Osean ragu membeli keinginannya tapi dia mendapatkan dorongan kuat dari Ibu mertua supaya menghabiskan uang Carlos.
Sungguh heran, mengingat biasanya banyak mertua walaupun tidak semua yang tidak rela uang anaknya habis untuk istri tapi Mama Vansa ini berbeda.
"Jangan banyak berpikir. Kamu mau borong seisi mall ini juga tidak masalah," tutur Vansa semangat.
"Ahaha, mana mungkin," sahut Osean mengusap belakang lehernya.
"Beli baju, tas, sepatu, makanan. Jangan lupa belikan untuk orang tuamu juga yang banyak. Kalau uangnya kurang? Nanti Mama yang tambah!" seru Vansa menariknya menuju Toko Baju bermerek terkenal.
Mereka disambut pelayan wanita muda berpakaian rapi, wanita itu tersenyum lebar melihat Vansa. Siapa yang tidak kenal istri pengusaha kaya itu.
"Bawa menantuku melihat-lihat semuanya. Bawa yang menurutnya suka dan menarik," perintah Vansa.
"Silakan ikut saya Nona...?"
"Osean," balas Osean cepat.
"Mari. Saya akan tunjukkan barang berkualitas atau Nona ingin barang limited edition, toko kami memilikinya," ucapnya bersemangat.
Osean hampir mengumpat melihat harga yang tertera pada pakaian dan tas. Satunya bisa mencukupi kebutuhan hidupnya selama bertahun-tahun. Seratus lima puluh juta untuk satu tas, sangat-sangat luar biasa.
Tidak ada harga barang ratusan ribu di toko ini.
"Nona menyukainya?"
"Aku mau melihat-lihat lebih dulu," jawab Osean tersenyum.
Perempuan itu sama sekali belum mengambil barang dan gerak-geriknya diperhatikan oleh Vansa. Vansa berdecak, Osean ini kurang matre menurutnya. Perlu Vansa ajarkan menjadi wanita yang bersenang-senang menikmati harta suami.
"Ose, sudah menemukan yang cocok?" tanya Vansa hangat.
"Belum," balas Osean.
"Tidak ada yang cocok di kantong," lanjut Osean dalam hati.
"Kamu ini," decak Vansa gemas.
"Apa yang dilihat dan dipegang serta dibilang bagus, cantik dan semacamnya oleh menantu saya. Semuanya dibungkus ya," tutur Osean kepada pelayan toko itu.
"Baik Nyonya Vansa!" Balas pelayan itu gembira.
Tidak tanggung-tanggung pelayan tersebut sungguh-sungguh menuruti perkataan Vansa. Osean menelan ludahnya melihat banyaknya barang bahkan kaos kaki kecil yang tadi dia katakan lucu pun diambil.
"Ma, ini gak berlebihan?" tanya Osean hati-hati.
"Sayang, uang Carlos banyak. Dia terus menghasilkan uang tapi yang memorotinya cuma keponakan dan adiknya. Sekarang giliran kamu agar hasil kerjanya tidak mubazir," jelas Vansa ringan.
"Ini salah satu nafkah yang harus diberikan suami kepada istrinya, membahagiakan istri itu pahala besar."
Dia perlu bersyukur memiliki mertua seperti Nyonya Vansa ini.
"Totalnya berapa?" tanya Vansa.
"Total belanjanya tujuh ratus juta delapan ratus lima puluh lima ribu."
"Bayar, Ose," perintah Vansa.
Dia agak ragu menyerahkan kartu ATM milik Carlos tapi tak mungkin juga membiarkan mertuanya ini yang membayar. Jujur dia takut Carlos marah.
Sesudah berbelanja Vansa mengajaknya berkeliling membeli banyak sekali barang-barang mahal dan antik. Hingga matahari terbenam barulah mereka pulang.
Osean menjilat bibir bawahnya saat akan masuk ke dalam rumah karena ada mobil Carlos berarti Carlos ada di rumah. Pelayan rumahnya membawa barang belanjaannya masuk.
"Kamu pulang cepat," kata Osean basa-basi lalu duduk di sofa.
"Hm, Mama tidak menyulitkanmu?" tanya Carlos, matanya fokus menatap ponsel.
"Tidak."
"Carlos, aku minta maaf karena menghabiskan uangmu. Aku tidak berani menolak ajakan Mama saat menyuruhku membeli ini itu," tutur Osean takut-takut.
"Berapa?" tanya Carlos.
"Sekitar tiga miliar," jawab Osean pelan.
"Cuma segitu?" Carlos menaikan sebelah alisnya menatap istrinya yang tengah menunduk itu.
Osean mengangguk.
"Mau kamu habiskan satu triliunan sekali belanja pun tak masalah," pungkas Carlos santai.
Osean mengerutkan kening, agak aneh Carlos ini. Uangnya berkurang dan pria ini santai saja seolah uang sebanyak itu tanyalah puluhan ribu.
"Kamu tidak marah?" tanya Osean memiringkan kepalanya ke kanan.
"Untuk apa?" tanya Carlos balik.
"Ya, aku menghamburkan uangmu," jawab Osean menyengir.
"Itu tidak seberapa, adik dan keponakanku bisa mengeluarkan dua juta dollar untuk satu barang," celetuk Krisna.
Dia mendengarnya saja sudah sesak nafas. Setidaknya dia tidak terlalu merasa bersalah sekarang.
"Dengar, jangan ragu untuk mengeluarkan uang berapa pun itu. Aku tidak akan menuntut balik. Itu hakmu, sudah seharusnya aku memberikan nafkah kepada istri," pungkas Carlos tegas.
"Jika kurang katakan kepada Krisna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Wife
Romance"Carlos! Kamu mau nikah gak sih sebenernya? Mama capek lihat kamu sendiri terus!" "Aku mau ke Jepang ada kerjaan. Mama cari aja calon istrinya." Keputusan yang salah menyerahkan titah tersebut kepada Sang Mama tercinta. Kepulangannya dari Jepang men...