VIII. Harder

327 42 10
                                    

This chapter contains erotic scene and strong language. If you underage, please be a wise reader.

----------------------------------

MADISON'S POV

Pagi pagi sekali aku sudah berada di kantor Harry untuk membantunya menyelesaikan beberapa berkas yang terbengkalai. Ya, sudah 3 hari Julie sedang ambil cuti sehingga aku lah yang ditugaskan Harry untuk mengambi alih pekerjaannya. Harry juga berkata kalau pekerjaan ku disini sudah rapi, aku harus membantu Zayn di gudang wine untuk mendata pasokan wine yang masih tersedia. Aku merasa sangat terbebani, sungguh. Belum lagi aku harus mengurus skripsi ku yang belum aku sentuh selama seminggu. Ya Tuhan. Harry juga bilang semua laporan property nya harus selesai terakhir hari ini. Kepalaku makin berat saja jika harus mengingat berapa banyak tugas yang harus aku selesaikan dalam waktu cepat.

"Maddie, apa laporannya sudah selesai?", Harry menghampiri meja ku--meja Julie.

"Umm, kurasa sebentar lagi. Ada apa?", aku melepas pandanganku dari komputer pada Harry saat bertanya ada apa.

Harry tampak berpikir, lalu dia menjawab pertanyaanku, "Kurasa kau harus menyelesaikan itu secepatnya. Kau sudah tiga hari tak ada di tempat wine. Zayn membutuhkan bantuanmu."

"Ya, akan ku usahakan.."

"Aku terima laporanmu 2 jam lagi. Aku tunggu di ruanganku."

Aku mengangguk mengiyakan perintah bosku itu. Harry pun berlalu dan aku kembali fokus pada layar komputer yang berisikan... banyak sekali hal rumit disana. Aku menghentikan pekerjaanku saat teleponku berbunyi.

Calum.

Aku menghela nafas dan mencoba berpikir jernih. Ya, setelah pertengkaran kami hampir seminggu yang lalu, aku membatasi komunikasiku dengan Calum. Meskipun begitu, ia masih tetap berusaha menghubungiku, membelikanku makan malam, membuatkanku sarapan. Tapi aku belum bertemu dengannya selama seminggu ini. Entah bagaimana caranya ia bisa masuk ke apartmentku. Aneh.

"Halo.." sapa Calum di ujug telepon.

"Hai..", balas ku malas. Bukannya aku malas karena dia menghubungiku. Aku kelelahan.

"Kamu kenapa? Suaramu kok pelan begitu, ada apa sayang?"

"Tidak ada apa-apa Cal, aku hanya kelelahan minggu ini. Rasanya kepalaku ingin pecah.."

"Umm.. apa aku mengganggu?"

"Tidak.. tidak sama sekali sayang.. ada apa telepon?"

"Aku ingin..minta maaf.."

I got you, Calum.

"Hmmm..", aku membiarkan Calum melanjutkan permohonan maafnya itu. Di sisi lain aku masih cukup kesal dengannya tapi aku juga sangat merindukannya. Sungguh.

"Kamu masih marah denganku? May.. sungguh aku minta maaf ... hari itu aku benar-benar membutuhkanmu tapi-"

"Calum-"

"Tapi kau malah pergi dengan bos mu itu, aku cemburu May, aku butuh waktu ku sendiri untuk membuat mood ku kembali seperti biasa.. aku sangat sangat ingin minta maaf karena seminggu ini aku tidak menemuimu, hey, aku merindukanmu Sweetie.."

Aku terkekeh pelan, "tidak apa-apa-"

"Tidak apa-apa bagaimana?"

"Tidak perlu dibahas lagi masalah itu Calum.. aku juga merindukanmu..", aku melepas penglihatanku dari layar komputer dan berjalan menuju jendela besar di ruangan Julie yang agak kecil dan memandangi jalanan kota London yang sibuk.

REMEDY || h.s. & n.h. [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang