Dua makam baru dengan bunga menghiasi atasnya membuat beberapa orang di sekitarnya meneteskan air matanya tidak rela, rasanya sungguh ini seperti mimpi. Apa harus secepat ini?
"Hiks Dean, twins pergi. Kenzo Kenzi maafin bunda" sedari tadi ibu dari si kembar juga terus menangis bahkan setelah beberapa kali pingsan karena masih syok
Dean sedih tentu saja, rasanya dia baru kemarin menjahili Kenzo bersama Kenzi, membuat Kenzo kesal dan memeluk kedua anak-anaknya tapi sekarang tidak bisa lagi, kedua anak mereka benar-benar pergi, meninggalkan dia dan istrinya. Jika bisa Dean ingin menggantikan nyawanya dengan kedua anaknya
"Bunda, ayo pulang"
"Engga Dean! Anak-anak aku sendiri aku mau disini hiks nak maafin bunda"
Dean langsung menarik istrinya ke dalam pelukannya, sakit hatinya melihat istrinya yang menangis sedari tadi
"Dengar, mereka sedih kalau bunda nya kaya gini? Kita pulang ya,, kamu belum makan"
"Tapi..
"Pulang Raena"
Akhirnya ibu dari twins itu mau di ajak pulang, dengan Dean yang memapahnya.
Tersisa William, Chiko, David, dan Nathan di sana. Chiko masih terlihat sesenggukan begitu juga William yang sedari tadi sama sekali tidak mau mengeluarkan suaranya
Hening beberapa saat sampai akhirnya Nathan membuka suara
"Maaf" lirihnya membuat semua pandangan menuju ke arahnya
"Maaf harusnya gue ga ngajak kalian tawuran, mereka pergi gara-gara gua. Maaf" suara Nathan semakin lirih kepalanya menunduk dan terdengar isakan dari pemuda itu
David menghela nafas mendengar ucapan Nathan, ya memang Nathan yang mengajak mereka tapi ini tidak sepenuhnya salah Nathan.
David merangkul tubuh tinggi Nathan "bukan salah lo, lihat kan Bunda Raena sama Ayah Dean aja ga nyalahin lo"
"Tapi gue tetep salah Vid"
Rangkulan David pada Nathan semakin erat, David bisa merasakan tubuh Nathan yang bergetar. Yah dia tau, Nathan pasti sangat merasa bersalah
"Willi?" Panggil Chiko pada pemuda di samping nya
"Ayo pulang" lanjutnya namun di balas gelengan kepala oleh William
Pemuda itu berlutut dan mengusap lembut kedua nisan yang saling berjejer itu, seketika air matanya jatuh, dia masih belum menerima semua ini. Sepertinya baru kemarin dia menyuapi Kenzo tapi pemuda itu sudah pergi sekarang, bersama kembarannya
"Ken, Zi. Kalian udah bahagia kan pasti?. Ken, disana Zi nya jangan di usilin terus jangan di buat nangis lagi. Kalian jangan keseringan berantem, Zi juga jangan nakal sama Ken, kalau Ken nya bandel jewer aja telinga nya" ucapan William membuat ketiga orang yang lain kembali menangis mendengar nya. Mereka tiba-tiba mengingat keseharian si kembar, rusuhnya mereka, dan pertengkaran mereka
"KAKAK!"
Dua wanita dengan pakaian hitam itu menubruk tubuh William dan Chiko, menangis di pelukan kakaknya
"Kak, hiks Kenzi kak kenapa. Dia belum banyak main sama gua, hiks hiks kak" pelukan Eli pada kakaknya Chiko semakin erat, Chiko juga tangisan nya kembali pecah. Tidak dia masih belum menerima ini
"Rara baru aja liat Kenzi kemarin, dia pergi ninggalin Rara hiks Kenzi" William masih dengan bulir air mata yang menetes itu mengusap punggung adiknya menenangkan
Pikiran William saat ini terus memutar kegiatan si kembar, memori nya tentang Kenzo dan Kenzi terus berputar membuatnya semakin tidak rela melepas kepergian Kedua anak kembar itu
-2K-
"Willi!!"
