Aku keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit di tubuh dan kepalaku. Membersihkan badan setelah melakukan olahraga panas. Mas Arlan sendiri memilih mandi di lantai bawah. Menghemat waktu katanya. Padahal menurutku itu bohong, kami bisa saja mandi bersama.
Aku membuka handuk sampai melorot ke bawah dadaku, menatap ngeri bercak merah yang bersarang di sekitar dada. Aku menggerutu pelan, dasar lelaki tidak ada yang beres kalau berhubungan dengan tubuh wanita.
Suara pintu dibuka, tidak membuatku segera menarik handuk yang melorot. Sudah tau pelakunya siapa. Mas Arlan sendiri hanya menatapku sekilas, seolah tidak peduli dengan apa yang sedang kulakukan. Padahal ini semua ulahnya. Untungnya dia melakukan hanya disekitaran dadaku bukan di area leher. Aku yakin akan kebingungan menjawab, kalau saja Oryza melihat kenapa leher ibunya penuh dengan bercak merah.
Dari cermin aku melihat pantulan Mas Arlan yang sedang membuka lilitan handuk yang ada di pinggangnya. Tanpa malu sama sekali, membuatku bisa melihat miliknya yang walaupun sudah tidak sebesar tadi tapi tetap saja membuatku bergidik.
Tanpa memperdulikanku yang masih sibuk memperhatikan bercak merah di dada. Mas Arlan bahkan sudah menggunakan baju rumah yang membuatku mengernyitkan kening.
''Mas nggak kerja?''aku melirik jam, Ini masih jam dua siang dan sangat langka melihatnya berada di rumah.
''Nggak.'' ucapnya singkat,padat dan jelas.
Aku menggigit bibirku, selalu seperti ini. Dia hanya hangat ketika kami sedang bercinta.
Suara pintu yang tertutup membuatku menghela napas. Setelah cukup puas melihat tanda merah dileher. Aku beranjak ke lemari mengambil baju terusan berwarna cokelat.
Baru saja aku akan beranjak keluar kamar, ketika bunyi notifikasi pesan di ponsel Mas Arlan berbunyi.
''Kebiasan deh Mas Arlan.'' Dia memang sering lupa dengan ponselnya. Ku ambil ponsel yang berada di atas nakas samping kasur. Aku memegang ponsel Mas Arlan dan berniat membawa kepemiliknya. Siapa tau ada pesan penting tentang pekerjaan. Satu pesan kembali masuk, aku tak sengaja membaca pesan yang tampil di pop up ponsel Mas Arlan.
Mataku sedikit melebar membaca pesan yang tidak sengaja aku baca.R.
Sorry mas,sarapan kita batal..tapi aku janji besok kita bakalan sarapan bareng.Napasku tercekat membaca pesan yang ku baca melalui pop up ponsel Mas Arlan. Aku mengerjap pelan menghalau perasaan tidak nyaman yang aku rasakan. Ketika satu pesan lagi masuk dengan nama yang sama.
R.
Besok ya,aku tunggu di tempat biasa See U mas.***
Suara nyaring Oryza menyambutku yang baru saja menuruni anak tangga. Dia sepertinya kegirangan melihat Ayahnya jam segini sudah berada di rumah. Aku turun tanpa membawa ponsel Mas Arlan. Anggap saja aku tidak tau apa apa. Ku anggap pesan tadi adalah orang iseng yang sedang menggoda suamiku. Aku harus kuat, selama ini saja aku kuatkan. Walaupun ada yang mengganjal di hatiku.
Oryza yang melihatku,langsung berlari menghampiriku. Tubuh gembulnya terlihat lucu ketika berlari. ''Mamaaaa,papa udah pulang..hari ini nggak kerja, nggak dapat uang.'' Aku tersenyum geli melihat wajah sok serius anakku. Napasnya ngos ngosan menjelaskan kenapa Papa nya jam segini sudah berada di rumah.
''Sasa senang nggak papa ada di rumah?''
''Senang sekali mamaaa.'' anggukan penuh semangat membuat rambut hitam lebatnya ikut bergoyang. Dia sepertinya sangat senang, bangun tidur di sambut Ayahnya yang berada di rumah.
Aku melirik Mas Arlan yang sepertinya tidak tertarik dengan pembicaraan kami, ku lihat ia yang sedang fokus menonton pertandingan volleyball.
''Sasa mau bantu mama masak atau ikut papa nonton?'' Aku memang berencana untuk memasak menu makan malam kami.
''Hmmm sasa pilih apa ma?'' Tanyanya balik yang membuatku sangat ingin menggigit pipi chubby nya.
''Sasa ikut papa aja ya, kan papa jarang ada di rumah.'' Ujarku, anggukan menggemaskan ku dapatkan dari putri kecilku ini.
''Tapi ingat ya, jangan ganggu papa nonton.''
''Ok mama ok.'' Oryza berlari pelan ke arah Papa nya, dengan gaya centil ikut duduk di samping Mas Arlan dan ikut fokus menonton tayangan di televisi.
Aku yang melihat dua manusia beda usia dan jenis kelamin itu sudah anteng menikmati acara televisi, memutar arahku menuju area kekuasaanku yaitu dapur.
***
Arlandra wiratama adalah lelaki yang menjabat tangan Ayahku enam tahun silam. Berjanji pada Ayahku tidak akan menyakiti dan akan selalu menyayangiku. Tetapi entah kenapa, sekarang aku ragu akan janji yang di ucapkannya dulu.
Mas Arlan tidak pernah menyakitiku. Dalam artian melukai fisikku. Dan aku tau bagaimana royalnya dia selama ini. Sebagai orang yang memiliki penghasilkan tiga digit setiap bulannya, membuatku kecipratan hidup enak juga.
Aku bahkan tidak pernah merasakan kekurangan saldo di rekening selama menikah dengannya. Tetapi memiliki keuangan lebih dari cukup, tidak membuatku menjadi wanita yang kelewat boros.
Menyayangiku? apakah Mas Arlan menyayangiku. Dari awal kami menikah, itu adalah pertanyaan yang tidak berani aku tanyakan. Ada kalanya dia perhatian walau hanya sedikit. Tapi ada kalanya juga dia seperti menjaga jarak dariku. Kadang ketika aku bercerita dia masih mau mendengarkan. Tapi di lain kesempatan dia seperti benci dan bosan melihat wajahku.
Dulu, setelah ijab kabul dan melakukan resepsi. Kami layaknya pengantin baru yang berbahagia, Mas Arlan memperlakukanku seperti ratu dalam sehari. Memelukku, menggenggam tanganku bahkan selalu menanyakan apakah aku kelelahan karena harus menyalami banyak tamu.
Kami bahkan melakukan malam pertama beberapa jam setelah resepsi. Hidupku bahagia, tentu saja. Tapi hanya saat itu tidak lebih. Seminggu setelah menikah, aku di boyong ke yogyakarta. Tempat tinggal Mas Arlan. Dan disitulah kehidupan baruku dimulai. Mas Arlan yang sibuk bekerja sedangkan aku menunggu di rumah, Mas Arlan yang berada di rumah tapi sibuk dengan dunianya sendiri, mengacuhkanku. Kami bahkan baru mendapatkan buah hati setelah setahun membina rumah tangga. Yang aku pikir setelah memiliki buah hati sikapnya akan berubah, ternyata tidak.
Hatiku semakin sakit, tapi bodohnya aku masih mau bertahan selama ini.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Dipaksakan (END)
RomanceAyara percaya, dengan memiliki buah hati dari orang yang dia cintai maka cintanya akan terbalas. Tapi ternyata yang ia harapkan tidak pernah terwujud. Semakin hari, bukan perasaan cinta yang ia dapatkan, melainkan tingkah luar biasa acuh tak acuh da...