7. Anyelir

1.3K 220 117
                                    

  Katanya laki-laki hanya jatuh cinta satu kali.






Carlos keluar dari ruangan setelah beberapa jam, jasnya berganti menjadi warna abu-abu sedikit gelap. Dia mendengar suara gelak tawa Osean dari halaman samping rumah.

"Saya akan menegurnya," ujar Krisna.

"Tidak perlu, biarkan saja dia."

"Kau sudah menyiapkan segalanya?" tanya Carlos.

"Sudah, Tuan," balas Krisna.

"Ayo berangkat," ajak Carlos.

Carlos mengusap lima buket bunga yang berada di mobilnya. Dia menghembuskan napas berat. Buket bunga Anyelir yang dirinya pesan dengan desain yang indah. Dia menyukai rangkaiannya.

"Dia pasti menyukainya, kan, Kris?" tanya Carlos tersenyum sendu.

"Sebentar lagi kita sampai, Tuan," jawab Krisna.

Dia menghirup wangi bunga tersebut.

Krisna melirik tuannya lewat kaca spion tengah, dia dapat merasakan kerinduan dari tatapan tuannya. Krisna mencari tempat parkir dan membuka pintu, membantu Carlos membawa buket bunga.

Carlos berjalan cepat mendekati apa yang sangat dia rindukan. Senyum Carlos sangat lebar, senyuman yang hanya dia tunjukkan kepada beberapa orang yang beruntung saja.

"Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Carlos tulus.

"Maaf, aku baru datang lagi."

"Beberapa hari ini aku sibuk dengan pekerjaanku yang tidak ada habisnya. Aku diharuskan pulang pergi ke luar negeri, terakhir aku ke Jepang tak berpamitan. Kamu tak marah, kan Sayang?" tanya Carlos.

Semilir angin yang menjadi jawaban bagi Carlos. Dia memegang buket tersebut erat.

"Aku capek, pengen peluk kamu. Pengen kamu yang menyambut aku setiap pulang kerja, aku rindu senyuman kamu," tutur Carlos berusaha tidak terlihat rapuh.

Sekali lagi, Carlos tak mendapatkan tanggapan dari perkataannya bahkan Krisna pun menatap langit yang sudah mulai mengeluarkan awan mendungnya. Setiap kali datang kemari hati Krisna terluka karena setiap perkataan tuannya tak pernah terbalas.

"Mama jahat, aku gak bisa marah kamu tahu kan sesayang aku ke Mama," ucap Carlos tersenyum kecut.

"Mama membuat aku mengkhianati cinta aku ke kamu. Maafkan aku." Carlos menutup matanya, air matanya sering kali menetes di tempat ini.

Pahit rasanya apalagi saat menatap cincin pernikahan di jari. Carlos tak bisa melawan.

"Kamu tenang aja, gak akan ada seorang pun yang menggantikan posisi kamu," ucap Carlos.

"Papan udah besar tahu, bahkan Angkara juga. Kalau aku sama kamu mungkin anak kita seumuran mereka."

Krisna diam-diam menyeka air mata.

Tes...

Air hujan turun, dua pengawal di belakang Krisna langsung membuka payung dan memayungi. Carlos mendorong pengawalnya itu, Krisna menggode untuk menurunkan payungnya. Air hujan membasahi tubuh mereka.

"Tuan," panggil Krisna.

"Sebentar lagi," jawab Carlos.

Carlos berjongkok menaruh bunga Anyelir itu di samping nisan. Dia mencium batu nisan bertuliskan nama wanita yang dicintainya.

"Almara," gumam Carlos penuh kerinduan.

"Penyesalan terbesar dalam hidupku adalah aku tidak bisa menyalahkan Terra bahkan mengizinkan Terra menjadi bagian dari keluarga aku."

"Andai kamu gak tahu keluarga aku. Andai keluarga kamu gak mengenal aku juga. Semua ini gak akan terjadi."

Carlos menunduk dalam. Krisna menahan punggung tuannya itu yang bergetar.

"Aku minta maaf, Almara."

Carlos berdiri memberikan bunga Anyelir untuk tiga makam lainnya. Keluarga Almara semuanya menjadi korban. Meskipun itu kejadian lama tapi lukanya masih terasa apalagi Almara menghembuskan napas terakhirnya dipangkuan Carlos.

Krisna saksi betapa menyesalnya Carlos dari tahun ke tahun.

Cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai orang yang telah mati. Tidak bisa dilihat apalagi dimiliki.

"Nanti aku sering-sering mengunjungi kamu ya," ucap Carlos.

Dia meninggalkan area pemakaman tersebut. Carlos bingung karena pintu utama rumahnya terbuka lebar dan banyak asap keluar.

Belum pernah ada kejadian seperti ini di rumahnya.

"Apa yang terjadi dengan rumah Tuan?" tanya Krisna.

"Sedikit ada kebakaran tapi sudah padam, apinya kecil," jawab Nia meringis.

"Sumbernya dari mana?" tanya Carlos.

"Dapur."

"Semua yang ada di dapur adalah koki profesional. Ada kebakaran tak mungkin sampai sebesar ini, bukan?" tanya Krisna.

"Nyonya Osean yang memasak, Tuan. Kami tidak tahu tapi wajannya berubah hitam kemudian muncul api dan apinya merambat," jelas Nia takut-takut.

"Di mana wanita itu sekarang?" tanya Carlos.

"Di taman, Tuan."

Carlos melalui jalan kanan. Osean sedang duduk sambil memegang gelas di temani beberapa pengawal. Semua mundur saat Tuan mereka datang.

"Belum genap satu hari, sudah mampu membakar dapurku," komentar Carlos berdecak kagum.

"Aku tak sengaja melakukannya, aku akan ganti rugi," sahut Osean tersenyum lebar hingga terlihat giginya.

Osean takut Carlos marah.

"Ke depannya jangan pernah menginjakkan kaki di dapur lagi. Jangan mengerjakan rumah, pergilah bermain atau berbelanja," tutur Carlos.

"Ak—"

"Nia, larang dia ke dapur. Jika aku melihatnya mengerjakan pekerjaan rumah sedikit pun. Kau dan seluruh pelayan di rumah ini kehilangan pekerjaan!" ancam Carlos memotong perkataan Osean.

Istrinya itu menunduk. Carlos tidak mau rumahnya rusak. Pria itu melihat dari atas ke bawah. Osean semakin menunduk, kakinya memerah dan tangannya pun sedikit tergores.

"Panggilkan dokter Jay, aku tak suka ada bekas luka di tubuhnya," ucap Carlos berlalu.



Mischievous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang