikit memberikan kelonggaran kepada anggota baru di rumahnya itu.
"Kamu sudah bertemu denganku. Aku perlu bersiap-siap pergi bekerja," kata Osean meminta izin
Carlos berdeham. Krisna sedikit bergeser memberikan amplop berwarna cokelat.
"Tuan sudah membuat surat pengunduran diri untuk Nyonya dan ini sisa gaji Nyonya," tutur Krisna.
"Why?!" seru Osean kesal.
Pekerjaannya dia dapatkan susah payah lalu sekarang dia harus berhenti. Tidak bisa, dia sangat membutuhkan uang buat jajajn dan memenuhi segala keinginannya.
"Nyonya dilarang bekerja. Tuan tidak mau ada berita muring yang mengatakan atau menjelekkan. Masa Nyonya dari keluarga Dafna bekerja padahal Tuan sanggup membiayai segalanya."
"Nyonya hidup bahagia menikmati harta saja."
"Hamburkan semuanya, uang Tuan sangat banyak," bisik Nia menambahkan.
Carlos menjentikkan jarinya. "Aku tidak masalah kamu mau membeli ratusan mobil atau pulau sekalipun."
Osean menarik kursi dan duduk. Dia mencondongkan tubuhnya. Semudah ini Carlos mengatakan perihal uang.
"Sekaya apa dirimu?" tanya Osean penasaran.
"Menurutmu?" Carlos bertanya balik sembari menaikan sebelah alisnya.
Osean tersenyum lebar. "Tidak terhitung."
Nenek Carlos saja sudah kaya, orang tuanya tentu Carlos sebagai anak pertama juga kaya raya. Rumah sebesar ini sudah menunjukkannya.
"Berikan dia sarapan," perintah Carlos.
"Nyonya mau apa?" tanya Lala sudah berdiri di samping Osean.
"Roti bakar selai cokelat dan susu vanilla," jawab Osean pasrah.
Dia memandang Carlos yang hanya makan roti lapis dan kopi hitam. Dia mengikuti cara makan Carlos menggunakan garpu dan pisau.
"Aku sudah selesai," kata Carlos padahal dia baru makan dua potong saja.
Osean ingin berdiri tapi ditahan Carlos.
"Pergi mandi. Mama akan datang mengajakmu pergi ke butik untuk memilih baju. Pilih pakaian yang bagus dan paling mahal," tutur Carlos melenggang pergi.
Terlalu mengejutkan bagi Osean diperlakukan seperti ini. Setelah Carlos benar-benar pergi. Osean mengambil mie goreng dan buah-buahan.
Dia lapar.
"Pelan-pelan Nyonya nanti tersedak," tegur Nia.
"Aku perlu banyak makan agar memiliki tenaga. Aku yakin Mama Vansa akan membawaku berjalan lama," tutur Osean.
Biasanya wanita apalagi ibu-ibu belanja bisa berjam-jam.
"Minimal Nyonya Vansa belanja selama tiga jam lamanya," timpal Nia menyengir.
"Bisa satu hari penuh aku di sana," keluh Osean.
"Nyonya beli apa saja yang Nyonya mau. Benda berguna, tidak berguna atau sekedar mainan kecil pun beli! Uang Tuan tidak akan ada habisnya!" pesan Nia tersenyum lebar.
"Jangan sungkan. Beli ponsel keluaran terbaru, mobil, motor."
"Pesawat," celetuk Vansa.
Wanita ibu anak dua itu sudah datang tanpa diketahui mereka. Vansa tersenyum lebar, memeluk Osean dan mengecup pipinya.
"Kamu belum mandi?" tanya Vansa mengernyit.
"Belum," jawab Osean malu.
"Pasti anak itu menyuruhmu cepat-cepat. Kamu mandi, Mama tunggu di sini. Kita belanja!" seru Vansa ceria.
"Iya, Ma!"
Osean mandi dan mempersiapkan dirinya kurang lebih satu jam. Rambutnya ditata oleh Mama mertuanya. Senang rasanya memiliki mertua seperti Vansa yang baik dan perhatian.
"Mama gak papa kan lama, maaf ya," kata Osean tidak enak.
"Gak masalah namanya juga perempuan. Putri Mama bisa dandan dua jam lamanya," kekeh Vansa tidak keberatan, dia kadang memerlukan waktu berjam-jam untuk sekedar mengukir alisnya.
"Calais tidak ikut?" tanya Osean.
"Dia sedang mengurus sesuatu. Mama sudah mengajaknya, dia bilang nanti kalau sudah tidak ada urusan mau ngajak kamu jalan," kata Vansa jujur.
Padahal seru jika berangkat bertiga. Osean tersenyum malu-malu, dia segan kepada putri bungsu Mama Vansa ini. Auranya berbeda, sangat berkelas.
"Ayo pergi pakai mobil Mama, ya!" ajak Vansa semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Wife
Romance"Carlos! Kamu mau nikah gak sih sebenernya? Mama capek lihat kamu sendiri terus!" "Aku mau ke Jepang ada kerjaan. Mama cari aja calon istrinya." Keputusan yang salah menyerahkan titah tersebut kepada Sang Mama tercinta. Kepulangannya dari Jepang men...