Tubuh William terhuyung sedikit kala Chiko dan David merangkul nya secara bersamaan, mereka kini berada di markas, tempat dimana Kenzo sering datang. Yah Kenzi juga sebenarnya
"Nathan?"
"Nanti kesini tunggu aja" balas David menjawab ucapan William, pemuda itu duduk di sofa menyalakan sebatang rokok
Yah, David masih David. Kebiasaan merokok tidak hilang dan malah makin parah
"Hah,,, biasanya Kenzo Yeng nemenin gua ngerokok" ujarnya lalu kembali memainkan asap yang keluar dari mulutnya
William terkekeh sebentar karena pikirannya kembali mengingat Kenzo, apalagi ketika Kenzo ketauan merokok lagi oleh Kenzi benar-benar membuat William semakin merindukan mereka padahal ini baru seminggu kepergian mereka
"HALOO MA BRO, duh suram amat nih tempat"
"Kenzi selalu ngomel kalau ada orang masuk sambil teriak-teriak" Celetuk Chiko pada Nathan yang baru saja datang
"Yeeee iya iya maap" Nathan mendudukkan dirinya di sofa kosong sebelah David matanya menatap kearah figura yang berada di meja
Tangannya mengambil figura itu dan menatap nya dengan senyuman tipis
"Wajah Kenzo Kenzi sama ya"
Pletak!
"Kembar bego!" Balas David memberikan pukulan kecil di kepala Nathan
"Sakit ege" Nathan mengusap nyeri kepala nya yang baru saja di jitak, lumayan sakit
"Bentar lagi lulus, kita lanjut dimana?"
Mendengar pertanyaan David membuat suasana hening sekejap lalu Chiko membuka suara
"Kuliah hukum, masih impian gua"
"Gua kuliah juga, psikologi"
"Widih anjir keren lo" celetuk David mendengar jawaban Nathan
Ya apa ya, wajah Nathan kurang meyakinkan
"Lo sendiri Vid?"
"Jangan kaget nih ya jangan kaget"
"Buruan bangke"
"Sabar elah, gua masuk kedokteran. Toh bapak gua dokter bedah gua juga mau jadi dokter bedah" ujar David dengan bangga
Nathan melirik sini pemuda di sampingnya ini, ya memang orang tua David bekerja sebagai Dokter namun melihat David membuat Nathan tidak yakin sungguh
"Ngeri sih anjir, yang ada pasiennya malah cepet mati ga sih kalau lo yang nanganin"
"Si anjir" satu pukulan kembali melayang ke kepala Nathan
"Will?"
"Balik ke Canada"
Seketika semuanya terdiam mendengar ucapan William, ah iya William ini berasal dari Canada. Ayahnya dari sana dan sekarang tinggal disini namun mereka tidak menyangka bahwa William akan ada niatan kembali kesana
"Serius lo ninggalin kita?"
"Engga, gua bakal balik lagi ya agak lama mungkin?"
Chiko menghela nafas panjang, dia tidak tau jalan pikir William sekarang ini
"Lo yakin Will?" Tanya David sekali lagi
"Yakin"
"Mainnya ke luar negeri lo ga asik"
Nathan menyandarkan tubuhnya ke sofa, yah William pasti terus menerus mengingat Kenzo dan Kenzi, apalagi William adalah orang yang paling dekat dengan kedua anak kembar itu
"Setelah lulus gue berangkat kesana"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Twinss [TERBIT]
РазноеSepenggal kisah laki-laki kembar yang tidak bisa di bilang biasa, karena mereka kembar identik. Dimana tubuh mereka saling terhubung, ketika yang satu merasakan sakit maka yang lain akan merasakannya juga