Seandainya dulu, aku tidak terburu buru mengiyakan lamaran dari keluarga Mas Arlan, mungkin hidupku tidak akan semenyedihkan ini. Dulu, Aku sama seperti perempuan lainnya, yang akan jatuh cinta karena melihat fisik yang menarik dari lawan jenis. Siapa yang berani menolak pesona Mas Arlan saat itu,dengan perawakan yang tinggi dan wajah yang tampan, ditambah pembawaannya yang kalem dan tidak banyak tingkah. Membuatku dengan yakin mengiyakan lamaran dari keluarganya, dengan bermodalkan aku menyukainya. Tanpa tau bagaimana sifat asli dari lelaki yang sekarang berstatus suamiku itu.Ingatanku kembali ke awal pertemuan kami, enam tahun yang lalu. Aku yang terlahir sebagai anak tunggal, terbiasa melakukan apa apa sendiri, termasuk ketika Ayahku sedang sakit. Aku ingat, waktu itu Ayahku harus melakukan operasi, karena batu ginjal yang dideritanya sudah berukuran sangat besar. Aku yang sangat takut akan kondisi Ayahku, dengan segera membawa beliau berobat ke kota besar, yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari kota tempat tinggalku.
Di sanalah pertama kalinya aku bertemu dengan Mas Arlan, aku yang sedang mengantri obat pasca operasi Ayahku di apotek, bertemu dengannya yang juga sedang mengantri obat. Yang mana baru aku ketahui untuk Adiknya yang juga baru melakukan operasi karena kecelakaan.
Aku yang saat itu sedang menunggu nama Ayahku dipanggil, sedikit terkejut dengan seseorang yang langsung duduk persis disampingku. Wangi parfumnya mengalihkan perhatianku, membuatku tanpa ragu langsung menoleh padanya. Tampan, itu kata pertama yang aku ucapkan di hati. Seperti wanita normal pada umumnya, aku langsung merasa suka padanya. Yah mungkin karena saat itu usiaku masih 22 tahun, aku saja baru menyiapkan diri untuk wisuda bulan depan.
Dan ternyata pertemuan kami berlanjut lagi, ruangan Ayahku dan Adiknya yang baru ku ketahui bernama ghany, bersebelahan. Aku dan Ibuku yang sedang menunggu kepulihan Ayahku pasca operasi, sering bertemu dengan keluarga Mas Arlan yang juga sama seperti kami, menunggu kepulihan Adiknya pasca operasi. Ibuku yang memang mudah bergaul dengan orang baru merasa cocok dengan Ibu Mas Arlan, yang sekarang menjadi Ibu mertuaku. Banyak hal yang mereka ceritakan sehingga saling bertukar nomor telepon. Dan entah bagaimana ceritanya, tepat dua bulan setelah aku wisuda, Ibu mengatakan bahwa Mas Arlan dan keluarganya ingin datang kerumah untuk melamarku. Yang dengan polosnya aku terima, karena merasa aku pun menyukai Mas Arlan.
Bunyi pintu kamar mandi yang di tutup, menyadarkan lamunan panjangku. Tubuh lelaki yang memiliki tinggi 184 cm itu,berjalan dengan gagahnya ke arah kasur yang ku duduki sekarang, aku yang memang masih bersandar di headboard, menatap lelaki yang auranya semakin matang di usianya yang sekarang menginjak 33 tahun.
''Belum mau tidur?''
''Iya, ini mau tidur, nungguin Mas dulu.'' Aku langsung merebahkan diri senyaman mungkin, setelah itu Mas Arlan mematikan lampu utama dan menghidupkan lampu tidur.
Aku tidur menghadap punggung Mas Arlan yang tidur membelakangiku, hal seperti ini sudah biasa untukku. Tidur tanpa saling berhadapan. Mas Arlan yang akan tidur membelakangiku dan aku yang tetap konsisten tidur menghadap punggungnya. Aku baru bisa tidur menghadap Mas Arlan, ketika Mas Arlan sudah terlelap dan tidak sadar merubah posisinya menghadapku.
***
''Ma, itu apa?''
''Ini namanya perkedel kentang.''
''Oh, Sasa suka nggak mah?''
''Nanti Sasa coba ya,ini rasanya enak, Sasa pasti suka.'' Aku terkekeh mendengar pertanyaan Oryza,ini masih jam setengah enam, tapi putri kecilku ini sudah ikut merecokiku di dapur. Terbiasa tidur cepat, membuat Oryza tidak pernah bangun siang. Jam lima dia sudah bangun dan ikut membantu atau lebih tepatnya ikut merusuh di dapur. Tapi aku malah senang, dengan adanya Oryza,aku merasa lebih semangat melakukan aktivitasku, apalagi mendengar celotehannya yang sering membuatku tertawa.
Oryza yang sering dipanggil Sasa adalah penyemangatku. Di saat aku tidak mendapatkan perhatian dari suamiku, maka aku dilimpahkan perhatian dari anakku. Aku menyayanginya melebihi diriku sendiri.
Anggukan penuh semangat dari anakku,membuatku ingin cepat cepat menyelesaikan masakanku.
Suara langkah kaki Mas Arlan yang menuruni anak tangga, terdengar saat aku selesai menata sayur sop ke meja makan kami. Aku tersenyum senang melihat Suamiku yang terlihat sangat tampan dengan baju yang tadi sudah aku siapkan. Walaupun terlihat tak acuh, tetapi Mas Arlan tidak pernah menolak apa yang sudah aku siapkan dan itu yang membuatku yakin suatu saat suamiku akan balas menyukaiku. Pikiran bodoh sebenarnya, tapi itu adalah salah satu pikiran yang selalu aku tanamkan dari dulu.
''Dikit aja.''
Aku berhenti menuangkan nasi ke piring Mas Arlan, sedikit bingung karena tidak biasanya Mas Arlan makan sedikit. Tidak seperti orang lain yang tidak terlalu suka makan di pagi hari, Mas Arlan adalah penganut makan pagi,siang dan malam harus banyak. Mungkin karena memiliki badan yang tinggi sehingga membuatnya harus menerima banyak asupan. Mas Arlan memiliki tubuh yang ideal untuk ukuran laki laki, mungkin karena Mas Arlan suka berolahraga walaupun hanya jogging atau push up, sehingga membuat tubuhnya terbentuk. Tubuhnya berotot tapi tidak kekar seperti para binaragawan. Aku pun tidak ingin suamiku memiliki tubuh yang kelewat kekar, bukannya suka aku malah akan ketakutan.
''Tumben makannya dikit mas?''
Satu detik, dua detik sampai selesai makan, tidak ada jawaban yang keluar dari mulut manis Mas Arlan. Aku tersenyum kecut, hal seperti ini sudah biasa ku dapatkan.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Dipaksakan (END)
RomanceAyara percaya, dengan memiliki buah hati dari orang yang dia cintai maka cintanya akan terbalas. Tapi ternyata yang ia harapkan tidak pernah terwujud. Semakin hari, bukan perasaan cinta yang ia dapatkan, melainkan tingkah luar biasa acuh tak acuh da...