XXIV. Bond Street & Mayfair

160 17 1
                                    

MADISON'S POV

Steak daging buatan keluarga Harry benar-benar enak. Aku tidak tahu juga sih ini resep asli keluarga mereka atau Gemma sudah menyewa chef untuk acara ini. Ya mereka kan keluarga kaya. Termasuk deretan atas di Inggris. Siapa yang tidak tahu Harry Styles? Semut di dasar laut pun bisa jadi sedang mengoleksi foto-foto Harry yang di jepret papparazzi.

Coba lihat Harry.

Mapan.

Tampan.

Matanya hijau dan menakjubkan.

Pintar.

Punya perusahaan sendiri.

Siapa perempuan yang tidak mau jadi istrinya? Perempuan yang akan menikahinya suatu saat nanti adalah wanita paling beruntung sedunia.

Tapi tidak terlalu beruntung.

Harry jutek. Kadang suka dingin. Aku tidak mengerti bagaimana caranya ia bisa perhatian dengan wanita.

Setelah makan, aku menggoda Jessy yang di gendong Harry. Disitu juga ada Liam. Astaga, anaknya Gemma sangat menggemaskan. Anak ini kalau sudah besar pasti akan cantik seperti ibunya. Apalagi ia di wariskan mata hijau seperti Harry. Idaman para pria tahun 2030.

Masih asik menggoda Jessy kecil, tiba-tiba teleponku berbunyi.

Yaampun Zayn. Dia sudah sampai di UCL. Kenapa dia cepat sekali?

Aduh. Sekarang bayi ini ada di tanganku pula. Harry mengobrol dengan Liam tidak mungkin aku mengganggu mereka. Harry masih atasanku jadi aku harus tahu sopan santun. Apalagi ia bicara dengan sahabatnya. Mataku sibuk mengedarkan pandangan mencari Gemma. Oh ternyata disana dia berkumpul dengan sepupu-sepupunya yang sempat di kenalkan padaku.

Aku berlari kecil membawa Jessy pada Gemma lalu pamitan padanya kalau ada sesuatu yang harus ku urus sekarang juga. Untung saja disitu tidak ada Harry. Atau ia akan berujung penasaran kemana, dengan siapa, dan untuk apa aku pergi.

Aku berjalan cepat menuju ke jalan raya. Sekarang aku bingung harus pergi kemana karena rumah keluarga kaya ini ada di dalam komplek. Tidak mungkin juga aku keluar komplek yang jauhnya ribuan jengkal dengan memakai heels.

"Zayn, a--aku..."

"Kau dimana?", balasnya di ujung telepon. Suaranya terdengar geram, namun ciri khas dingin Zayn masih terasa.

"Ma--maafkan aku tapi---"

"Kau dimana?!", aku mendengar suara ia menggebrak sesuatu. Oh astaga aku membuatnya marah.

"Aku ada di komplek perumahan keluarga Harry...", harusnya aku tidak memberi tahu ini pada Zayn. Ia bahkan tidak tahu kalau Harry mengadakan acara syukuran. Dan dia tidak di undang dan aku tidak tahu kenapa. Oh ini bencana besar.

"Jadi kau tidak bisa menemaniku? Kau lebih memilih datang ke acara itu?? Fine."

"B--bukan begitu Zayn, aku pikir aku punya waktu sebentar untuk datang dan... kau tahu tentang acara itu?"

"Niall meneleponku tapi aku malas datang. Hal yang harus ku urus sekarang lebih penting daripada itu dan sayangnya kau tidak mau membantu--"

Aku dalam masalah besar. Zayn tidak boleh marah padaku atau aku bisa tamat, "oh ayolah Zayn.. aku akan cari taksi--"

Ia memotong kalimatku, "tidak ada taksi di dalam komplek, bodoh. Memangnya kau tidak membawa mobil?"

Aku menggeleng meskipun aku tahu Zayn tidak bisa melihatku. Namun saat aku menoleh ke belakang, aku melihat Harry berdiri di belakangku. Ia baru saja datang. "Ku rasa aku tahu caranya ke UCL. Akan ku telepon nanti. Tunggu aku di parkiran mobil, see ya."

REMEDY || h.s. & n.h. [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang